Perang bisnis dimulai

509 Words
BAB 32 – PERANG BISNIS DIMULAI Markas Besar Walker Corporation – New York Grayson berdiri di depan jendela kantornya yang menghadap gedung pencakar langit Manhattan. Di tangannya, secangkir kopi hitam mengepul, tetapi ia sama sekali tidak berniat meminumnya. Lucas Montgomery memasuki ruangan dengan ekspresi serius. "Boss, kita punya masalah besar." Grayson tidak berbalik. "Liam?" Lucas mengangguk. "Dia mulai menyerang bisnis kita. Saham beberapa anak perusahaan kita tiba-tiba turun drastis. Beberapa investor menarik diri, dan aku baru saja mendapat laporan bahwa salah satu kontrak eksklusif kita dengan kerajaan Arab dibatalkan." Grayson mendengus, matanya semakin gelap. "Typical Liam. Menyerang dari bayang-bayang." Lucas meletakkan beberapa dokumen di meja. "Bukan cuma itu. Ada desas-desus bahwa dia bersekongkol dengan salah satu anggota dewan kita untuk melemahkan posisi perusahaan." Kini, Grayson berbalik. Rahangnya mengeras, matanya penuh amarah yang terkendali. "Cari tahu siapa pengkhianatnya. Aku ingin nama, riwayat transaksi, dan setiap komunikasi mereka dengan Liam." Lucas tersenyum miring. "Sudah kupersiapkan. Aku hanya butuh perintah darimu untuk mengeksekusi." Grayson menyesap kopinya perlahan, kemudian meletakkannya di meja. "Hancurkan mereka." Lucas terkekeh. "Dengan senang hati." --- Exelina dalam Ancaman Sementara itu, Exelina sedang berada di salah satu butik cabangnya di New York, memeriksa koleksi terbaru yang akan segera dirilis. Namun, ada sesuatu yang membuatnya tidak tenang. Sejak insiden dengan Liam, ia merasa ada yang mengawasinya. Saat ia hendak melangkah ke ruang kerjanya, seorang karyawan mendekatinya dengan wajah panik. "Nona Exelina, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Dia bilang ini soal bisnis, tapi... ada sesuatu yang aneh darinya." Exelina mengernyit. "Siapa namanya?" "Dia tidak mau menyebutkan namanya, hanya mengatakan bahwa dia memiliki penawaran yang tidak bisa Anda tolak." Exelina merasakan firasat buruk. "Di mana dia sekarang?" "Di lounge VIP. Haruskah saya menyuruhnya pergi?" Exelina berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Tidak. Aku akan menemuinya." Ia berjalan dengan penuh kewaspadaan menuju lounge. Saat ia membuka pintu, seorang pria asing dengan jas hitam mahal sedang duduk santai, menyesap anggur merah. Pria itu tersenyum begitu melihatnya. "Akhirnya kita bertemu, Miss Gladhine." Exelina tetap tenang meskipun hatinya waspada. "Siapa Anda?" Pria itu meletakkan gelasnya dan bersandar. "Katakan saja, aku seseorang yang bisa menyelamatkanmu dari badai yang akan datang." Exelina menyipitkan matanya. "Badai?" Pria itu menyeringai. "Grayson Walker mungkin kuat, tapi bahkan pria sepertinya tidak bisa melawan dunia bisnis seorang diri. Jika kau tetap berada di sisinya, kau juga akan hancur bersamanya." Jantung Exelina berdegup lebih cepat. "Apa maksudmu?" Pria itu berdiri dan berjalan mendekatinya. "Aku menawarkan perlindungan. Jika kau meninggalkan Grayson, aku bisa memastikan bisnis dan hidupmu tetap aman." Exelina menahan tawanya. "Dan siapa yang mengirimmu? Liam?" Pria itu tidak menjawab, tetapi senyumnya cukup untuk memberikan konfirmasi. Exelina melipat tangannya. "Dengar baik-baik. Aku tidak takut dengan permainan kecil kalian. Jika kalian pikir aku akan meninggalkan Grayson karena ancaman ini, maka kalian benar-benar bodoh." Pria itu menghela napas, seolah kecewa. "Sayang sekali. Aku harap kau membuat keputusan yang lebih bijak." Sebelum Exelina bisa menjawab, pria itu berjalan keluar, meninggalkan atmosfer dingin di ruangan itu. Exelina segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Grayson. Begitu panggilan tersambung, suara beratnya langsung terdengar. "Sayang?" "Kita punya masalah." --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD