Semalaman menulis membuat Tiffany bangun kesiangan. Dia baru saja bangun tepat jam sepuluh siang. Untung saja hari libur, jadi dia bisa bebas bangun kapan saja. lagian Leon juga mengetahui pekerjaan sampingan Tiffany sebagai penulis. Buat dia tidak masalah selama tidak mengganggu kuliahnya.
Dengan mata yang masih merem melek, perempuan itu langsung berjalan ke kamar mandi. Setidaknya dia harus mandi lebih dulu untuk kembali segar. Barulah merapikan tempat tidurnya agar enak dilihat. Tiffany terlalu mandiri untuk membersihkan kamarnya, tapi jika menyapu dan mengepel ya tetap saja Mbak Asih yang membersihkannya.
Hampir tiga puluh menit Tiffany baru saja selesai mandi. Dia pun duduk di depan cermin perseginya dan mengambil kotak skincare miliknya. Mengambil toner dan juga moisturizer. Hari ini dia sedang tidak ada jadwal keluar, Jessica juga tidak mengirim pesan apapun pada Tiffany. Tanda jika perempuan itu anteng ayem di rumahnya dan tidak rewel untuk mengajak Tiffany keluar rumah. Sentuhan terakhir Tiffany menggunakan lotion andalannya dan barulah dia keluar dari kamarnya.
“Eh Mbak Asih, mau ngapain kok berdiri di depan kamar aku?” tanya Tiffany heran. Biasanya perempuan yang usianya tiga tahun di atasnya ini langsung nyelonong masuk untuk membersihkan kamar Tiffany. tapi kali ini Mbak Asih malah hanya berdiri di depan kamarnya.
Mbak Asih tertawa kecil sambil menunjuk foot Bara yang menggantung bebas di pintu kamar Tiffany. “Saya itu sebelum masuk kamar non Tiffany suka lihat fotonya Bara dulu.” jelasnya malu.
“lah kenapa Mbak, ada yang salah sama fotonya Bara?”
Mana mungkin ada yang salah dengan foto laki-laki yang seumuran dengan Tiffany. Dia itu terlalu tampan, jadi sayang banget kalau sampai dilewatkan. Tiffany hanya geleng kepala dan meminta Mbak Asih untuk segera masuk ke dalam kamarnya, kamar ini dua hari nggak dipel sama Mbak Asih dan lantainya membuat kaki Tiffany lengket. Mbak Asih juga bisa melihat poster Bara yang besar di kamarnya, yang bahkan jika dilihat bisa membuat mbak Asih malu sendiri.
Sedangkan Tiffany yang merasa lapar pun segera turun ke bawah dan mencari makan. Saat lagi mengambil piring, disaat itulah lonceng rumah ini berbunyi menandakan ada orang datang ke rumah Tiffany.
Perempuan itu menatap sekeliling rumahnya yang tidak ada orang sama sekali. Mungkin Mbok Darmi pergi ke pasar, Mbak Asih lagi ngepel kamarnya dan papa pasti sudah pergi ke kantor. Dan dengan terpaksa Tiffany berjalan pelan dan langsung membuka pintu rumahnya dengan lebar.
“Jessica..,” pekik Tiffany kaget.
Perempuan itu tersenyum begitu lebar. Dia pun memamerkan satu kantong plastik buah-buahan pada Tiffany. Tentu saja hal itu langsung membuat Tiffany menatapnya heran.
“Itu buah buat apaan Jes banyak banget. Di rumah aku juga masih ada banyak buah deh.” tanya Tiffany heran.
“Buat bikin rujak buah, lagi pengen, ayoo.”
Tiffany mendengus dua harus makan lebih dulu sebelum perutnya berperan. jangan sampai dia sakit perut saat buah-buah lezat dan manis itu masuk ke dalam perutnya. Sambil menunggu Tiffany makan, Jessica malah mengupas beberapa buah dan dia taruh wadah yang besar. Nanti kalau Mbak Asih datang, perempuan itu bisa memotong buahnya dan juga mencucinya. Apalagi sambal buatan Mbak Asih juga enak, itu sebabnya Jessica paling suka sambal buatan Mbak Asih daripada harus beli di pinggir jalan. yang kadang tidak sesuai harapan Jessica.
Tak lama orang yang ditunggu pun datang, Jessica langsung meminta Mbak Asih untuk membuatkan sambal rujak. Dan mengajak perempuan itu untuk menikmati rujak ini di siang hari. Ditambah lagi minuman soda yang tentunya menggugah selera Jessica. Asli membayangkan saja membuat wanita itu mengeluarkan air liurnya.
“Tutup mulutmu Jes. takutnya rumah aku banjir karena air liur kamu.” canda Tiffany dan meletakkan piring makannya di atas meja.
Jessica mendengus menatap Tiffany kesal, “Daripada kamu ngehaluin Bara mulu. Sadar diri, kalau Bara nggak bisa digapai!!”
“Ceritanya balas dendam ya? Btw, ini nyata ya bukan halu. Kalau aku beneran pacarnya Bara.” jawab Tiffany berbisik. Tentu saja hal itu langsung membuat Jessica mendengus sempurna.
****
Bercanda tawa bertiga membuat perbedaan di antara mereka tersingkirkan. Tidak ada lagi rasa canggung sedikitpun diantara mereka. Bahkan Mbak Asih saja sampai tidak berpikir jika dua orang di hadapannya adalah orang kaya, yang mau bergaul dan berteman dengannya. Duduk dibawah lantai seperti jarang dilakukan oleh orang-orang kaya seperti Tiffany dan juga Jessica. Dilihat dari brand baju santai yang mereka pakai saja, kadang Asih masih mikir jika mereka tidak bisa berteman sedekat ini. Taunya, berteman jangan tulus itu tidak memandang kasta dan tahta.
"Mbak Asih udah lihat foto Bara terbaru belum? Yang pake tato." Tiffany menaik turunkan alisnya menggoda Asih dan tertawa kecil. Dia baru tahu jika anak asistennya ini adalah penggemar berat Bara. Jika tahu sejak dulu, mungkin jika ada konser Bara dia akan mengajak Asih untuk melihat konsernya.
"Sudah lihat non, cakep ya. Nggak ada minus sama sekali." komentar Asih cekikikan.
Tiffany juga ikut cekikikan mendengar hal itu, dia pun langsung melahap mangga mudanya dengan sambal totol ala Asih. Sesekali menggoda Jessica yang sama sekali tidak menyukai Anemone. Bahkan Tiffany bersumpah jika suatu saat nanti Jessica akan jatuh cinta dengan salah satu diantara mereka. Entah itu Elang, Gavin atau mungkin Arkana. Biar dia tahu bagaimana rasanya menjadi gila karena mereka.
"Bentar-bentar!! Amit-amit ya, sampai kapanpun aku nggak bakalan jatuh cinta dan segila kalian, apalagi ini tentang Anemone. Nggak akan!!" ucap Jessica sambil menggoyang-goyangkan jarinya.
Bukannya kesal dengan jawaban Jessica. Tiffany dan juga Asih malah mengamininya, lagian jodoh kan juga tidak ada yang tahu dengan siapa mereka dipertemukan. Dalam hati Tiffany benar-benar menginginkan Jessica jatuh cinta dengan salah satu diantara mereka.
Sangking kesalnya mendengar nama Anemone, Jessica sampai memukul kening dan juga lantai rumah ini sebanyak tiga kali. Tanda jika dia tidak akan jatuh cinta dengan salah satu diantara mereka. Tidak ada faedahnya juga jatuh cinta dengan mereka, yang ada bukannya cinta Jessica akan benci diri sendiri.
"Eh bentar-bentar mau kirim pesan dulu." kata Tiffany tiba-tiba.
"Mau kamu kirim pesan sampai langit runtuh pun, dia juga nggak mungkin ngerespon pesan kamu!! Habisin kuota tau nggak!! Cari yang lain saja, contohnya Mikhael mungkin."
Tiffany hanya me liriknya saja tanpa mau menjawab. Mikhael adalah salah satu orang yang selama ini menyukai Tiffany. Mereka menjadi teman dekat selama ini. Tapi sayangnya Tiffany tidak bisa berpaling dari pesona Bara sedikitpun.
Perempuan itu langsung membuka pesan room dirinya dan juga Bara. Lalu mengetik sesuatu di sana.
To: Bara Cavero
Hai…, udah satu minggu ya aku nggak kirim pesan ke kamu. Maaf ya, bukannya aku lupa. Sekarang aku punya kegiatan baru buat nunggu kamu sampai pulang. Bara, aku sekarang menjadi penulis. Banyak novel yang aku tulis dan itu semua tentang kamu. Tentang hubungan kita. Kamu baik-baik ya disana, cepat pulang!! Aku nunggu kamu loh ?. Oh iya siang ini Jessica datang ke rumah dan bawa buah banyak. Kita sedang makan rujak buah buatan Mbak Asih juga. Bara, kamu tau nggakkk!! Kalau Mbak Asih juga ngefans sama kamu. Hmm, sudah dulu ya. Jessica marah-marah mulu kalau aku sebut nama kamu. Jaga kesehatan, jangan lupa makan, dan…, i love you. Cepat pulang!!
-To Be Continued-