Prolog

527 Words
Embun menggenggam tangan Nadya. "Jaga dia," bisik Embun pelan menghapus air matanya. Nadya menggeleng."Dia mencintai mu." "Kamu pun juga mencintainya. Kamu pantas berada di hidup Raga dari pada ku. Aku tidak pantas, Nad." Nadya menangis, kami menangis bersama. "Cinta mu sangat besar untuk Raga. Aku yakin Raga akan bahagia jika bersamamu." "Kita akan sampaikan hal yang sebenarnya kepada Raga." Bujuk Nadya. Embun menggeleng."Jangan mengatakan apapun kepada Raga, berjanjilah!" pinta Embun memohon. "Embun," mohon Nadya. "Nad," "Berikan kepada Raga apa yang tidak akan pernah aku bisa berikan kepada nya." Nadya menutup wajah nya dengan telapak tangan meredakan tangisannya. Embun menghela nafas meredakan suaranya."Aku menunggu undangan pernikahan mu dengan Raga. Berjanji lah kepada ku Nadya. Buat Raga melupakan ku dengan kembali jatuh cinta kepadamu." "Kalian saling mencintai. Kembalilah Embun, kembalilah kepada Raga." bujuk Nadya. "Sampai jumpa." Nadya memeluk ku erat. Kami menangis bersama. Aku melepaskan peluk kan nya. Embun menatap terkahir kali nya Nadya dan seorang pria di samping Nadya. Nadya kembali menangis."Embun jangan pergi." "Sampai jumpa Nadya. Aku menyayangi kalian berdua." "Ferdian," Embun menatap wajah Ferdian tersenyum. "Jangan ceritakan apapun yang kalian tahu tentang aku dan masa lalu ku kepada Raga." Ferdian mencoba menahan perasaan sedihnya melihat mantan istri sahabat nya Raga. "Aku yakin Raga bisa mengerti Embun. Ini bukanlah jalan keluar yang terbaik." Embun menggeleng tidak setuju."Aku dan Raga telah resmi bercerai. Ini jalan keluar yang terbaik untuk kebahagian kami. Aku bukanlah masa depan yang terbaik untuk Raga." Ferdian menghela nafas menyerah untuk membujuk Embun. "Jaga dirimu baik baik Embun. Ingat! Kami semua menyayangi mu. Kita mungkin baru sebentar mengenal, namun kami sangat menyayangi mu sebagai sahabat kami." lanjut Ferdian. Embun tersenyum mengangguk menyetujui apa yang disampaikan Ferdian. "Terima kasih telah menjadi teman terbaik untuk ku di saat aku tidak percaya apa itu sahabat. Terima kasih." Embun melambaikan tangannya bersiap untuk berpisah dengan Nadya dan Ferdian. "Ak...aku pamit,"kata Embun serak. Sekali lagi Embun memandang Ferdian dan Nadya. Embun membalikkan badan meninggalkan mereka dan menuju ruangan keberangkatan pesawatnya. "Tuhan, aku tahu aku bukanlah hamba Mu yang baik. Aku tak pantas meminta apapun padaMu. Untuk sekali ini aku mohon bahagiakan lah pria yang sangat kucintai ini. *** "Pa...Ma" kata Embun lembut tapi penuh kerapuhan. Embun menatap dalam kedalam bola mata kedua orangtuanya bergantian. "Ini lah yang terbaik" bisik Embun berusaha tegar. Embun menarik nafas pelan,tenggorokan nya tersendat karena berusaha menahan air matanya. " Raga memang pria yang sangat baik yang papa dan mama pilihkan untuk menjadi suami Embun" Sekali lagi Embun menghela nafas " relakan perceraian kami demi kebaikan Raga. Setelah ini selesai, Raga bisa mendapatkan wanita yang baik dan sempurna untuk mendampinginya selamanya" air mata yang ditahan oleh Embun akhirnya lepas dari pelupuk matanya. " Tolong....tolonng.. semua sudah berakhir." Kedua orangtua Embun tak bisa menahan kesedihannya ketika melihat anak perempuan satu satunya mencoba tegar dihadapan mereka. Mereka tahu apa yang dirasakan oleh Embun. Bagaimana raut sedih dari wajah anaknya yang tidak bisa hilang walau Embun berusaha tersenyum. Mama Embun memeluk erat tubuh anaknya yang telah tergoncang karena menangis. " Kamu mencintainya kan Embun?" Tanya mama nya lembut Embun mengangguk dalam peluk kan mamanya. " Terima kasih pernah menjodohkan Embun dengan Raga. Dan....maaf telah mengecewakan mama dan papa" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD