Api balas dendam

378 Words
BAB 35 – API BALAS DENDAM Ancaman yang Mengintai Malam itu, Exelina duduk di sofa apartemennya, mengenakan gaun satin hitam yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Ia menyesap anggur merahnya sambil membaca laporan keuangan brand fashion miliknya. Namun, pikirannya melayang pada percakapan Grayson dengan Liam. Liam adalah seseorang yang berbahaya. Bukan hanya karena kekuatannya di dunia bisnis, tetapi juga karena obsesinya. Ponselnya bergetar. Pesan masuk dari nomor tidak dikenal lagi. > "Apa kau menikmati waktumu dengannya? Jangan terlalu nyaman, Exelina. Aku akan segera mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku." Exelina menggertakkan giginya. Sebelum ia bisa membalas, pintu apartemennya terbuka. Grayson masuk, mengenakan kemeja hitam yang sedikit terbuka di bagian atas. Matanya langsung tertuju pada ponsel di tangan Exelina. "Apa lagi yang dia katakan?" suaranya rendah, berbahaya. Exelina menyerahkan ponselnya tanpa berkata apa pun. Mata Grayson semakin gelap saat membaca isi pesan itu. "Liam mulai melewati batas," katanya pelan, tetapi penuh dengan kemarahan yang terpendam. Exelina menatapnya tajam. "Apa kau masih berpikir untuk bermain permainan yang lambat dengannya?" Grayson menyeringai, sebuah senyum dingin yang tidak membawa humor. "Tidak, sayang. Aku akan menghancurkannya sebelum dia bisa menyentuhmu." --- Sebuah Serangan Misterius Keesokan harinya, Walker Corporation dikejutkan oleh berita besar. Salah satu proyek terbesar mereka di Milan mengalami sabotase. Grayson berdiri di ruang rapat dengan tatapan tajam, melihat laporan yang diberikan oleh asistennya. Lucas, yang berdiri di sampingnya, mendengus. "Ini pasti kerjaan Liam." Grayson menutup dokumen itu dan berkata dengan nada datar, "Aku ingin dia kehilangan segalanya. Mulai dari sekarang, kita serang setiap bisnis yang dia miliki." Lucas mengangguk. "Consider it done, boss." Namun, sebelum mereka bisa bertindak lebih jauh, sebuah panggilan masuk ke ponsel Grayson. Nomor tidak dikenal. Ia mengangkatnya. "Walker." Di ujung telepon, suara Liam terdengar santai. "Kau terlalu mudah ditebak, Grayson. Aku sudah menyiapkan kejutan lain untukmu." Sebelum Grayson bisa menjawab, suara ledakan terdengar dari luar gedung. Alarm berbunyi. Tim keamanan langsung bergerak. Lucas berlari ke jendela dan melihat kepulan asap dari salah satu lantai di bawah mereka. Grayson menggenggam ponselnya erat. "Apa yang baru saja kau lakukan, Liam?" Liam tertawa pelan. "Permainan sudah dimulai. Dan aku tidak akan berhenti sampai aku mendapatkan apa yang kumau." Grayson menutup telepon dengan ekspresi gelap. Ini bukan lagi sekadar persaingan bisnis. Ini perang. Dan dia tidak akan kalah. --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD