|| Chasing You-15 ||

1145 Words
“Kemarin kamu kemana Tif?” Pertanyaan itu langsung membuat Tiffany menoleh. Dia pun menatap Jessica yang duduk di depannya dengan senyum lebarnya. Mungkin, Jessica di telepon Leon karena Tiffany tak kunjung pulang jam sepuluh malam. Melainkan dia pulang tepat jam dua belas malam, dan itupun Bara yang mengantar pulang. Seperti biasa pria itu tidak turun dari mobilnya, dan beralasan jika itu adalah sopir taksi online. “Malah belajar gila.” dengus Jessica kesal. “Ya ampun Jes aku masih waras tau.” Kalau waras yang namanya ditanya pasti di jawab. Bukan malah tersenyum, seolah senyum itu mengartikan segalanya. Kemarin Tiffany hanya bilang, jika dia akan pergi dan jika Leon bertanya apakah Tiffany pergi bersama dengan Jessica. Wanita itu harus menjawab iya. Cuamn Tiffany tidak mengaku kemana dia harus pergi, sedangkan Jessica berpikir jika kemarin Tiffany pasti bersama dengan Bara. “Yups. Betul sekali, aku ketemu sama Bara.” ucapnya Jessica memutar bola matanya, apa yang dia pikirkan ternyata benar. Padahal Jessica malah meminta Tiffany untuk menjaga jarak, saat Bara kembali ke Ibukota. Itu akan cukup bahaya untuk Tiffany dan juga Bara. Selain hubungan mereka disembunyikan selama tujuh tahun, ada sesuatu yang Tiffany tidak tahu tentang asal usul Bara yang sesungguhnya. Jessica hanya tidak ingin jika wanita itu terlalu dekat dengan Bara dan akan menyebabkan sakit hati yang berkepanjangan. Dia memang terlihat biasa saja, tapi Jessica yakin jika wanita itu menyimpan banyak luka. Dan itu semua hanya karena Bara. “Tif bukannya aku nggak suka hubunganmu sama Bara. Tapi tolong dengarkan aku sekali saja, tolong jangan terlalu dekat dengan Bara.” Tiffany menatap Jessica tidak suka. Dulu wata itu yang menjadi saksi hubungan Tiffany dan juga Bara. Dan sekarang dia malah bilang tidak suka dengan hubungan mereka berdua? “Atas dasar apa sih kamu bilang gitu ke aku Jes? Bukannya dulu nggak masalah kalau aku pacaran sama dia? Dan kamu juga kan yang minta aku buat jadian sama Bara, dan sekarang kamu malah bilang kalau aku nggak boleh dekat-dekat sama Bara? Itu mau kamu apa sih?” Tiffany terlihat sangat marah. Jessica ingin sekali menjelaskan sesuatu pada Tiffany. Tapi Jessica yakin, jika wanita itu tidak mungkin percaya dengan ucapan Jessica. Tapi jika tidak diberitahu Jessica juga tidak tega dengan Tiffany. “Kamu beneran suka sama Bara?” tanya jessica mengalihkan pembicaraan Tiffany mengangguk, “Cinta. Bukan suka.” ralat Tiffany. “Terus kalau misalnya, Bara punya tunangan tapi dia masih pacaran sama kamu. Apa yang kamu lakukan? Melepas atau bertahan?” Tiffany diam sejenak, lalu memiringkan kepalanya menatap Jessica heran. Kenapa wanita itu bertanya seperti itu pada Tiffany? Ap dia tahu sesuatu tentang Bara? Apa mungkin hal itu juga menjadi alasan utama Bara, karena tidak mau mengenalkan Tiffany pada keluarganya. Dan Bara juga tidak ingin mengenalkan dirinya pada keluarga Tiffany. Tapi.., mana mungkin? “Yang jelas aku nggak tau mau bertahan atau melepas. Tergantung Bara ingin aku bertahan apa pergi.” Jessica mengusap wajahnya frustasi, ternyata temannya ini tidak bisa diselamatkan sama sekali. “Yaudah sekarang terserah kamu juga. Apa-apa ngikut Bara aja, sampai ke neraka ikut Bara juga!!” Tiffany tersenyum kecil, dan menunduk. “Jes…, akan ada saatnya dimana aku akan pergi dan melupakan semuanya. Kamu nggak perlu khawatir, nggak perlu takut dalam hubunganku dengan Bara. Karena aku tahu endingnya seperti apa.” Mata Jessica berkaca mendengar hal itu, dia pun langsung memeluk Tiffany begitu erat. Suatu hari nanti, luka itu akan datang kembali, menghantam Tiffany begitu keras. Menguatkan sosok lemah lembut itu dengan pahitnya cinta. Dan Jessica berharap, hal itu tidak akan merubah segalanya dalam diri Tiffany. “Aku tau kamu wanita kuat. Tapi sekuat-kuatnya kamu akan rapuh juga. Aku orang pertama yang nggak mau lihat kamu rapuh Tiffany.” Sekali lagi Tiffany tersenyum kecil, “Cinta dan luka satu paket. Dengan ini aku belajar, jika hidup tidak semuanya terasa manis.” -Chaaing You- Tiffany duduk di taman kampus seorang diri. Memikirkan ucapan Jessica beberapa menit yang lalu. Wanita itu pergi lebih dulu, karena ada urusan dengan kakak perempuannya. Sedangkan Tiffany, dia masih duduk di lingkup kampus dan tak ada niatan untuk pulang. Luka apa yang akan dia hadapi kembali? Perjalanan seperti apa yang harus dilalui? Kesabaran macam apa yang harus dia hadapi? Apa ini masih kurang? Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Tiffany. Selama tujuh tahun itu banyak rintangan, banyak godaan dan banyak luka yang dia hadapi. Dimana orang yang dia cintai selalu saja masuk dalam kategori internasional playboy. Ada banyak berita tentang Bara dating dengan banyak wanita, dan beberapa berita itu memang dibantah. Tapi ada juga beberapa berita yang sama sekali tidak dibantah oleh pihak 4-Pack dan juga Bara. Dan Tiffany menganggap jika berita itu benar adanya. Bara yang pernah dating dengan wanita lain saat dia jauh dari Tiffany. Sedangkan Tiffany disini, hanya mampu tersenyum dan menunggu kepulangan Bara. Pria itu berjanji, jika nanti Bara kembali dia ingin sekali memberitahu dunia jika Tiffany adalah pemilik hatinya yang sesungguhnya. Tapi sampai sekarang pun Bara tidak mengumumkan hubungannya dengan Tiffany. Siapa sih yang tidak ingin di publish? Setidaknya orang terdekat Bara tahu, jika pria itu memiliki kekasih. Sampai detik ini Tiffany tidak mendapatkan apapun, tidak mendapatkan pengakuan sama sekali dari Bara. Saat Tiffany menutup kedua matanya, disaat itulah dia merasa sebuah tangan menutup kedua bola matanya. Tangannya terulur menurunkan tangan yang menutup kedua matanya tadi dan menolehkan kepalanya ke belakang. “Boo..,” Pria itu berdecak kesal, dia pun melompat dan langsung duduk di samping Tiffany, “Kok tau sih kalau ini aku?” tanya Bara dengan nada merajuknya. “Tau lah. Aroma kamu itu nggak bisa bohong. Sudah hafal.” Bara tertawa di balik maskernya, sambil mengacak rambut Tiffany. “Aku merhatiin dari jauh, kamu kayaknya lagi sedih banget. Kenapa? Ada masalah di kampus kamu?” Tiffany menggeleng, dia hanya merasa pusing dengan naskah yang menumpuk dan editor yang terus meminta Tiffany untuk menyelesaikan naskahnya dengan cepat. Sedangkan Tiffany sendiri sedang tidak ingin menghayal sama sekali. “Tetap jaga kesehatan, kalau udah nggak tau mau mikir apa, jangan dipaksa. Buat istirahat dulu aja, atau nggak jalan-jalan refreshing biar kamu nggak suntuk.” saran Bara. Tiffany mengiyakan ucapan Bara, mungkin dia kurang kafein s**u beberapa hari ini. Itu sebabnya dia gampang pusing hari ini. Tentu saja mendengar kata kafein s**u, Bara langsung mengajak Tiffany pergi ke apartemennya. Disana banyak sekali kopi s**u kesukaan Tiffany. Dan wanita itu juga bisa menemani Bara tidur. “Kamu nggak tidur lagi semalam?” tannya Tiffany heran. Bara menggeleng, “Nggak sempat. Makanya sekarang ayo pergi ke apartemen, aku mau tidur. Kamu juga bisa tidur disana kalau mau, atau menulis naskah kamu,” jelas Bara dan membuat Tiffany mengangguk. Tidak buruk juga, siapa tahu saja saat di apartemen Bara otak Tiffany langsung lancar dan bisa ngehalu sampai akhir. “Jangan lupa bilang Bapak Leon, kalau kamu pulang malam.” ujarnya. Itu sebuah kode, dimana Tiffany harus mencari alasan yang tepat saat Leon kembali mengintrogasinya. -Chasing You-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD