Part 3

1318 Words
Judul: Our Story Penname: Niwi Time Link cerita: https://m.dreame.com/novel/8t7C/Hlj1WWf7FYY0guPgw==.html ________________________________ Part 3 "Mama ayo ke sumaket!"teriak Iko sedang berlari menuju Karin yang tengah duduk santai di depan televisi sambil memakan makanan ringan. "Supermarket sayang," Ucap Karin membenarkan perkataan anaknya yang salah tapi anaknya malah menggelengkan kepalanya dan berteriak hingga membuat Fio yang tengah berada di dapur terkejut dan menghampiri mereka. "Dih aku kira dedek kenapa-napa."Fio mengusap dadanya karena terkejut tadi lalu ia menghampiri si mungil yang tengah merajuk pada Karin meminta ke supermarket. "Mama huaaa ayo ke sumaket! "teriak Iko sambil menarik daster mamanya. " Sama kakak ya? Kaki mama capek, "Ucap Karin seraya mengelus puncak rambut putra kecilnya. " Iya sama kakak ya, kasihan mama. Kakinya sakit," Bujuk Fio sembari berjongkok menjajarkan tinggi adiknya itu. Iko menganggukkan kepalanya sambil mengusap air matanya sendiri. "Uuhh dedek angis yah? "Fio yang gemas dengan adiknya pun langsung menggendongnya. Iko yang manja pun melingkarkan kedua tangannya ke leher jenjang milik kakaknya. Karin yang melihat itu tersenyum lalu ia mengeluarkan beberapa helai uang ratusan ribu dari dompetnya yang selalu ia bawa kemana-mana. "Ini Fi uangnya. Jangan boros lhoh! "seru Karin sambil memberikan uang itu pada Fio. " Oke ma, yaudah Fio duluan ya!" "Iya hati-hati. Iko jangan nakal! Jangan keliling supermarket! "Karin menatap tegas pada kedua anaknya itu. " Ayo pelgi kak! "rengek Iko di dalam gendongannya. ... " Dedek mau beli kinder j*y? "Fio melihat apa yang diambil adiknya itu. " Enjoy nih nih mau! "teriak Iko girang sambil menunjukkan dua tangannya yang membawa dua makanan ringan berbentuk telur itu. " Masukin ke keranjang!"suruh Fio menyodorkan tas keranjang yang dibawa ditangannya kepada adiknya. Iko paham lalu dimasukkan makanan ringan itu ke dalam tas keranjang yang dibawa sang kakak. Iko berjalan kembali untuk memilih makanan ringan kesukaannya sedangkan Fio setia mengikuti adiknya entah kemana arahnya pergi. Beberapa menit kemudian.. "Dedek udah beli banyak, sekarang gantian kakak ya? "Fio menarik tangan adiknya pelan untuk mengikuti dirinya pergi " Kakak beyi apa? "tanya Iko mendongakkan wajahnya menatap sang kakak yang tengah serius memilah-milah barang yang menjadi tujuannya. " Kakak mau beli bedak sama pembalut. Ah kamu gak bakal tau. "tanpa mantap adiknya Fio menjawab pertanyaan itu. " Edak? Ayut? "celoteh Iko sendirinya. Saking asyiknya memilih barang-barang kesukaannya apalagi adanya diskon yang tertera di label harga itu membuat Fio tanpa sadar melepaskan tangannya yang menggenggam erat tangan adiknya tadi. " Iko di sini aja ya, kakak milih-milih barang. Jangan nakal! "Fio masih fokus pada barang-barang itu tersebut tanpa tau adiknya sekarang sudah tak berada di sebelahnya. Posisi keberadan Iko kini sedang berjalan-jalan entah ia tak tau arah yang benar, sambil jari jempolnya dimasukkan ke dalam mulut mungilnya, bocah berumur dua tahun itu bingung dan mencoba untuk kembali tapi tak tau apa-apa. "Ini ana yah? "(ini di mana yah) " Ko ingung. "(Iko bingung) Langkah kaki kecilnya masih terus melangkah terkadang ada beberapa orang yang tak sengaja menabraknya. Kedua mata itu melirik sekitar sini serta kedua mata itu mulai berkaca-kaca dan berakhir rengekkan kecil. " Hiks hiks akak na? "(kakak mana?) " Ko akhal ma. "(Iko nakal ma) " Huuu ana nih? "(Mana ini?) " Ingung. "(bingung) Rengekkan kecilnya terdengar oleh seorang lelaki tampan memakai pakaian santai sedang memilih minuman yang terletak di dalam showcase cooler. Lelaki itu menoleh menatap ke bawah terlihat bocah laki-laki mungil tengah menangis di tempat ia berdiri, lelaki itu merasa kasihan pada bocah itu membuat dirinya tak jadi mengambil minuman yang diincarnya. Ia menghampiri bocah kecil itu dan seketika bocah kecil itu terdiam saat dirinya berjongkok menjajarkan tinggi badannya padanya. "Halo adek tampan? Kamu kenapa nangis? "tanya lelaki itu sambil menjulurkan kedua tangannya untuk mengusap air mata bocah itu tetapi yang membuat dirinya tersentak kaget adalah bocah itu justru menepis kasar tangannya walau tak terasa sakit. " Egi! "bocah itu mengusirnya seraya mengusap air matanya sendiri. " Uyik yah? "(penculik yah) tanyanya polos kepadanya. Lelaki itu terkekeh pelan melihat wajah bocah itu yang terlihat ketakutan dan bocah itu malah memundurkan badanya. " Bocah pintar," ucap lelaki itu gemas. "Devan! Lo udah nyari minuman belum? Kok lama? "seseorang dari arah belakang datang menepuk pundaknya membuat lelaki itu langsung berdiri dan menatap kekasihnya yang datang menghampirinya. " Kenapa? Lama yah? Sorry, nih ada bocah yang kehilangan ibunya kayaknya. Gue gak tega lihat, bantuin gue yuk nyariin ibunya!"ajak lelaki itu bernama Devan pada Kenzo, pastinya. "Halah kurang kerjaan banget dah! Yuk ke resto, gue udah laper banget Devan! "Kenzo menatap kesal pada Devan lalu ia melirik tajam pada bocah kecil itu yang sedang melirih menangis di dekat kulkas. " Jangan gitu ah, gak baik. Kalau kamu ingin duluan, sana berangkat sendiri! Aku mau nganterin anak ini dulu. "Devan merasa tak tega dan ia pun membalikkan tubuhnya untuk melihat bocah laki-laki tadi yang tengah duduk berjongkok dekat kulkas minuman. Supermarket hari ini memang sangat sepi. Hati Kenzo luluh ketika Devan sudah berbicara menggunakan Aku-Kamu, ia pun akhirnya menuruti perkataan Devan untuk mencari orangtua bocah kecil itu. Devan menggendong bocah tadi setelah dua menit menyakinkan pada anak itu. Kedua orang itu berkeliling di supermarket ini, sesekali Devan bertanya pada bocah laki-laki itu dan dijawab ocehan gemas dari mulut bocah ini. "Nama kamu siapa dik? "tanya Devan pada bocah laki-laki itu yang kini tengah memakan es krim yang baru saja Devan belikan. " ko engh ik ko," balas Iko yang nampak kesulitan mengucapakan namanya sendiri. Devan nampak berpikir apakah namanya Iko? "Iko? "tanya Devan lagi untuk memastikan apakah itu benar apa bukan. "Heem!" bocah kecil itu bernama Iko tengah mengangguk kepalanya semangat. "Akak akhal! "Iko menunjuk tangannya pada Kenco dengan tatapan tak sukanya. " Apa apaan, ya lo yang nakal bukan gue! Bisa-bisanya kabur tanpa pengawasan orangtua! "bentak Kenzo membuat Iko menundukkan wajahnya takut. " Ken, jangan kasar sama anak kecil. Dia gak tau apa-apa. Udah ah sekarang diam aja, biarin Iko ngoceh lagian bocah ini imut banget! "Devan menatap berbinar pada Iko, bocah mungil yang tengah belepotan sebab memakan es krim. Kenzo yang mengerti situasi yang mendukung baginya membuat ia langsung menggenggam tangan Devan. Devan hanya diam saja melihat kelakuan Kenzo padanya, menurutnya Kenzo saat ini sedang butuh perhatian sebab ia sangat jarang sekali mengajaknya jalan-jalan seperti sekarang ini. Di tengah-tengah mereka berjalan tiba-tiba suara melengking dari arah samping membuat kedua orang itu kompak menoleh menatap ke arah kanan seketika kedua orang itu terkejut melihat seorang gadis berkulit putih s**u itu yang nampaknya mereka kenali. "Bukankah gadis itu? "gumam Devan. " Sialan! "umpat Kenzo menatap tak suka pada gadis asing itu yang selalu saja bertemu. Wajah gadis itu terlihat gusar dan berlari mengarah pada mereka berdua. Tentunya membuat Devan dan Kenzo bingung di tempat mereka berdiri. " Ya ampun Iko! Kakak cariin ternyata kamu ada di sini," ucap Gadis itu yang langsung menarik tubuh Iko yang berada djgendongan seorang lelaki tampan yang tengah menatapnya melongo. "Syukurlah kamu gak papa. "Gadis itu mengusap rambut pendek adiknya sedangkan Iko diam saja msambil memakan es krim rasa cokelat yang menggugah selera baginya. " Emm terima kasih buat kalian," ujar Gadis itu yang tak lain adalah Fio kepada dua pria tampan yang nampak bergandengan. "Ah iya sama-sama," balas Devan dengan tersenyum kecil. "Devan!" Geram Kenzo sambil meremas tamgan Devan yang juga menggenggamnya. Devan melirik kekasihnya yang nampak cemburu tapi ia biasa saja bahkan sekarang mencoba untuk melepaskan tangannya yang diremas oleh Kenzo. "Emm aku pergi dulu, permisi. "Gadis itu menundukkan wajahnya lalu segera pergi dari tempat itu. Sebelumnya Devan sempat tak sengaja melihat sebuah liontin kalung melingkar indah di leher jenjang gadis di hadapannya itu. Liontin kalung itu berbentuk hati bergaya vintage import. Kalung itu mengingatkan padanya pada seseorang di masa lalunya sekaligus masa kecilnya dulu. " Lo ngapain! "sentak Kenzo saat Devan akan pergi yang sepertinya ingin menyusul langkah perginya gadis tadi. " Gu gue," gugup Devan dan pada akhirnya Devan menuruti Kenzo ketika laki-laki yang lebih pendek darinya itu sedang emosi terbakar api cemburu di dalam hatinya. Gue akan cari tau apakah gadis itu apakah dia-batin Devan. ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD