Pagi ini terasa berbeda untuk Bara. Jika pertama kali dia membuka mata, yang dilihat guling, ranjang kosong atau mungkin sinar matahari yang menusuk matanya. Kali ini Bara malah melihat wanita cantik yang tengah sembunyi dibalik selimut tebal miliknya. Wanita yang tertidur dengan posisi meringkuk layaknya bayi, dengan selimut yang hampir menutup setengah dari wajahnya. Dengan rambut acak-acakan pula. Terlihat sangat lucu bukan?
Tangan Bara terangkat untuk menurunkan selimutnya. Lalu mengusap wajah wanita itu dengan lembut. Dari kening, hidung dan jatuh pada bibir soft pink milik Tiffany. Bibir yang selama tujuh tahun ini, sekalipun tak pernah di cicipi oleh Bara. Dia hanya berani mencium Tiffany hanya di bagian tertentu.
Senyum pria itu luntur saat ponselnya terus saja berdering. Dia pun berdecak kesal saat tahu siapa yang menelponnya.
Jason!!
Orang yang selalu mengganggu pagi Bara. Orang yang selalu merusak suasana dan juga mood Bara seketika.
"Apa!!"
"Buruan ke dorm. Jangan nyempil aja lo di ketiak Emak lo."
Bara berdecak kesal. Baru saja dia menikmati pagi yang indah bersama dengan Tiffany. Dan setan satu itu langsung mengganggunya. Anggap saja selama ini Bara menjadi pengikut setan macam Jason. Mau tidak mau Bara pun bangkit dari tidurnya dan memilih masuk ke kamar mandi.
Percayalah tidur bersama dengan Tiffany membuat Bara tersiksa. Bagaimanapun Bara ini pria normal, dia juga bisa lepas kendal jika dia ingin. Tapi berhubung ini Tiffany, Bara akhirnya menahan sesuatu dalam dirinya yang ingin meledak. Sedangkan selama ini Bara selalu saja menghabiskan malam bersama wanita bayarannya. Atau pacar settingan untuk melambungkan namanya. Dan semalam, Bara dan Tiffany hanya tidur berdua tidak lebih. Ingat!! HANYA TIDUR.
Hampir tiga puluh menit, Bara baru saja selesai mandi air dingin. Yang biasanya dia selalu mandi air hangat, percayalah semua ini karena Tiffany. Salah Bara juga sih, seharusnya dia membiarkan Tiffany tidur di kamar sebelah.
Mengambil t-shirt berwarna hitam, celana jeans sobek akhirnya Bara pun siap untuk kembali ke dorm. Tapi sebelum itu, Bara menyempatkan diri untuk mengecup kening Tiffany, dan mengambil beberapa foto lucu Tiffany saat dia tidur. Barulah Bara bisa pergi ke dorm.
Sepanjang perjalanan Bara kembali berdecak, saat nama itu kembali muncul di ponselnya. Pria itu langsung mematikan panggilan, dan menyimpannya di saku hoodienya. Tapi lagi-lagi ponsel itu kembali berbunyi, hingga membuat Bara dengan terpaksa menerima panggilan itu.
"Apa lagi!!" desis Bara.
"Lo lama banget sih!! Buruan ke dorm Bara!!"
"Sialan!! Gue masih di jalan. Lo mau gue mati bawa mobil, sambil terima panggilan lo?" umpat Bara kesal. Harinya benar-benar buruk karena dia.
Di seberang sana Jason tidak menjawab. Dia pun langsung mematikan sambungan teleponnya dan menunggu Bara datang. Begitu juga dengan Bara, dia pun segera pergi ke dorm dengan cepat. Mumpung jalanan masih sepi, dia masih bisa menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata. Rasanya dia jadi rindu balapan dulu, sebelum jadi seperti ini.
Ya, sebelum dia memutuskan untuk menjadi idol, menjadi solo karir. Bara termasuk anak yang nakal, dia suka sekali balapan dan juga menjadikan wanita sebagai taruhannya. Apalagi jika dia sudah bosan dengan mantan kekasihnya dulu, sudah jelas dengan cara memutuskan secara elegan dia pasti membuat wanita itu sebagai taruhan. Siapapun yang bisa mengalahkan Bara, dia pasti akan mendapatkan mantan Bara. Dan.., semua orang sudah pasti tahu jika hal itu terjadi. Bara akan mengalah, dan membiarkan musuhnya menang. Jika taruhannya uang, atau benda yang berharga. Jangan kasih pertanyaan. Bara pasti juaranya.
Sesampainya di dorm pria itu segera turun dari mobilnya, dia menatap pintu dorm ini yang terbuka.
Tumben sekali!! Pikir Bara.
"Kenapa sih lo panggil gue!! Ribet banget hidup lo!!" omel Bara dan dia sampai di depan Jason.
"Sialan!! Ada tawaran iklan buat lo. Makanya gue telepon lo." Jason melempar mapnya pada Bara. Agar pria itu mau menatap berapa bayaran yang mereka tawarkan untuk Bara.
"Tinggal bilang di telepon kan bisa!! Lo nggak perlu terus-menerus nelpon gue!!"
Jason memutar bola matanya malas, "Sekalian latihan!! Jangan nyempil doang lo di ketek Emak lo. Mentang-mentang pulang ke negara lo, jangan seenaknya." ucap Jason dan membuat Bara menaikkan satu alisnya kesal. Jangan sampai Bara memukul wajah pria sok ngatur itu sekarang juga.
-Love (Not) Blind-
Tiffany membuka kedua matanya secara perlahan. Dia pun menatap ranjang sampingnya yang kosong. Menatap sekeliling apartemen ini yang kosong pula.
"Bara…," panggil Tiffany. Tapi nyatanya tidak ada yang menyatu sama sekali.
Wanita itu memilih berkeliling apartemen ini untuk mencari keberadaan Bara. Dan nyatanya dia sama sekali tidak menemukan dimana Bara. Di ujung tembok, di bawah televisi pun Bara tidak ada. Hingga akhirnya wanita itu mengambil ponselnya dan melihat apakah ada notif dari Bara atau tidak.
Dan ternyata ada. Dia memberitahu Tiffany jika pagi tadi dia harus kembali ke dorm untuk bekerja. Tak lupa juga mengirim wajah lucu Tiffany yang masih terlelap dalam tidurnya.
Wanita itu terkikik kecil, jujur ini pertama kalinya dia tidur dengan pria yang bukan ayahnya. Semalam Tiffany malah berpikir bagaimana wajahnya di pagi hari saat Bara melihatnya. Belum lagi, Tiffany juga berpikir bagaimana jika dia mendengkur keras, hingga membuat Bara ilfil. Atau mungkin Tiffany yang suka mengigau dan jatuh ke bawah. Tapi sepertinya hal itu tidak terjadi, jika Bara tidak komentar apapun. Ditambah lagi, Tiffany juga tidak begitu nyaman saat tidur bersama Bara. Mungkin karena belum terbiasa jadi dia masih merasa canggung.
Masalah Leon kemarin Tiffany langsung menelponnya. Setelah berjarak satu jam setengah, dia menyamakan perjalanan dari KKN dulu. Jadi tidak akan membuat Leon curiga, terus mengirim pesan pada Papanya, agar Leon tidak kesepian. Kasihan juga sih kalau di tinggal begini.
Untuk menyingkat waktu, Tiffany segera mandi air hangat. Pagi ini terasa dingin untuk Tiffany, dan jangan sampai dia sakit karena mandi air dingin. Merendam diri di bathup, sesekali bernyanyi adalah hal yang dilakukan Tiffany. Lagian kamar ini begitu luas dan indah, sayang banget kalau di sia-siakan.
Hampir satu jam Tiffany mandi, dan hampir saja ketiduran. Akhirnya wanita itu menyudahi mandinya dan segera memasak. Lagian kalau dia gofood nanti ada yang tahu, jika Tiffany tinggal di apartemen ini. Lebih baik dia memasak, atau meminta tolong pada dua pengawal Bara untuk membelikan bahan makananya.
"Eh bentar. Kayaknya aku kemarin beli bahannya masih banyak deh." gumam Tiffany.
Wanita itu segera masuk ke dapur dan memasak sesuatu. Tak lupa juga memberitahu Bara, jika dia akan masak dan makan siang bersama. Siapa tahu kan Bara pulang ke apartemen setelah pekerjaannya selesai.
"Oke, waktunya masak..," pekik Tiffany dan bertepuk tangan.
Mengambil daging, sayuran dan juga buah-buahan. Hari ini Tiffany ingin memasak tumis daging dan juga membuat jus jambu merah. Tak lupa juga Tiffany membuat satu mangkuk kecil salad buah, ini paling cocok kalau dimakan di siang hari saat panas-panasnya. Tapi sayangnya, ini bukan lagi panas tapi mendung. Dan mungkin nanti juga akan turun hujan.
"Nggak papa deh, yang penting bikin dulu. Dimakan atau tidak urusan belakang." gumamnya pasrah dan melanjutkan aksi masaknya.
-Love (not) Blind-
Minal Aidzin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir Dan Batin Ya ??