Rahasia terungkap

468 Words
BAB 37 – RAHASIA YANG TERUNGKAP Pengkhianatan di Balik Bayangan Malam itu, Grayson duduk di sebuah ruangan gelap di gudang bawah tanah miliknya, tempat di mana ia menangani masalah dengan caranya sendiri. Daniel Vaughn, salah satu direktur kepercayaannya, terikat di kursi di tengah ruangan. Wajahnya sudah penuh keringat meskipun belum ada satu pun sentuhan yang diberikan padanya. Lucas berdiri di belakangnya, menatap pria itu dengan ekspresi dingin. "Daniel, kau tahu kenapa kau ada di sini, bukan?" Daniel menelan ludah, wajahnya pucat. "Aku… aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan!" Grayson, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. "Jangan berbohong padaku, Daniel." Suaranya rendah, tetapi penuh ancaman. "Kau bekerja untuk Liam." Mata Daniel melebar, tetapi ia tetap berusaha mempertahankan kepura-puraannya. "Aku tidak tahu apa maksudmu, Tuan Walker!" Grayson menghela napas, lalu berdiri dari kursinya. Dengan santai, ia membuka lengan kemejanya, menggulungnya perlahan. "Aku tidak punya waktu untuk permainan ini," katanya sambil menatap tajam ke arah Daniel. "Lucas." Lucas mengangguk, lalu meletakkan sebuah map di hadapan Daniel. Map itu terbuka, memperlihatkan dokumen transfer uang dalam jumlah besar ke rekening luar negeri atas nama Daniel. "Ini bukti bahwa kau menerima pembayaran dari Liam beberapa minggu terakhir," ujar Lucas dingin. "Apa kau masih ingin berbohong?" Daniel mulai gemetar. Ia tahu tidak ada gunanya berbohong lagi. "Aku… aku hanya melakukan apa yang diperintahkannya! Dia mengancam keluargaku!" Grayson menatapnya tanpa ekspresi. "Jadi kau berpikir mengkhianatiku adalah pilihan terbaik?" Daniel menundukkan kepalanya, ketakutan merayapi tubuhnya. "Aku tidak punya pilihan, Tuan Walker… tolong, biarkan aku pergi… aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku." Grayson mendekat, membungkuk hingga wajahnya hanya beberapa inci dari Daniel. "Sayangnya, Daniel, aku bukan orang yang memberikan kesempatan kedua." Suara tembakan menggema di ruangan. Daniel terkulai di kursinya. Grayson berdiri tegak, memberikan pistolnya kepada Lucas sebelum berjalan keluar ruangan. Tidak ada rasa penyesalan dalam tatapannya. Satu pengkhianat sudah dibereskan. Sekarang, tinggal Liam. --- Exelina dan Luka Lama Di sisi lain kota, Exelina duduk di sofa dengan pikiran yang kacau. Kata-kata Liam terus terngiang di kepalanya. "Aku tahu rahasiamu." Apa yang sebenarnya ia ketahui? Exelina menggenggam gelas anggurnya erat. Masa lalunya adalah sesuatu yang selalu ia sembunyikan. Tidak ada yang boleh tahu apa yang telah terjadi padanya sebelum ia menjadi Exelina Gladhine yang sekarang. Ketukan di pintu membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia mengendalikan ekspresinya sebelum berjalan ke pintu dan membukanya. Grayson berdiri di sana, masih mengenakan kemeja hitamnya, tetapi ada percikan merah samar di lengannya. Exelina tidak bertanya. Ia hanya melangkah ke samping, membiarkan Grayson masuk. Tanpa berkata apa pun, Grayson langsung meraih pinggangnya dan menariknya ke dalam pelukannya. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu," bisiknya di telinga Exelina. Exelina menutup matanya, membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan Grayson. Tapi jauh di lubuk hatinya, ia tahu—pertarungan ini masih jauh dari selesai. Liam belum menunjukkan langkah terakhirnya. Dan Exelina harus bersiap. --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD