2

1422 Words
Selama seminggu Alvaro dan rekan-rekannya menjelajah berbagai sekolah. Mereka kebanyakan mendapati godaan-godaan dari siswi-siswi SMA. Siapa suruh memiliki ketampanan di atas rata-rata. Walaupun Alvaro dkk hanya menganggap itu sebagai gurauan belaka, tapi hati mereka miris ketika mengetahui siswi-siswi bau kencur tersebut dengan seragam yang tak pantas disebut seragam berani menggoda orang yang lebih dewasa dengan pertanyaan konyol. Jika dulu, ketika seumuran mereka, jangankan berbicara, menatap mata orang yang lebih tua pun mereka tak berani. Budaya ketimuran mulai luntur dari generis bangsa ini, sopan santun dan tata kerama mulai tergores karna perkembangan zaman, bukan salah zaman dan bukan salah anak-anak tersebut. Namun, salah orang-orang dewasa disekitar mereka yang tak keras mendidik dan menegur. Oleh karna itu, kita semua bersalah di sini. Alvaro yang berada di meja kerjanya hanya memutar-mutar fidget spinnernya sedari tadi. Semua kerjaan kantornya sudah ia selesaikan dan sekarang tinggal menunggu waktu makan siang lalu berlatih. Ketika matanya menatap smartphonenya seketika itupula lah ia menghentikan putaran fidget spinnernya dan menyambar smartphonenya. Sudah seminggu Alvaro memfollow Naufa, tapi tak ada follback darinya ataupun foto terbarunya. Kali ini, Alvaro mengecek storygram milik Naufa. Ternyata, gadis itu rajin update di sini. Story pertama memperlihatkan jam dan buku novel yang juga dimiliki Alvaro dengan tambahan tulisan 'waiting my prince berkuda vario hitam, si lovely kamvret'. Raut wajah Alvaro sudah masam, ia tak ingin menerima kenyataan kalau Naufa memilik kekasih. Story kedua, tangan milik seorang gadis yang sudah pasti Naufa dan seorang pria tak tau siapa saling bertautan. Story ketiga, foto selfie Naufa dengan seorang pria yang akunnya bernama @ranggaa__. Tangan Rangga memegang pipi Naufa dan gadis itu mengerucutkan bibirnya. Lucu, tapi bagi Alvaro itu menyebalkan. Story terakhir, foto Naufa dan Rangga yang tersenyum manis ke kamera, mereka memakai topi yang sama, tapi caption Naufa membuat hati Alvaro lega 'my bestie, luv you, teraktir aku terus ya, Gaga. ❤❤' "Hanya teman, Tam. Hanya teman," gumam Alvaro girang. "Izin, bang. Apanya yang hanya teman?" seorang kowad junior yang melintas di depan Alvaro seketika berhenti dan bertanya. Alvaro memasang wajah datarnya dan menjawab pertanyaan kowad tersebut dengan perintah untuk segera kembali bekerja. Alvaro dengan cepat membuka akun Rangga, ketika jarinya ingin menyentuh foto profil Rangga akal sehatnya kembali, kalau begini, bisa-bisa dirinya ketahuan ngestalk Naufa. Alvaro meletakkan smartphonenya dan menggeleng pelan. "Tam, Tam. Kalau naksir sama cewek jangan kaya bancilah kau! Sosor terus. Percuma kau pegang s*****a, tapi nggak bisa nembak," ledek Ken yang sedari tadi sudah memperhatikan Alvaro dari belakang. "Diam kau! Jangan sok taulah! Siapa juga yang lagi naksir cewek," elak Alvaro. Ken terkekeh dan menghampiri Alvaro. Ia meraih smartphone Alvaro, tapi dengan cepat diambil Alvaro. "Tuh kan, apa kataku. Sudahlah, kawan! Sosor saja! Jangan diam-diam ngeliatin akun sosmednya," ledekan Ken makin menjadi. Alvaro berdiri, ia membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke ransel sebelum kabur tanpa permisi. Ken terkekeh. Ia paham akan kelakuan rekannya. Dulu dia juga pernah merasakannya. *** Naufa meregangkan otot-ototnya yang kaku karna seharian mengatur acara ini-itu di kampus. Waktunya istirahat dan sholat. Rangga menghampiri Naufa dan mengajaknya sholat, tapi Naufa menggeleng dan menyilangkan jarinya. Rangga mengangguk dan pamit ke mushola sebentar, sedangkan Naufa lebih dulu ke kantin. Selepas melaksanakan kewajibannya, Rangga menghampiri Naufa yang tengah mengigit-gigit ujung sedotan minumannya. "Gelas keberapa nih?" tanya Rangga dan merebut gelas yang berisi setengah es jeruk. "Dua," jawab Naufa singkat. Dua buah nasi pecel pesanan Naufa datang. Rangga memesan minuman untuknya dan Naufa lagi. Setelahnya mereka makan dalam diam. "Besok hari terakhir, yang ngisi materi dari makodam," ungkap Rangga. Naufa mengangguk-ngangguk dengan masih terus mengunyah. "Tentara dong?" "Gak! Kang sapu!" balas Rangga gemas. Naufa tersenyum lebar sampai matanya tertutup. "Semoga tentara ganteng, amiiin!!" doanya gembira. Rangga mencibir dan tak diperdulikan olehnya. "Mas Theo mau lo kemanain, Nau?" "Sejak kapan gue ama Mas Theo? Gue mah jomblo, bebas~~" pamer Naufa. "Serah deh. Jomblo bangga," cibir Rangga. "Eh, tapi lo udah nggak kerja lagi kok tenang aja. Tugas lo cukup sampai di sini," cengir Rangga. Naufa menggedikan bahunya tak peduli. Baguslah, artinya waktunya untuk bersantai atau mengerjakan tugas akhirnya bertambah. *** "Kenapa sih Mas? Kok mondari-mandir?" Rangga yang dari kejauhan sudah melihat Theo mondari-mandir di depan gedung pertemuan kampus mengernyit bingung. "Mega gak bisa datang buat jadi MC hari ini, Ga. Saya harus gimana? Dia tiba-tiba sakit," tanya Theo panik. 10 menit lagi acara akan dimulai, para peserta acara sudah masuk dan mungkin sebentar lagi pembicara acara ini akan datang, tapi sang MC tiba-tiba berhalangan hadir membuat Theo panik. "Ya elah, Mas. Naufa kan ada. Dia bisa kok jadi MC. Mas tenang aja deh, saya bakal telpon Naufanya," Rangga menenangkan Theo yang kebakaran jenggot. Rangga heran kenapa Theo yang dikenal tenang bisa panik seperti ini. Dengan cepat Rangga menelpon Naufa dan memintanya menjadi MC, untungnya ia berada di area kampus. Semenit sebelum acara di mulai, Naufa sudah berada di atas panggung. Ia tidak dibiarkan Theo untuk bersiap bahkan sekedar membenarkan rambut karna berlari dari perpustakan ke ruangan pertemuan ini. "Haloo rekan-rekan seperjuangan!!!" sapa Naufa ceria. Ia menatap seluruh perserta yang ada secara acak. "So, ini bakal menjadi acara yang mengakhiri kelelehan badan dan hati kalian. Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat untuk kalian yang besok sudah resmi menyandang status sebagai mahasiswa di kampus ini," tepuk tangan menggema di ruangan besar yang kedap suara ini. "Kedua, saya mewakili senior-senior yang lain meminta maaf kalau ada salah kata atau perbuatan. Oke, acara ini bakal dibikin sesantai mungkin. So, gue boleh dong nggak usah pake bahasa formal? Biar makin akrab," canda Naufa yang disahuti gemuruh mengiyakan. "Main iya-iya aja, nggak boleh dong! Ini acara formal! Minus 10 poin untuk kalian semua!" canda Naufa yang kemudian disambut dengan wajah panik para maba. Naufa tertawa dan mengatakan dirinya hanya bercanda. "Acara kita yang pertama mendengarkan paparan materi tentang Menjaga Keutuhan NKRI. Taukan berita yang lagi panas-panasnya sekarang? Itulah kenapa acara penutupan kali ini juga dibarengi oleh sosialisasi. Kita anak muda biasanya mudah terpengaruh hal kaya gini. Jadi, untuk menghalau sikap kita yang labil ini, bapak-bapak dari TNI Makodam III/Siliwangi akan mensosialisasikan berbagai hal untuk menjaga keutuhan negara kita tercinta ini. So, kita sambut... Letda Inf. Kenta Adipramana, Letda Inf. Alvaro Wiratama, dan Sersan Inf. Roni Khairan," Naufa bertepuk tangan diikuti peserta yang lain. Seketika, tiga pria tampan berseragam loreng naik ke atas panggung. Ketika membaca nama Alvaro yang tertera sebagai narasumber Nuafa berpikir mungkin Alvaro yang lain, nyatanya dia adalah orang yang Naufa kenal. Naufa tersenyum dan menyalami ketiga tentara tampan itu. Alvaro tersenyum manis ketika mengetahui Naufa menjadi MC di acara ini, semangatnya langsung berkobar. Para mahasiswi seketika berteriak histeris karna mereka. Naufa menenangkan mereka dengan kalimat lucu nan menggemaskan. Berbasa-basi sebentar akhirnya sosialisasi dimulai. Di bawah panggung, Rangga dan Theo mengacungi jempol dan Naufa tersenyum dan mengedipi mereka sebelah mata. Sepanjang acara, Alvaro selalu milirik pandang pada Naufa, apalagi saat sang pujaan hati berbicara seperti sekarang ini. Dimana, Naufa memberikan sedikit arahan dalam bertanya dengan bahasa formal yang santai. Acara selesai, para peserta bergantian keluar sedangkan Naufa dan para tentara tampan itu kembali ke belakang panggung. "Jadi kau naksir si pohon Enau ya?" Ken berbisik ketika berjalan berdampingan dengan Alvaro. "Naufa. Aku kenal sama si Naufa, kenal dekat malah," tambah Ken ketika ALvaro mengernyit. "Nggak nyangka aku, kau naksir si perempuan gak jadi," ledek Ken lagi. Alvaro diam tak merespon. Dilihatnya Naufa yang menerima botol air mineral dari Rangga, pemuda yang dilihatnya di storygram milik Naufa. "Enau!!" panggil Ken dan langsung berjalan mendahului Alvaro juga Roni. "Apa sih bang berbie?! Jangan resek di sini ah!" Naufa cemberut. Ken tersenyum jahil. Ia merangkul Rangga dan mencubit gemas pipi Naufa. "Bang berbie ah! Sakit tau!" pekik Naufa. Rangga dan Ken tertawa. "Hukuman buat kamu, sok gak kenal sama abang. Mau durhaka kamu?" Naufa memutar bola matanya malas. Ia lantas tersenyum canggung pada Alvaro. Theo datang dan menyalami para tentara tersebut. Setelahnya menyelesaikan ini itu akhirnya tiga pangeran tampan dari Makodam III/Siliwangi itupun pulang ke kandangnya. *** "Kau beneran dekat dengan Naufa?" tanya Alvaro memastikan ketika ia sudah tinggal berdua dengan Ken di rumahnya, setelah pemaksaan yang dilakukan Alvaro. "Menurutmu?" tanya Ken jail. "Aku seriuslah, Ken!" desak Alvaro layaknya anak kecil. "Ya, seperti yang kau liat tadi. Aku sama anak-anak yang tadi cukup dekat, apalagi sama si Enau." Ken mencomot permen yang tersedia di atas meja ruang tamu. "Kok bisa?" "Nah kan kau beneran naksir si Enau. Udah deh ngaku aja, Tam." "Iya-iya. Aku naksir dia," Ken tertawa keras mendengar pengakuan cepat Alvaro. Akhirnya, setelah mendengarkan penjelasan Ken, Alvaro mendapatkan cara untuk mendekati Naufa. Besok ia akan menghadap Pangdam untuk meminta izin. Dan untuk masalah Rangga, ia sudah benar-benar lega karna penjelasan dari Ken.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD