Bound by fate

Cincin di jari manis

BAB 42 – CINCIN DI JARI MANIS

Ketenangan Sebelum Badai

Seminggu setelah kehancuran Liam, Exelina akhirnya bisa menghela napas lega. Tidak ada lagi ancaman bayangan, tidak ada lagi pesan-pesan mengancam, dan yang terpenting—Grayson ada di sisinya.

Namun, dia tahu pria itu. Grayson tidak akan berhenti sampai semuanya benar-benar aman.

Malam itu, mereka berada di penthouse Grayson di New York. Kota yang gemerlap terlihat dari balik jendela kaca, sementara Exelina duduk di sofa, menyesap anggur merahnya.

Grayson datang mendekat, mengenakan kemeja putih yang lengannya tergulung, memperlihatkan urat-urat di tangannya. "Apa yang kau pikirkan, Nonaku?" tanyanya dengan suara rendah.

Exelina menoleh, menatapnya dengan mata penuh emosi. "Aku hanya bertanya-tanya… apakah ini benar-benar sudah berakhir?"

Grayson duduk di sampingnya, tangannya mengelus pipinya dengan lembut. "Untuk Liam, iya. Tapi aku tahu masih banyak musuh di luar sana yang menunggu kita lengah."

Exelina tersenyum miring. "Aku tidak suka menjadi wanita yang hanya bersembunyi di balik punggung pria, Grayson."

Pria itu menatapnya tajam. "Dan kau bukan wanita seperti itu. Tapi izinkan aku melindungimu, karena aku tidak akan pernah membiarkanmu terluka."

Hatinya bergetar mendengar kata-kata itu.

Lalu, Grayson merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam.

Exelina menahan napas. "Grayson…?"

Pria itu membuka kotaknya, memperlihatkan cincin berlian biru safir yang berkilau di bawah cahaya ruangan. "Marry me, Exelina."

Matanya membelalak, jantungnya berdetak kencang.

Grayson menatapnya dalam-dalam. "Aku tidak bisa menjanjikan kehidupan yang tenang, tapi aku bisa berjanji bahwa kau akan selalu bersamaku. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu."

Exelina menggigit bibirnya, perasaan mengalir begitu kuat dalam dirinya.

"Yes," bisiknya. "Aku akan menikah denganmu, Tuan Walker."

Grayson tersenyum, lalu menyematkan cincin itu di jari manisnya.

Cincin itu bukan hanya simbol ikatan mereka, tetapi juga janji—bahwa mereka akan menghadapi dunia bersama.

---

TO BE CONTINUED…