Part 5

1389 Words
    Dara menggeliat tidak nyaman, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya yang gemetar hebat. Nafasnya memburu, kedua tangannya yang basah karna keringat dingin tampak terkepal kuat. Bibirnya bergerak bergumam tidak jelas hingga pintu kamarnya menjeblak terbuka dengan kasar. Tampak Dava yang  masih mengenakan celana pendek dan  yang kusut menghampiri Dara dengan cemas. “Dara.”  Dava  mengerakkan bahu kakaknya pelan berharap agar Dara segera terbangun dari mimpi buruk yang nyaris setiap waktu menghantuinya. “Dara bangun.” “Dara." Dava mengembuskan nafasnya lega saat kedua mata milik Dara terbuka dengan sempurna. “Minumlah.” "Mimpi buruk lagi " Gumam Dava membuat Dara terduduk dipinggiran tempat tidurnya berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Dava menatap Kakaknya dengan nanar ini sudah sangat lama tetapi Kakaknya masih menanggung beban penyesalan yang begitu berat. “Aku harus bergegas.” Dava bergegas bangkit, ia tidak pernah berusaha mengorek apapun itu dari Dara. Karna itu akan sia sia mengingat betapa seringnya Kakaknya itu mengalihkan pembicaraan. “Apa aku sudah mengatakan , aku akan mengikuti Perkemahan?” "Belum.” “Tidak apa apa kau sendiri dirumah?” “Tidak apa apa, hubungi aku jika terjadi sesuatu.” Dara hanya mengagguk pelan, membiarkan Dava meninggalkan kamarnya dan bergeegas bangkit. Ia juga harus bergegas. Atau ketiga sahabatanya akan mengomelinya panjang lebar karna terlambat. **             Dara menatap para peserta Perkemahan yang tengah sibuk mengatur barang barang mereka dengan kedua tangan yang bersidekap didepan d**a. Dara tidak mempersiapkan banyak barang. hanya tas ukuran sedang yang tergeletak tepat disampingnya, dan sebuah tas  punggung yang tersampir dibahunya. Hari ini ia hanya mengenakan jeans hitam dengan mantel yang  melekat pas ditubuh mungilnya, mantel hangat sepanjang lututnya yang berwarna abu abu gelap. Conversee senada tampak membalut kakinya. Ia sama sekali tidak mempersiapkan sesuatu yang spesial diperkemahan ini. “Dara.” Dara menoleh pelan kearah para sahabatnya nyang tampak begitu beremangat. Jika ia bisa memilih, ia akan lebih senang bersembunyi diatas pohon. medengar musik kesayangannya dan mengunyah perment karet. “Kau benar benar datang.” Decak Nana,  Kezia menyenggol bahu Dara pelan. “Kau sudah siap?” Tanya Kezia, Dara hanya mengagguk sama sekali tidak berminat bicara. Belum lagi tatapan yang sejak tadi menghujaminya membuat ia begitu jengah. “Okey ladies, it’s Show Time!” seru Kezia begitu bersemangat. “Baiklah, apa kita akan bergabung di Bus dengan yang lain atau Mobilku?”  Ujar Sunny menatap Kezia dan Nana tampak berpikir.  Dara seperti biasa hanya diam tidak mau repot repot bergabung dalam obrolan mereka. “Sebaiknya kita gunakan mobilmu saja Sunny.” “Ayo!” **         Dara  mengeraskan suara earphonenya, ketiga sahabatnya benar benar sudah gila karna berteriak sepanjang jalan mengikuti alunan musik di radio mobil milik Sunny. Dara mencoba memejamkan matanya, ia selalu belajar membiasakan dirinya untuk memejamkan mata. Dan hasilnya selalu sama. Dia membuka kedua matanya tidak mampu melawan kegelapan yang menyergapnya ketika ia memejamkan mata. Ini gila. “Ada apa Dara?” Tanya Sunny dengan tatapan tajam lewan kaca yang menggantung diatas gadis itu yang membuat Kezia disampingnya mengubah posisi duduknya menghadap kebelakang berusaha melihat wajah yang selalu tampak sama. “Kau sakit?” Nana yang duduk tepat disamping Dara mengulurkan tangannya menyentuh kening gadis itu, keningnya  berkerut menyadari Dara baik baik saja. "Tidak ada yang aneh." "Kalau ada sesuatu kau bisa mengatakannya Dara.” “Apa yang kalian bicarakan?” Sunny  mendengus sinis mendengar ucapan Dara. “Bicara denganmu benar benar menguras tenaga.” Dara hanya tersenyum tipis, ia lebih suka sikap sinis Sunny yang terang terangan kepadanya. baginya itu lebih baik dan ia tidak pernah sedikitpun merasa tersinggung. “Ladies kita sudah sampai” Dara menghembuskan nafasnya pelan. Merasa lega karna terbebas dari suasana didalam mobil yang mendadak tidak nyaman ....              Dara menegakkan bahunya saat mendegar pengumuman bahwa setiap peserta Perkemahan diharapkan berkumpul didepan api unggun. Tenda tenda tampak berjejer dengan rapih nan elegan. Tanpa bertanyapun semua orang taju barang barang yang ada disini bukanlah harga yang murah mengingat para peserta Perkemahan yang mayoritas kalangan atas. “Dara.” Dara menoleh dan mendapati Sunny yang menatapnya dengan kening berkerut. “Apa yang kau lakukan disini? Kezia dan Nana sudah di api unggun.” Dara mengagguk singkat, merapatkan Mantelnya mencoba mencari kehangatan. Ia dan Sunny memang tidur ditenda yang sama. Dara merogoh saku mantel hangatnya, menatap ponselnya yang bergetar menujukkan nama Veron. “Hm.” Sahut Dara saat mendengar suara berat dari sebrang sana, ia mengambil tempat tepat disamping Kezia yang duduk bersisihan dengan Nana dibarisan terdepan mengelilingi api unggun yang begitu besar dan cukup memberi mereka kehangatan dari angin malam yang begitu menyengat. “Kau dari mana saja?" “Da-" Nana menghentikan ucapannya saat melihat sebuah ponsel menempel ditelinga Dara yang menatap kedua sahabatnya untuk menunggu. “Kau dimana?” “Di perkemahan.” Sahut Dara singkat, tangannya yang bebas berusaha membuka bungkusan perment karetnya. “Aku tahu, dimana posisimu?” “Disamping Kezia, ada apa?” Tanya Dara tanpa basa basi, ia benar benar jengah berbicara terlalu lama dengan pria ini. “Aku akan memberitahukanmu nanti.” Dara mematikan sambungan sepihak saat melihat sosok Veron yang baru saja bergabung didepan api unggun. Seperti biasa pria itu selalu tampak mempesona dengan jeans hitam dan kaus senada yang dibalut jaket abu-abu yang cukup tebal. Elegan dan berkelas bahkan dalam setelan santainya, pria itu benar benar selalu mampu menarik perhatian semua orang hanya terpusat padanya. Seperti saat ini. “God, dia makin terlihat tampan dan panas Kezia.” Pekik Nana tertahankan, gadis itu memang mengagumi Veron, tapi tidak memiliki perasaan sedalam Kezia. “Kapan aku bisa memilikinya?” Gumam Kezia tanpa melepaskan perhatiannya pada Veron. berbeda dengan Dara, sama sekali tidak tertarik dengan pemandangan yang disuguhkan pria itu. Karna itu sangat buruk untuk seorang Dara. “Dingin." Dara menatap api unggun dihadapannya lurus lurus  dengan bibir yang bergelak pelan mengunyah perment karetnya, tidak peduli gumaman Sunny yang baru saja duduk tepat disampingnya. Ataupun Pemimpin perkemahan mereka, yang ia tahu malam ini tidak ada kegiatan penting hanya sekedar berkumpul dan menikmati kehangatan api unggun. “Kau mau kopi Dara?”   Dara menggelengkan kepalanya masih dengan menatap api unggun dihadapannya. Para peserta tampak makin riuh tertawa terbahak mencoba melupakan kehidupan sosial mereka diluar sana. Dara menghembuskan nafasnya pelan membuat uap hangat dari mulutnya tampak berhembus diatara udara dingin yang coba dilenyapkan oleh kehangatn api unggun. “Aku akan ke tenda.” “Perlu aku temani?” Lagi lagi Dara hanya menggeleng bergegas  beranjak menuju tenda sebelum para sahabatnya mulau bertanya dengan bergbagai pertanyaan yang aneh. ....      Dara  melangkah dalam diam menyusuri jalan terang yang sudah dipenuhi lampion lampion dan lentera indah disetiap sisinya, memasukkan kedua tangannya kedalam saku mantelnya. Ia berdecak saat ponselnya kembali bergetar. Sialan. “Apa?” sahut Dara dengan datar, membuat ia yakin pria disebrang sana mengernyitkan keningnya. “Kau dimana? Bawakan aku segelas kopi di bawah pohon dekat tendaku.” Dara menggeram tertahankan. Pria ini benar benar menyebalkan. “Aku tidak tahu dimana tendamu.” “Tidak jauh dari tenda ketua perkemahan, cepatlah” ....     Dara tak henti hentinya menggerutu dalam hati saat ia melangkahkan kakinya menuju tempat yang Veron katakana, ia bahkan bisa merasakan jantungnya yang mulai berdetak lebih kencang, dan keringat dingin  yang kini sudah membasahi kedua tepak tangannya yang memegang satu Cup kopi hangat yang  sama sekali tidak mampu membantu. Ia mendesah pelan saat melihat siluet Veron yang berdiri memunggunginya diantara bayangan dari lentera yang ada didekat pria itu “Ini.” Dara mengulurkan Cup ditangannya kearah Veron yang kini mendongak menatap wajah Dara yang entah terlihat sedikit berbeda dari biasanya. “Apa lagi?”    "Temani aku sampai ini habis.” Katakan Dara bodoh karna selalu menuruti kemauan pria dihadapannya, ia hanya tidak suka mebuat masalah kecil menjadi masalah besar yang akan mudah mengundang tatapan penuh tanda tanya dari banyak orang. “Kau tidak minum kopi?” “Tidak.” Sahut Dara singkat menatap lentera yang begitu terang berusaha menjahui kegelapan yang benar benar menyelimuti tempat disekitarnya. Sedangkan Veron tak mengucapkan apapun lagi, ia hanya menatap wajah Dara lekat lekat mecoba mencari tahu apa yang disembunyikan gadis dihadannya. “Kenapa kau melakukan ini?”     Tanya Dara  membangunkan Veron dari pikirannya. Kenapa Veron melakukan ini? Pertama. Gadis dihadapnnya mendengar pembicaraannya dengan para sahabatnya. Kedua. Tatapan Dara padanya tak pernah ia temui pada gadis manapun. Ketiga. Gadis ini Regadara Anderson berhasil meruntuhkan egonya sebagai seorang pria karna sikap tenang dan tidak pedulinya. Keempat. Ada hal yang selalu menariknya untuk mencari tahu ada apa dibalik mata coklat keemasan milik Dara. Dan yang Kelima. Ia benci mengakuinya, kalau gadis ini selalu berhasil membuatnya ingin merengkuh dan melindungi tubuh mungilnya  yang terlihat begitu kesepian?  “b******k, Dara." Ini belum seberapa dan gadis ini sudah nyaris membuatnya gila. Veron mengerutkan keningnya. Ia jelas baru saja mengumpat tapi Dara sama sekali tidak tampak terkejut ataupun terganggu. Veron memiringkan wajahnya berusaha melihat dengan jelas wajah Dara  menatap kedua matanya yang.. Kosong? “Dara?” "Dara?" Gadis tersebut tampak mengerjapkan matanya sekali dan menoleh menatap Veron dengan kening yang mengkerut dengan samar. “Kau bicara apa?” “Sudahlah, kembali ketendamu. Ini dingin.” Dara mengagguk samar dan bergegas bangkit. Melangkah lebar meninggalkan Veron  yang masih menatap punggung Dara yang lagi lagi membuatnya ingin merengkuh tubuh mungil gadis itu. Benar benar bukan seorang Veron ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD