kembali ke dalam permainan

544 Words
BAB 1 – KEMBALI KE DALAM PERMAINAN Milan, Italia Langit malam di Milan berkilauan dengan cahaya lampu kota, mencerminkan kemewahan yang tak tertandingi. Di sebuah gala eksklusif yang dihadiri oleh para elit dunia bisnis, Exelina Gladhine berdiri anggun dalam balutan gaun hitam berkilau yang membentuk siluet tubuhnya dengan sempurna. Matanya yang tajam menelusuri ruangan, mencari celah untuk menghindari percakapan-percakapan membosankan dengan para investor tua yang terobsesi dengan angka. Malam ini seharusnya menjadi momen untuk memperkenalkan koleksi terbarunya di dunia fashion. Namun, firasatnya mengatakan bahwa sesuatu akan terjadi. Dan firasatnya selalu benar. "Nonaku, aku hampir tidak mengenalimu." Suaranya—dalam, rendah, dan memiliki efek yang sama seperti anggur merah terbaik—mengalun tepat di belakangnya. Jantung Exelina berdegup cepat, tapi dia tidak menunjukkan reaksi. Perlahan, dia berbalik dan mendapati seorang pria yang terlalu familiar berdiri di sana. Grayson Cole Walker. Pria itu tetap sama seperti terakhir kali mereka bertemu—bahkan lebih berbahaya. Setelan hitamnya terjahit sempurna, menonjolkan bahunya yang lebar dan tubuhnya yang dipahat dengan ketelitian. Rambut gelapnya tersisir rapi, tetapi ada sedikit keacakan yang memberikan kesan liar yang tersembunyi. Namun, yang paling mengganggu Exelina adalah tatapan itu—mata abu-abu gelap yang menelanjanginya tanpa permisi. "Tuan Walker," Exelina menyapa dengan senyum diplomatis. "Aku tidak tahu kau ada di sini. Harusnya aku lebih berhati-hati." Grayson menyeringai, mendekat hingga aroma khasnya—maskulin, dengan jejak kayu dan bourbon—mengisi udara di antara mereka. "Dan kau masih sama seperti dulu, Nonaku. Selalu berpikir bisa menghindar dariku." Exelina mendesah pelan, mengambil sampanye dari nampan pelayan yang lewat. "Aku tidak menghindar. Aku hanya tidak melihat alasan untuk berbicara dengan seseorang dari masa lalu." Tatapan Grayson mengeras. Dia mengambil gelas dari tangannya, meletakkannya di meja terdekat, lalu mendekat lebih jauh. "Aku bukan hanya bagian dari masa lalumu, Exelina," bisiknya di dekat telinganya. "Aku adalah takdirmu." Jantung Exelina berdegup lebih cepat, tapi dia menolak untuk terlihat lemah. "Kau terlalu percaya diri." "Dan kau terlalu keras kepala," balas Grayson, matanya berkilat berbahaya. "Tapi aku tidak pernah menyerah pada sesuatu yang berharga bagiku." Sebelum Exelina bisa membalas, seseorang bergabung dalam percakapan mereka. "Maaf mengganggu," suara lain masuk di antara mereka—dalam dan santai, tetapi dengan aura yang mengancam. Mason Carter. Sahabat Grayson, yang juga dikenal sebagai pria yang tidak mengenal batas dalam menggoda wanita. Dan saat ini, tatapannya tertuju pada Exelina dengan intensitas yang membuat Grayson mengepalkan rahangnya. "Exelina, aku hampir tidak mengenalimu," Mason berkata dengan nada yang lebih halus dibandingkan Grayson, tetapi memiliki efek yang sama memabukkan. "Tapi aku harus mengatakan, kau terlihat luar biasa malam ini." Exelina tersenyum tipis, tetapi bisa merasakan ketegangan yang muncul di udara. "Terima kasih, Mason," jawabnya sopan. Namun, Grayson tidak terlihat senang. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam seperti bilah pisau. "Mason," suara Grayson lebih rendah dan berbahaya, "jangan coba-coba." Mason hanya tertawa kecil, mengangkat tangannya dengan santai. "Relax, Grayson. Aku hanya mengapresiasi kecantikan wanita yang luar biasa." Grayson tidak tertawa. Sebaliknya, dia meraih pinggang Exelina dan menariknya lebih dekat, seakan ingin menunjukkan sesuatu. "Exelina adalah milikku," kata Grayson, suaranya dalam dan penuh klaim. "Dan aku tidak membagikan milikku dengan siapa pun." Exelina membeku sejenak, lalu menatapnya tajam. "Aku bukan milik siapa pun, Grayson." Grayson menatapnya dalam. "Kita lihat nanti." Dan saat itu, Exelina tahu—permainan ini baru saja dimulai. --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD