Part 1

1502 Words
Wanita itu membiarkan tubuhnya dibasahi oleh rintik hujan yang cukup deras yang masuk ke arah balkon kamar. Memejamkan mata,mengangkat satu tangan kanan untuk menampung dan menyerap air hujan yang membasahi tubuh nya. Sudah hampir setengah jam wanita tersebut berada di balkon kamar di lantai 2. Berdiri tegap dan tidak terganggu oleh curah hujan yang cukup deras. "Embun!!" Panggil seseorang dibelakang membuatnya tersadar dari lamunan. Embun menoleh ke belakang ke arah sumber suara yang memanggil nya. " Iya Ma" jawab lembut. "Masuklah! Keringkan tubuh mu. Papa dan mama ingin berbicara sesuatu." ******** Embun menatap kedua orangtua yang duduk dihadapan nya di dalam kamar Embun. Sedangkan Embun duduk di atas tempat tidur. "Mama dan papa ingin berbicara apa?" tanya Embun memecahkan keheningan. Terdengar papa Embun berdehem membersihkan tenggorokan sebelum memulai pembicaraan dengan Embun. " Papa ingin kamu bertemu dengan Raga!!!" Kata papa Embun tegas. Embun menghembuskan nafas keras. " Embun tidak mau!" " Papa tidak ingin mendengar penolakkan lagi" " Pa! Embun tidak ingin dijodohkan. Embun mempunyai seseorang yang sangat Embun cintai." Papa nya berdiri di hadapan Embun. "Papa sudah bosan mendengar kalimat itu dari 4 tahun yang lalu. Pria yang kamu sebut itu tidak pernah datang ke rumah ini untuk sekedar berkunjung walau hanya 1 kali." Embun juga berdiri dari duduk, melipat kedua tangannya di depan d**a. "Dia di Singapura melanjutkan pendidikan." " Jika dia benar mencintai mu,hubungi dia dan minta dia datang kesini." "Untuk apa? Embun belum mau menikah dalam waktu dekat ini." kata Embun mantap. Papa Embun menatap tajam ke arah anaknya. "Papa berikan waktu 1 minggu untuk menunggu pria itu datang ke rumah menemui kami. Jika tidak kamu akan menikah dengan Raga tidak ada bantahan apapun." "Embun tidak ingin menikah dengan pria yang papa sebutkan," Embun meninggikan suaranya. " Keputusan papa mutlak. Bawa pria itu kesini atau pernikahan mu akan diadakan bulan depan." "Embun hanya akan menikah dengan Ardhan. Embun tidak ingin menikah dengan orang lain." teriak Embun menangis. Tanpa memperdulikan anaknya Papa Embun keluar dari kamar Embun. " Embun" panggil mama nya menenangkan Embun " Embun hanya mencintai Ardhan,Ma! Embun harus menepati janji Embun untuk menunggunya menyelesaikan pendidikan. Dia berjanji akan melamar Embun dihadapan papa ketika dia sudah sukses dengan pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang bagus. Embun tidak ingin mengecewakan Ardhan,Ma. Bantu Embun berbicara dengan papa agar papa mengerti." "Mama mengerti Embun,bawa dia kesini ke hadapan papa. Mungkin setelah mengenal Ardhan papa bisa memahami hubungan kalian berdua. Selama ini kamu selalu mengucapkan namanya tanpa membawa ke sini. Bagaimana kami tahu dia memang serius dengan kamu." "Dia berjanji,Ma setelah dia berhasil dia akan meminta Embun kepada papa. Embun mohon papa dan mama bersabar. Lagipula Embun belum mau menikah dalam waktu dekat ini. Umur Embun masih 25 tahun,Ma." Mama Embun mengelus sayang rambut anaknya. " Kebahagian mu adalah impian kami Embun. Papa tidak akan menjodohkan mu dengan sembarangan orang. Raga adalah pilihan yang tepat. Mama mohon temui dia dulu, mama yakin kamu akan mudah untuk menyukai nya." "Embun tahu mana yang baik dan buruk untuk diri Embun. Embun hanya minta pengertian dari mama dan papa. Tolong hargai juga pilihan Embun untuk hidup Embun. Apapun nantinya yang terjadi Embun tidak akan menyalahkan siapapun" *** " Jangan terlalu keras kepada dia,Pa" kata Mama Embun kepada suaminya. Saat ini mereka duduk di halaman belakang rumah sambil menyeduh kopi dan menikmati beberapa cemilan yang ada di atas meja. Halaman belakang rumah mereka cukup besar. Ada kolam renang yang cukup besar yang mereka buat tapi sepertinya Embun putri mereka sangat jarang sekali menggunakannya. "Papa mengerti,Ma. Tapi,pria itu tidak pernah berkunjung ke rumah kita. Mama juga penasaran bukan dengan pria yang selalu dibicarakan oleh Embun. Sejak dahulu kita hanya tahu namanya Ardhan. Sampai saat ini kita tidak pernah bertemu dengan dia. Dia pun juga tidak pernah menemui kita sekali saja. Papa tidak bisa melepaskan anak kita satu satu nya kepada Pria yang belum kita tahu siapa dia?Bagaimana sifatnya. Apa pekerjaannya, papa tidak pernah menilai seseorang dari status sosial. Jika Ardhan pria yang selalu dikatakan oleh Embun mencintai anak kita. Setidaknya dia berani menyampaikannya kepada kita. Kita juga tidak akan memaksa mereka untuk menikah muda. Papa hanya ingin tahu seberapa serius dia dengan Embun. Kalau kita sudah mengenalnya baru bisa papa melepaskan Embun kepada Ardhan." Maya mengangguk membenarkan perkataan suaminya. Dia juga memikirkan Ardhan pria yang dicintai putrinya. " Mama takut Embun berpikir kita memaksakan kehendak kita kepada Embun. Mama takut Embun akan pergi seperti dahulu. Papa ingat ketika Embun menamatkan sekolah menengahnya. Kita pernah kehilangannya selama hampir 1 tahun. Mama tidak mau hal itu terjadi lagi,Pa." Dimas memejamkan mata nya mengingat peristiwa 6 tahun yang lalu ketika Embun meminta izin untuk berlibur bersama teman teman nya begitu mendadak sekali. Saat itu bukan Dimas dan Maya tidak memberi izin. Tapi, Embun yang selama ini anak rumahan yang jarang pergi dan berkumpul di luar dengan temannya. Tiba tiba ingin pergi berlibur dengan sahabatnya yang sama sekali mereka tidak kenal. Selama ini mereka tidak pernah membatasi Embun untuk berteman dengan siapapun. Mereka juga bukan orangtua yang egois atau kejam yang melarang Embun untuk membawa temannya ke rumah. Malahan mereka selalu bertanya kepada Embun. Kenapa Embun tidak pernah membawa teman ke rumah. Mereka juga bukan orangtua yang cuek kepada anak. Apapun yang diminta Embun, pasti akan mereka kabulkan. Tidak dengan rencana liburan yang membuat perdebatan yang cukup rumit diantara Embun dan Dimas papanya. Perdebatan saat itu memang tidak bisa dihindari. Embun yang masih muda dan penuh Emosi serta memaksa pergi liburan walau sekalipun ditentang oleh Dimas dan Maya. Embun tetap pada pendiriannya untuk liburan. Namun, entah apa yang terjadi dia tidak pulang selama hampir 1 tahun tanpa memberi kejelasan kepada Dimas dan Maya. Bukan Dimas dan Maya tidak mencari keberadaan Embun. Karena masih marah dan kesal mereka berusaha untuk tidak memperdulikan anak semata wayangnya tidak pulang. Mereka seolah olah menutup mata dan tidak peduli apapun yang terjadi dengan putri mereka di luar sana. Padahal di dalam hati. Dimas dan Maya begitu mencemaskan Embun. Tidak ada satu haripun berhenti memikirkan dimanakah Embun? Apa dia baik baik saja dan sebagainya Saat mereka hampir putus asa mencari Embun. Tiba tiba Embun pulang dan meminta maaf atas semua tindakan ke kanak kanakkan nya. Setelah Embun kembali, Dimas dan Maya bisa merasakan perubahan pada diri putri mereka satu satu nya. Tapi mereka tidak ingin bertanya apapun kepada Embun. Bagi mereka pulangnya Embun sudah lebih dari cukup saat itu. Embun yang dulunya memang tidak banyak bicara bahkan semakin pendiam. Namun, selama ini Embun tidak pernah membangkang apapun yang mereka minta dan Embun tidak pernah melakukan perbuatan yang aneh yang bisa membuat mereka marah. Embun hanya sibuk dengan dunia dia sendiri. Hal yang dilakukan Embun cuman pergi kuliah dan pulang jika tidak ada kegiatan di kampus. Dia banyak menghabiskan harinya di dalam kamar. Dia akan keluar kamar ketika hanya ingin makan dan mengambil sesuatu yang dibutuhkan. Embun juga tidak pernah pulang malam bahkan pergi sampai tengah malam. Jam 5 sore Embun sudah berada di rumah dan mengurung diri di kamar. Seperti masa masa sekolah menengah, tidak ada satupun teman kuliah yang pernah di bawa Embun ke rumah mereka. Embun hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Bahkan mereka jarang sekali melihat putri mereka berbicara dengan orang lain melalui ponsel. Mereka akhirnya bisa tenang disaat Embun tamat dari kuliahnya dan meminta bantuan untuk membangun coffee shop dan bakeri nya untuk mencari kesibukan. Embun sama sekali tidak berniat bekerja di kantor papa nya. Bagi Dimas tidak masalah apapun yang menjadi pilihan putrinya. Dengan senang hati Dimas memberikan modal yang lebih dari Embun minta. Seiring berjalannya waktu, karena Embun banyak menghabiskan waktu di kedai kopinya dan sudah menjadi atasan dari beberapa karyawan di usaha nya. Embun sedikit berubah,dia akhirnya dapat bersosialisasi dengan baik dan cukup banyak bicara. Walaupun demikian Embun masih tetap tidak pernah mengajak siapapun teman atau rekan kerja ke rumah. Dia masih sibuk dengan dunianya sendiri. "Papa hanya ingin dia bahagia,ma. Papa takut Embun salah memilih. Raga adalah pilihan yang tepat untuk Embun. Kita tahu bagaimana Raga dan sifatnya. Papa yakin saat Embun melihat Raga dia akan menyukai Raga. Papa hanya berharap Raga lah yang akan mendampingi Embun sampai saat kita pergi dari dunia ini." Dimas menghapus air mata yang keluar dari sudut mata nya. "Bagaimana jika umur kita berdua tidak panjang. Papa tidak bisa memikirkan meninggalkan Embun seorang diri. Dengan sikap dia yang begitu tertutup. Papa tidak yakin Embun akan menemukan pria yang baik yang akan menjaganya." Maya juga bisa memahami kekhawatiran hati suami nya. "Mama hanya ingin papa jangan terlalu memaksa Embun. Kita coba dulu memahami pilihan nya. Jangan langsung mematahkan kemauan nya. Selama ini kita berusaha agar dia tidak kecewa dengan keinginan kita. Saat ini dia merasa kita terlalu memaksanya." Dimas mengangguk memahami alasan Istrinya. "Kita lihat apakah Pria itu akan datang menemui kita. Sampaikan kepada Embun jika Ardhan punya kendala keuangan untuk datang ke sini,maka kita akan membiayai transportasi nya ke sini dan kembali ke Singapura. Sampaikan pada Embun,kita hanya ingin mengenal nya bukan untuk menghina nya. Kita hanya ingin tahu seperti apa Ardhan." "Nanti mama akan bicara pelan dengan Embun agar dia memahami tujuan kita." *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD