Episode 3

1011 Words
"Aku disini," sahut Aletta Malika mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Yang benar saja, Aletta sampai bersembunyi di bawah bangku untuk menghindari Aditya. "Hah syukurlah kau muncul juga," canda Malika "Memangnya aku hantu," sahut Aletta Mereka berdua terkikik. Disisi lain, Aditya tidak bisa melihat secara jelas wajah gadis yang bernama Aletta itu karena dia menghadap ke depan. Dari jendela ia memperhatikan mereka sedang bicara bahkan hingga tertawa. Aditya kembali berharap bisa bertemu secara langsung dengan teman baru adiknya itu. Entah karena apa tiba-tiba saja ia sangat penasaran. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sini dan bergegas ke kantor. "Ngomong-ngomong tadi siapa?" Tanya Aletta heran. "Dia kakakku, namanya Aditya," sahut Malika. "Ouh yang sering kau ceritakan itu," timpal Aletta "Ya kau benar," Malika meminta temannya untuk duduk sejenak. Sementara dirinya sibuk membuatkan minuman dingin untuk temannya. Aletta Kumari, sosok gadis yang diam-diam mengubah identitasnya menjadi gadis berusia 23 tahun. Padahal ia sebenarnya telah berusia 30 tahun. Kepolosannya menutupi kelicikannya. Sebenarnya gadis ini memiliki hubungan dengan ayahnya Malika, Sikander Darshan Tahir. Itulah yang menjadi alasannya menghindari anggota keluarga Darshan Tahir. Dan meminta Malika agar tidak memperkenalkannya pada keluarga maupun publik. Sejauh ini Malika sendiri tidak pernah mencurigai temannya. Ia percaya dengan kebohongan yang telah dilakukan Aletta. Malika kembali sambil membawa nampan berisi 2 gelas coffe latte. Ia mendapati temannya memegang gitar. Sepertinya ia hendak memainkan melodi musiknya. Dia mulai memainkan gitar, melengkingkan irama merana lirih. "Kau tau Malika aku sangat mengidolakan musisi terkenal yang albumnya laku besar di pasaran. Radio-radio memutarnya, majalah dan koran mengulasnya, anak muda memburu kasetnya, para pembajak beramai-ramai membajaknya. Dia berinisial SDT. Aku sangat suka lagunya. Dia menciptakan lagu seperti menciptakan sebuah puisi. Indah sekali," ujar Aletta Malika tidak menyadari bahwa sosok musisi yang diceritakan Aletta adalah ayahnya sendiri, Sikander Darshan Tahir (SDT). Ia mengira ada musisi lain yang memiliki inisial nama yang sama dengan ayahnya. "Waw sepertinya dia sangat hebat. Apa aku boleh mendengar lagunya," ujar Malika Seketika Aletta tertegun dan menghentikan iramanya yang ia mainkan. Tiba-tiba saja Aletta terlihat gugup. "Ada apa?" Tanya Malika heran Diamnya Aletta justru membuatnya semakin penasaran. "Aku meninggalkan ponselku di rumah. Lalu bagaimana caranya menunjukkannya padamu," elak Aletta. "Tidak masalah, kita cari saja di internet," sahut Malika sambil membuka layar ponselnya. "Eh tidak Malika. Bukankah kita disini untuk membuat lagu. Lalu mengapa kita membuang waktu untuk mencari karya orang lain," Aletta mengubah topik pembicaraan. "Tapi---" "Kau tidak biasanya seperti ini. Bukankah kau ingin merilis album barumu tahun ini," desak Aletta. "Haiya kau benar. Tunggu sebentar aku ambil kertas dulu," sahut Malika Aletta menganggukkan kepala setelah ia berhasil mengalihkan pikiran Malika pada topik pembicaraan lain. Aletta seperti bayang-bayang Malika. Kemanapun Malika pergi, ia akan ikut. Kecuali ke rumah Darsha Tahir. Sejauh ini Aletta diam-diam menjadi rekan serta managernya Malika. Itupun tanpa sepengetahuan keluarga Darshan Tahir. Persahabatan mereka terjalin sangat erat. Padahal mereka baru kenal 2 tahun yang lalu. Karena nyaman dengan persahabatan ini, Malika sering datang ke Villa ini untuk menemui sahabatnya. Karena Villa ini menjadi tempatnya pertemuannya bersama gadis yang berpura-pura phobia ini. Rasanya pagi ini Malika ingin bersantai dulu. Tapi produser menunggu lagu barunya. Karirnya sebagai musisi membuatnya kehilangan waktu luang dan istirahat yang cukup. 1 lagu saja, memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu dalam menyusun liriknya. Namun usahanya tidak pernah sia-sia. Buktinya lagu yang baru ia rilis disukai para fans serta laku dalam waktu yang sangat pesat. Semua yang ia lakukan, trik membuat lagu serta merancang sebuah lirik menjadi lebih indah hingga menghipnotis semua orang yang mendengarkan lagunya. Semua itu ia contoh dari ayahnya, Sikander Darshan Tahir. Malika memandang panorama di hadapannya sampai tak berkedip. Namun di pikirannya tidak menangkap satu pun lirik yang hendak ia rangkai menjadi sebuah lagu. Pikirannya justru berlarian kemana-mana. Bugh.. Ia lantas melempar buku catatannya ke atas sofa. "Apa kau baik-baik saja Malika?" Tanya Aletta. "Tidak," sahut Malika Aletta meletakkan buku catatan yang ia pegang. Lalu duduk lebih dekat di samping Malika. "Sepertinya ada masalah. Katakan padaku, apa yang mengganggu pikiranmu," tanya Aletta "Kau tidak akan mengerti. Percuma aku menceritakannya padamu," celetuk Malika Ia menoleh dan memperhatikan tangan Aletta yang memegang pundaknya. Gelang yang dipakai Aletta terlihat cantik. Apalagi bandolnya menggambarkan band musisi yang ia maksut tadi. Malika memegang gelang yang menempel di pergelangan tangan Aletta. 'SDT,' batinnya ketika melihat simbol gitar di bandol gelang sahabatnya. Aletta segera menjauhkan tangannya. Ia lantas mengubah topik pembicaraan agar Malika tidak menanyakan pasal gelang itu lagi. "Eee kau tau produsermu menunggu lagu barumu. Jadi----" elak Aletta terpotong "SDT. Gitar itu sama seperti gitar ayahku. Tahunnya juga persis seperti yang tertera di gitar ayah saat pertama kali konser bersama bandnya. Aletta aku tidak percaya ini. Musisi yang selama ini menjadi idolamu ternyata adalah ayahku. Sikander Darshan Tahir," terang Malika antusias. Lantas Aletta menggelengkan kepala. Bagaimana mungkin sahabatnya bisa tau secepat itu. Sudah lama ia menyembunyikan rahasia ini. Karena sejatinya ia telah mengenal dan bertemu dengan SDT sejak 6 tahun yang lalu. Aletta menundukkan kepala. Ia bingung mau mengelak apalagi. "Aku benarkan? Kau----" "Tapi Malika jangan-jangan kau salah. Band di negeri ini kan banyak," "Tidak aku tidak mungkin salah. Gelangmu telah membuktikan semuanya. Aku senang sekali karena diam-diam kau mengidolakan ayahku," goda Malika "Malika-----" "Begini saja. Kalau kau masih tidak percaya, nanti malam datang saja ke rumahku. Aku akan membawamu ke ruang musik ayah. Kau mau kan?" Tanya Malika Aletta ingin mengatakan iya. Namun ia tidak ingin identitasnya terbongkar. Selama ini ia berusaha menutupi identitasnya. Ia tidak mungkin mengacaukan rencananya yang telah ia jalankan ini. "Aku mau sekali. Tapi sepertinya tidak malam ini lain kali saja ya," sahut Aletta Senyuman di wajah Malika perlahan sirna. "Kenapa lain kali?" "Ibuku sakit. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian apalagi saat malam hari," elak Aletta "Ya ampun aku baru tau jika ibumu sakit. Tidak masalah kau bisa datang lain waktu. Pintu rumahku selalu terbuka lebar untukmu," sahut Malika "Ha begini saja. Eee bagaimana jika sekarang saja kita pergi ke rumahmu. Sekalian aku ingin menjenguk ibumu," Deg. Aletta terdiam seketika. Ia lega karena tidak jadi ke rumah Darshan Tahir. Tapi Malika malah ingin ke rumahnya. Jika hal itu terjadi maka semua rahasianya akan terbongkar hari ini juga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD