Ariel merasa ada seseorang yang sedang memerhatikannya. Ditambah, ia merasakan deru nafas beraroma mint menyeruak ke dalam indra penciumannya. Wanita itu perlahan sedikit membuka matanya karena terlalu mengantuk. Kemudian, ia melihat Hazel sudah berada di depan matanya. Bahkan tidak lagi memiliki jarak, hanya tersisa beberapa centi saja. Sejenak ia terdiam, menatap manik mata keabuan yang mampu menghipnotisnya. Kemudian, tatapan matanya beralih pada bibir merah tanpa noda karena merokok. Ia merasa seperti sedang bermimpi, tapi terasa sangat nyata. "Sebenarnya ini nyata atau cuma mimpi, sih? Kenapa wajah Pak Hazel terlihat begitu nyata?" bisik Ariel dalam hati. Kalau saja itu hanya mimpi, ia ingin tetap tertidur. Ia ingin menikmati wajah tampan yang tidak terlihat dingin sama sekali.

