"Papa…, Tiffany pulang!!"
Perempuan itu membuka pintu rumahnya dengan begitu lebar dan berteriak. Sehingga membuat pria tua yang sedang menikmati televisinya sampai menoleh. Pria itu tersenyum kecil dan langsung melambaikan tangannya pada anak perempuannya.
Satu kotak donat dia letakkan di depan Leon. Lalu membukanya dan menghitung isi donat. Tanpa ada matcha seperti apa yang Leon katakan, sebelum Tiffany pergi.
Pria itu langsung mengambil donat kesukaan nya. Tapi dengan cepat Tiffany langsung memukul tangan Leon dengan pelan.
"Papa mau makan donatnya, kenapa nggak boleh?" ucap Leon bingung.
"Papa lupa ya, ambilin donatnya buat Mbak Asih?"
Seketika itu juga Leon menepuk jidatnya lupa. Dia pun meminta Tiffany untuk mengambil piring kecil, dan mengambil dua donat untuk Mbak Asih. Kalau masalah donat Leon suka lupa dengan orang sekitarnya termasuk Tiffany.
Melihat hal itu Tiffany hanya mampu tertawa kecil. Biarkan pria itu menikmati donatnya sampai habis. Jika nanti giginya sakit, Tiffany hanya perlu mengajak Leon pergi ke dokter gigi dan mencabut giginya.
"Enak nggak Pah donatnya? Ini aku beli di toko lain, bukan yang langganan Papa.” kata Tiffany.
"Dimana?" jawab Leon dengan mulut penuhnya.
Karena hari ini ada grand opening salah satu cafe baru, dekat dengan perempatan lampu merah, dekat kampus Tiffany. Akhirnya mereka memutuskan untuk datang ke cafe baru itu. Untuk mencoba donat dan juga minuman yang ada. Masalah tempat tidak ada yang kurang, bagus dan masa kini. Cuman tidak ada panggung kecil untuk live musik. Biasanya kalau cafe begini suka sekali memanggil satu band atau penyanyi lokal. Atau tidak penyanyi yang ada di YokTube untuk memeriahkan cafe baru mereka. Tapi nyatanya cafe tadi hanya menawarkan harga donat dengan isinya dua belas donat, diskon lima puluh persen. Mantap nggak tuh!! Dan karena Tiffany tipe orang yang tidak bisa jauh-jauh dari diskon. Ya tentu saja Tiffany tidak mau menyia-nyiakan diskon itu. Untung saja tadi saat membelinya cafe tidak begitu ramai.
Leon mencicipi rasa donat itu dengan teliti. Donat yang empuk dan sedikit memiliki bau amis. Mungkin adonannya kurang lama, itu sebabnya berbau amis. Kalau masalah rasa menurut Leon ini sangat enak, dan manisnya juga pas.
"Syukur deh kalau Papa suka. Aku pikir Papa nggak bakalan suka." ucap Tiffany.
"Hmm, kamu nggak makan Tif? Jangan sampai donat sebanyak ini Papa yang habisin ya." kekeh Leoan.
Dengan tertawa kecil Tiffany mengambil satu donat rasa strawberry dan memakannya. Sesekali menatap ponselnya yang tidak ada notif satu pun.
Dengan iseng Tiffany membuka room chat dirinya dan juga Bara. Membaca pesan akhir yang perempuan itu kirimnya satu minggu yang lalu.
Ya satu minggu yang lalu, Tiffany mengirim pesan pada Bara. Dia hanya menceritakan apa yang terjadi dalam satu hari itu. Dan respon Bara hanya membacanya saja, tanpa mau membalas pesan itu. Tiffany tahu jika laki-laki itu selalu membaca pesannya. Dan bahkan Tiffany juga bisa membayangkan bagaimana reaksi Bara membaca pesannya. Tersenyum begitu manis dan bahkan jika ada hal lucu, Bara pasti tertawa terbahak sambil memegangi perutnya.
Menyadari putrinya sejak tadi tersenyum terus, Leon langsung menatap Tiffany dengan alis yang berkerut.
"Kamu kenapa kok ketawa?" kata Leon bingung.
"Hmm, apa?"
Leon menunjuk Tiffany dengan tertawa kecil. Dia jadi berpikir jika anak perempuannya itu sedang jatuh cinta. Tentu saja Tiffany langsung menolaknya, mengelak jika dia tidak sedang jatuh cinta. Tiffany hanya senang melihat notif band kesukaannya pagi tadi. Bukan berarti Tiffany sedang jatuh cinta kan?
"Masih mau ngelak? Papa itu kenal betul siapa kamu." ledek Leon.
"Idih, Papa apaan sih. Siapa juga yang jatuh cinta. Papa itu sok tauuuuu…,"
Leon menarik bibir Tiffany yang memanjang dan tertawa kecil. Dari gelagatnya saja Leon tahu nika anak perempuannya ini sedang jatuh cinta.
Oke, baiklah!! Jika Leon memaksa itu tandanya Tiffany harus berkata jujur kan?
"Papa pengen tahu siapa yang udah buat aku jatuh cinta?" tanya Tiffany memainkan alisnya.
"Siapa?"
Tiffany mengambil ponselnya dan membuka salah satu apk berwarna merah. Mencari foto Bara yang terlihat sangat polos dan tampan. Lalu dia tunjukan pada Leon yang ternyata sudah menunggunya.
Pria tua itu mengerutkan keningnya dalam, menatap foto yang ditunjukan Tiffany padanya. Kaos putih dengan kalung peluru, rambut berwarna blonde dan juga dua mutiara di gigi taringnya.
"Dia siapa?" tanya Leon bingung. "Papa nggak pernah lihat? Yakin pacar kamu?" ujarnya.
Tiffany mengangguk, "Iya lah Pah. Ini namanya Bara Cavero, dia pacar aku."
Lagi-lagi alis Leon mengerut dalam. Dia menepis ponsel itu dan menggeleng. "Halusinasi mulu kerjaan kamu!!" cibir Leon dan membuat Tiffany mendelik sempurna.
"Papa kok ngatain sih!!" seru Tiffany kesal. "Papa….," teriak Tiffany saat melihat Leon pergi dari hadapannya.
-Chasing Yout-
Kamar adalah tempat paling nyaman untuk Tiffany, terkadang dia paling suka lama-lamaan di kamar apalagi kamar ini dia sendiri yang mendesain setelah menjadi penulis. Ya kamar yang dulunya memiliki dinding kosong sekarang terisi penuh dengan apa yang Tiffany inginkan.
Tempat tidur tanpa ranjang dan juga karpet bulu berwarna cream. Bukannya Tiffany tidak suka tempat tidur yang tinggi. Dia itu kalau tidur suka ngigau, suka ngelindur. Dia hanya takut jatuh dan gegar otak. Belum lagi tempat belajar di dekat jendela dengan minimalis. Di atas tempat meja itu terdapat banyak barang, terutama laptop dan juga tablet pembuatan cover. Tempat pensil dari kayu dan juga bunga kering. Lampu gantung di ujungnya dan juga bufet kecil di samping meja belajar ini. Belum lagi Tiffany menambahkan Fuddate Mesh Board yang menggantung di depan meja belajar. Itu Tiffany pasang dan untuk mengoleksi foto Bara, sticky note dan juga memo. Di atasnya juga ada satu gantungan rak yang isinya hanya kotak kecil berwarna merah.
Diujung kamar sisi kiri dekat dengan pintu kamar mandi dan lemari panjang. Disana ada satu cermin persegi panjang yang berdiri begitu elegant. Dengan kayu panjang tempat handuk , meja kecil yang ada hiasan pohon kaktus dan juga alat make up lainnya yang dimasukkan ke dalam kotak makeup. jadi lebih simple walaupun barangnya banyak.
Tidak hanya itu, Tiffany juga membuat wall decor pada dinding mulusnya. Saat ini dinding itu memiliki banyak sekali foto dirinya, dan juga foto Bara yang berbentuk hati. Selain itu, Tiffany juga menambahkan gantungan bunga hias, lampu led dan juga poster. Tak lupa juga dengan neon letters bertulisan enjoy my spirit.
Oh iya, Tiffany juga menggunakan gorden minimalis polos berwarna krem semi transparan, atau biasa disebut dengan gorden vitrase. Di samping gorden dan jendela di sisi yang berlawanan dengan meja belajar. Disana ada satu bufet kecil yang isinya hanya light word box. Ini adalah sebuah lampu sekaligus quotes penyemangat untuk Tiffany, dan bahkan perempuan itu bisa membacanya setiap hari. Light word box ini terbuat dari kaca dan kayu, yang memancarkan lampu dari dalam. Bunga kering dan juga beberapa barang unik juga berada disana, termasuk pengharum ruangan yang wajib berada di kamarnya ini.
“Besok kayaknya aku harus beli tapestry biar dinding atas light word box nggak kosong,” gumam Tiffany sambil mengusap dagunya. Lalu pandangannya terarah pada meja belajarnya dimana laptopnya sudah waktunya disentuh. “Baiklah, my mind bersahabatlah denganku untuk malam ini.” kekehnya.
-To Be Continued-