Episode 2

1013 Words
Sebagai seorang wanita, nyonya Tanfi berperan sebagai ibu sekaligus nenek Malika. Dia ingin cucu perempuan satu-satunya itu menjadi wanita yang anggun dan bertingkah seperti wanita pada umumnya. Bukan wanita tomboy dan berperilaku konyol seperti halnya anak kecil. Suasana menjadi tegang. Nyonya Tanfi tak hentinya memarahi cucunya karena kesalahan sepele. Sedangkan Malika menundukkan kepalanya karena ini ke sekian kalinya mendapat omelan pedas dari neneknya. "Nenek. Ini bukan salah Malika. Tapi Ini salah----" sela Aditya tidak tega melihat adiknya dimarahi. "Aku tidak memintamu bicara. Jadi diamlah," pekik nyonya Tanfi. Aditya diam. Nyonya Tanfi memegang dagu cucunya. Perlahan ia mengangkat dagunya hingga Malika menatapnya. Malika sendiri sudah memikirkan apa yang akan neneknya lakukan. Ketika tangan kanannya memegang dagunya, bersiaplah tangan kiri akan melontarkan tamparan ke pipinya. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Alih-alih mendapat tamparan sebagai hukumannya, tidak terjadi. Neneknya membersihkan sisa cream di pipinya. Sambil berkata, "Kau menganggap hal ini terlalu serius. Aku berjanji ini terakhir kalinya aku memarahimu. Di hari ulang tahun cucu kesayanganku, aku berjanji tidak akan membentak siapapun lagi. Selamat ulang tahun cucuku. Semoga panjang umur dan selalu bahagia," ujar nyonya Tanfi sambil tersenyum. Kemarahannya reda ketika ia sendiri mengucapkan selamat ulang tahun kepada cucunya. Suasana pun berubah menjadi santai lagi. "Terimakasih nenek," sahut Malika sambil memeluk badan neneknya dengan erat. Nyonya Tanfi mendekap kepala cucunya dengan kasih sayang. "Berbahagialah cucuku. Maafkan nenek karena selama ini----" Malika melepaskan badannya dari pelukan neneknya. Hal itulah yang menyebabkan nyonya Tanfi berhenti bicara. "Tidak nek tidak. Ini bukan hari raya. Bukan waktunya minta maaf," canda Malika. Nyonya Tanfi tersenyum sambil menepuk pipi cucunya dengan pelan. Sikander dan Aditya menggelengkan kepala melihat aksi nyonya Tanfi dalam memberi kejutan kepada Malika. Keluarga Darshan Tahir kemudian berkumpul di meja makan untuk sarapan. Sebelum memulai aktivitas, sudah menjadi kebiasaan keluarga ini untuk sarapan bersama. Pagi ini, tepat di hari ulang tahun Malika, nyonya Tanfi menyindir ayah Malika tentang ibu pengganti. Nyonya Tanfi ingin Sikander mencari pendamping untuk mengurus anak-anaknya. Saran nyonya Tanfi dibantah oleh Malika dan Aditya. Mereka mengingatkan ayahnya mengenai janjinya bahwa ayahnya tidak akan mencari ibu pengganti. Nyonya Tanfi terdiam beberapa saat. Bertahun-tahun ia menemani putranya demi mengurus Aditya dan Malika. Kini ia merasa tidak sanggup lagi karena usianya tidak muda lagi. Nyonya Tanfi meminta putranya untuk mempertimbangkan lagi sarannya ini. Ia selalu memikirkan kebaikan Sikander dan kedua cucunya. Apapun akan ia lakukan demi kebaikan mereka. Setelah selesai sarapan, Malika meminta izin pada ayah dan neneknya untuk pergi ke Villa dimana ia sering pergi kesana untuk membuat sebuah lagu. Sikander mengizinkan putrinya pergi asal ia harus kembali ke rumah sebelum pukul 7 malam. Ia juga tidak boleh berangkat sendiri. Sikander meminta Aditya untuk mengantarkan Malika sampai ke tempat tujuan. Apapun yang dikatakan ayahnya, pasti dituruti Malika. Ia akan pergi setelah mendapat izin dari ayahnya. ------ Villa lanskap~ Sesuai dengan namanya view panorama yang indah. Baik siang maupun malam hari. Fasilitas yang bagus di setiap sudut kompleks villa memanjakan mata. Sangat menyenangkan duduk bersantai disini dengan view panorama pegunungan. Akomodasi yang ada disini selain kamar dengan balkon yang nyaman juga tersedia cottage atau villa satu rumah lengkap dengan ruang tamu, dapur dan beberapa jumlah kamar yang cocok untuk berkumpul keluarga. Kakak beradik itu memasuki Villa. Nampaknya Aditya merasa kagum dengan keindahan Villa ini. Jauh dari Villa yang ia pilih. Aditya ingin mencari Villa dekat area ini agar bisa dekat dengan tempat adiknya mencari inspirasi. Malika menunjukkan ruang musiknya. Dimana kali ini Aditya tidak menemukan satupun alat musik. Bagaimana bisa adiknya menyebutnya ini ruang musik. Tapi sebelum bertanya, Aditya seperti dihipnotis oleh pemandangan panorama gunung yang berada di luar. Ruangan ini berdinding kaca sehingga pemandangan di luar terlihat jelas. Seperti lukisan yang nyata. Gunung berjajar sementara bagroundnya langit biru yang sangat indah. Aditya sampai tidak bisa berkata-kata menggambarkan keindahan ruangan ini. "Wah Malika kau pandai sekali memilih Villa. Pertama kalinya aku masuk ke Villa seindah ini," ujar Aditya memuji Villa adiknya. "Nikmati waktumu untuk duduk sejenak disini. Aku akan ambilkan gitar dulu, kau pasti tidak akan buru-buru ke kantor kan," sahut Malika "Ee tapi---" cegah Aditya. Adiknya terlanjur meninggalkannya disini untuk sementara. Aditya lantas duduk di sofa yang telah menunggunya untuk merebahkan punggungnya. Benar-benar sofa yang mewah. Aditya bisa merasakan betapa nyamannya duduk diatas sofa ini. 'Hah jika aku disini lebih lama lagi, beban pikiranku akan lebih ringan,' batin Aditya. Dddrrrzzz.. "Astaga siapa lagi ini," makinya sambil merogoh saku. [Iya ada apa?] Ujar Aditya. Urusan pekerjaan memang tidak bisa ditunda. Bahkan saat ia ingin istirahat. [...] [Oh ya ampun aku hampir lupa. Aku akan ke kantor sekarang] [...] [Iya-iya urus dokumennya dulu. Aku akan sampai dalam waktu 10 menit] Tittt.. Aditya memasukkan ponselnya ke dalam saku jasnya sambil berdiri. Ia terlihat buru-buru. Saat yang bersamaan Malika datang membawa gitar. Ia melihat sahabatnya berdiri di ambang pintu. Ia sangat senang dan menyapanya. "Aletta," ujarnya Antusias. Aditya berbalik badan untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata tidak ada seseorang yang berdiri di ambang pintu. "Apa kau sudah tidak waras. Tidak ada orang disana," maki Aditya. "Eee tadi ada. Tapi begitu kau berbalik badan dia bersembunyi," sahut Malika "Memangnya kenapa?" Tanya Aditya heran "Karena dia phobia dengan orang baru," sambung Malika "Miku! Kau berteman dengan orang yang aneh. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa menjadi temanmu. Kau bahkan tidak pernah menceritakannya padaku," keluh Aditya "Sudahlah kak, dia tidak seaneh itu. Oh ya kau harus berangkat ke kantor kan. Tunggu apalagi ayo cepat pergilah," elak Malika "Kau sendirian disini. Bersama orang itu. Apa itu tidak berbahaya," titah Aditya "Ada bodyguard dan tukang kebun disini. Jangan khawatir aku tidak sendiri. Lagipula temanku itu orang baik," tegas Malika "Tapi----" "Mengapa kau membuang waktumu disini. Ayo cepat pergilah. Sebelum kliyenmu membatalkan rapatnya," desak Malika. "Yasudah aku pergi dulu. Aku akan menjemputmu pukul 6 malam. Kau mengerti!" Ujar Aditya. Malika menganggukkan kepala sambil tersenyum. Usai berdebat dengan adiknya, Aditya meninggalkan Villa ini. Namun sebenarnya ia masih penasaran dengan sosok teman baru Malika. Karena Malika sendiri enggan menceritakan temannya itu. Hal itu memancing Aditya untuk kembali lagi ke Villa secara diam-diam. "Hei dimana kau bersembunyi. Ku mohon jangan membuatku bingung begini," keluh Malika sambil mencari temannya yang bernama Aletta
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD