BAB 14. Dev, Kayaknya Gw Beneran Suka sama Demas

1069 Words
Hati siapa yang tidak sedih mendengar cita-cita Arumi yang begitu sederhana. Kelak ia ingin menjadi bintang atau galaksi, bukan masalah angan yang membuat hati berawan tapi, keadaan Arumi yang sampai detik ini masih belum tau jika dirinya memang dinyatakan sebagai seorang penderita parkinson. Sebuah nama penyakit yang akan menurunkan kualitas hidup Arumi, hanya dengan cara menyemangati Devara berusaha membuat kualitas hidup sahabatnya itu terus berarti. “Gw nggak aneh Rum.” Devara tergagap lalu melepaskan pelukannya dan duduk di kursi yang tersedia sambil menarik Arumi untuk ikut duduk d isampingnya. “Gw cuman mengingatkan kembali cita-cita masa kecil kita. Loe dulu pernah pengen banget jadi penulis kan? Tapi karena jam kerja Loe yang random akhirnya Loe kubur cita-cita Loe.” Arumi tersenyum sambil mengenang kembali masa kecil keduanya. “Benar banget, ternyata gw nggak pandai jadi seorang penulis, malah gw lebih suka menggambar anime. Sampai gw akhirnya punya cita-cita untuk jadi komikus. Kalo dipikir-pikir cita-cita gw emang random banget sih. Hahahaha! Gw emang beda banget sama Loe Dev. Loe selalu saja mempertahankan keinginan Loe dari kecil sampai sekarang. Nggak pernah berubah. Ingin menjadi ahli Teknologi Informatika di bidang perfilman. Belajar komputer, program dan segala sesuatunya tentang Informatika. Mungkin Loe yang akan jadi bintang di bumi dan membungkam hiruk pikuk yang ada dengan prestasi Loe Dev.” Devara menggeleng dengan cepat. “Kita berdua yang bakal membungkam dunia dengan prestasi kita Rum. Itung-itung tugas dari Jeff buat Loe trail Rum, sekarang gw tanya yah. Gimana perasaan Loe kalo Loe lagi gambar, apa yang Loe rasakan?” tanya Devara. “Gw? Gw ngerasa punya dunia gw sendiri yang nggak bisa diganggu gugat sama semua orang termasuk pikiran dan raga gw sendiri,” terang Arumi. Tapi Arumi selama ini berpikir, hobinya itu tidak akan dapat merubah atau membantu keadaan kondisi keluarganya. Sampai akhirnya Arumi memutuskan untuk kuliah dan mengambil jurusan Ekonomi Akuntansi, dengan cita-cita akan menjadi seorang akuntan yang hebat untuk membantu meningkatkan bisnis keluarga yang mulai maju setiap tahunnya. Tapi, kalau boleh jujur. Rasanya keinginan Arumi untuk menjadi seorang Akuntan malah menjadi beban yang lain bagi dirinya sendiri. Apalagi bagi Arumi, hidupnya tidak pernah mudah selama ini. Tapi, kalau Rumi mengingat kembali jalan hidupnya, sebenarnya semua kesulitan itu dibuatnya sendiri, Arumi terkekeh sambil menggeleng. “Kenapa Loe? Jangan bilang mulai gila Loe yah?” goda Devara melihat Arumi tiba-tiba tertawa. “Hahaha! Anjir Loe yah, gw lagi mikir dan merenung. Kalo aja dulu gw nggak ngekor kemanapun Loe pergi, mungkin sekarang orang tua gw uda nggak setengah mati bayar cicilan rumah produksi. Gw selalu nuntut orang tua gw untuk masuk ke sekolahan yang sama dengan Loe Dev. Semua sulit juga karena gw sendiri kan? Lihat aja si Bunga, gw nggak nyalahin dia sih kalau dia risih sama gw. Yah, kalo dipikir-pikir gw emang nggak pantas banget sekolah di sekolahan yang elit, di kampus yang elit, sekalipun itu kampus negeri. Status sosial gw akan selalu kerdil dikelilingi oleh para raksasa yang terdiri dari anak-anak borju.” Tawa Arumi terlihat kecut, entah kenapa dirinya jadi tidak percaya diri saat ini. “Loe ngomong apa sih Rum? Loe nyesal gitu selama ini selalu keman-mana sama gw? Loe juga kenapa jadi cetek gitu mentalnya hah? Kemana Arumi yang gw kenal? Yang selalu bangga dengan pekerjaan orang tuanya? Status sosial tidak akan pernah dipandang kerdil jika sudah menyangkut dengan urusan pendidikan Rum. Ingat dalam pendidikan kita ini setara. Paham?” Beruntung Arumi memiliki sahabat seperti Devara, hal hal kecil seperti ini yang selalu buat Arumi memang tidak bisa jauh dari sang sahabat. “Iyah! Thanks Dev, yah sudah! Sekarang gw mau lihat itu Dev, Oh My God! Sumpah gw nggak pernah ada bosennya ngeliat Galaksi Pusaran, sekarang warnanya jadi ungu Dev, cantik banget,” ucap Arumi terpukau lalu memberikan teropong teleskop kepada Devara. “Secantik kamu Rum,” ungkap Devara tapi dalam hati, Ia juga melihat Galaksi yang dilihat oleh Arumi. Sebuah galaksi yang terlihat sangat mewah, galaksi itu ditemukan tanggal 13 Oktober tahun 1773 oleh Charles Messier. Salah satu galaksi terindah dan termegah di alam jagad raya ini, tidak heran jika siapa saja yang melihatnya selalu jatuh cintanya dengan penampakan keindahan galaksi berbentuk spiral ini. Kini giliran Devara yang kembali melihat Galaxy kesukaannya, “Uedan! Lihat deh Rum, Messier 100. Galaksinya juga keren banget, warna biru yang kapan hari kita lihat sekerang berubah jadi lebih kehijauan, warnanya tosca. Sini lihat nih.” Penasaran sudah Arumi, ia segera berpindah tempat lagi dan memandang galaksi kesukaan Devara hingga mulutnya terbuka sangking terpukaunya. “Indah banget yah Allah, gw speechles tiap kali kesini. Kayaknya kita harus sering-sering merajuk deh Dev, biar kita sering ke sini. Ahahaha!” kikik Arumi. “Ogah!” jawab Devara. Setelah puas berkeliling di planetarium, Arumi dan Devara akhirnya pulang. Kini giliran Devara yang berkunjung ke kamar Arumi. Disana ia melihat banyak sekali foto-foto masa kecil mereka yang tertempel di meja belajar juga di dinding kamar Arumi. Sangat bertolak belakang dengan kamar Devara yang rapi, tidak terlalu banyak barang. Sedangkan kamar Arumi banyak sekali di penuhi dengan barang-barang yang tidak terlalu penting tapi, justru menambah estetika tersendiri bagi para pengunjung yang diijinkan menikmati suasana kamar eksentrik milik Arumi. “Itu tembok kok dibuat polos Rum? Perasaan dulu ada gambar karikatur muka Loe kan?” tanya Devara melihat sisi tembok Arumi yang terlihat seperti baru saja di cat bersih dan sengaja di kosongkan. “Itu, gw sediakan buat foto gw sama Demas nantinya, sumpah yah Dev. Kayaknya, gw beneran suka sama Demas. Gw berasa kayak sukak banget sama dia, nggak tau ini obsesi atau cinta. Gw belum bisa mengartikan sih, tapi yang gw rasa tiap mikirin Demas gw kayak orang gila anjir! Suka ketawa ketiwi sendiri. Ahahaha!” Devara ikut tersenyum walau hatinya ngilu mendengar pengakuan sang sahabat. Tapi yang sudahlah, apa mau dikata. Kalau memang dia naksir dan benar-benar suka sama Demas lantas apa mau dikata. Bukankah saat ini kebahagiaan Arumi adalah prioritas utama bagi Devara dan seluruh anggota keluarganya Arumi termasuk keluarganya juga. Jika dengan mencintai Demas, Arumi dapat hidup lebih lama maka, Devara rela untuk menyimpan rasa cintanya di relung hati terdalam. “Syukurlah, apa itu bikin Loe bahagia? Dengan menyukai Demas apa itu bisa buat Loe lebih bahagia Arumi?” tanya Devara. “Iyah, hidup gw terasa lengkap, punya pacar ganteng dan punya sahabat yang super ganteng. Pantas aja banyak yang iri sama si anak bakul tahu ini,” kelakar Arumi tertawa ceria. “Syukurlah... bahagialah terus Arumi,” gumam Devara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD