Part 2

1657 Words
" maafkan aku Embun,bukan maksud hati untuk menolak ajakan keluargamu. Tapi sekarang waktu ku sangat sibuk untuk mempersiapkan ujian. Sampaikan kepada papa dan mama mu,setelah semua ini selesai aku pasti akan menjemput mu. Aku berjanji tidak akan mengingkari janji ku" Dimas membaca isi pesan Ardhan melalui aplikasi w******p yang diperlihatkan Embun kepada dirinya. Hati Dimas meradang. Ternyata pria pilihan anaknya tidak mengindahkan permintaannya. Dia hanya ingin bertemu sebentar saja. Dimas merasa Ardhan tidak terlalu mencintai putrinya. Dia sudah menawari tiket pulang pergi kepada Ardhan. Jika dia memilih berangkat pagi dan kembali sore harinya Dimas sudah menyanggupi. Niat baik nya tidak direspon baik oleh Ardhan. "Pria seperti ini yang akan kamu tunggu begitu setianya Embun. Dari sini papa bisa menilai dia tidak mencintai mu. Jika dia benar benar mencintai mu dia akan datang walau hanya sebentar." Ketus Dimas memberikan ponsel Embun dengan kesal. "Sore ini Raga akan datang,temui dia dan bicaralah dengan Raga. Papa mohon" lanjut Dimas. Embun memejam kan mata menahan emosi yang hampir meledakan isi kepalanya. Dia tahu ini akan terjadi. Embun memahami sifat keras kepala papa nya juga menurun kepada dirinya. "Bisakah papa mengerti Embun. Apa papa tidak puas dengan bukti ini. Embun mencintai dia,pa. Papa tidak bisa memaksa Embun untuk menikahi pria pilihan papa yang Embun saja tidak tahu bagaimana dia." Dimas menatap sendu anak nya. Walau selama ini Embun tidak pernah membuat sesuatu yang mengecewakan dirinya. Tapi, penolakan keras Embun apabila menyangkut masalah pria sedikit membuat nya pusing. Dimas butuh banyak kesabaran berbicara kepada Embun jika menyangkut masalah pria dan cinta. Dia tahu Embun begitu sensitif dengan masalah seperti ini. "0apa mohon sekali ini saja,nak. Coba kamu bertemu dan berkenalan dengan Raga" kata Dimas melembutkan suara nya. Berharap hati Embun juga melunak. Embun menggigit bibir menghilangkan emosinya. " Embun banyak kerjaan di toko. Embun tidak ingin meninggalkan toko untuk sesuatu yang tidak penting. Embun ke rumah hanya untuk memperlihatkan bukti chattingan Embun dengan Ardhan. Namun sepertinya itu pekerjaan sia sia yang membuang waktu. Kalau tahu seperti ini lebih baik Embun tidak perlu capek untuk bolak balik ke rumah dan toko." "Ini demi kebaikan kamu,nak" sela Maya "Embun tahu mana yang baik dan buruk untuk Embun,Ma. Apa yang baik untuk Embun belum tentu berdampak baik kepada orang lain. Dan lagipula apakah si Raga itu tidak punya orang yang dicintainya? Kenapa bisa bisa nya dia menerima perjodohan ini. Selama ini kalian mengatakan kalau dia baik dan bla bla. Embun jadi ragu dengan perkataan mama dan papa" kata Embun ketus Maya dan Dimas hanya bisa menghela nafas pelan mencoba tidak berargumen dengan Embun. "Jangan katakan papa memaksa Raga untuk menuruti permintaan papa karena bisa jadi dia berhutang budi dengan papa dan mama" Embun melirik tajam ke arah papa nya. " Pa...Ma" panggil Embun sedikit lembut " jangan mengorbankan kebahagian orang lain hanya untuk Embun. Embun tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Dan juga umur Embun masih belum terlalu tua untuk menikah. Bisa jadi kan si Raga ini mempunyai wanita yang di suka. Karena dia merasa segan kepada Papa maka dari itu dia tidak bisa menolak permintaan papa. Tolong,Pa! Jangan memaksakan sesuatu yang menurut papa baik tapi tidak untuk orang lain." Embun menghela nafas."Embun akan kembali ke toko." Sambil berlalu dari hadapan anaknya Dimas hanya mengatakan " Raga akan papa minta ke toko kamu saat dia datang kesini nanti sore. Papa hanya memohon agar kamu menjaga sikap itu saja!" Embun menghela nafas lirih tidak berniat lagi mengeluarkan bantahan apapun. ******* 3 jam lebih Embun hanya duduk di sudut toko kopinya. Sesekali Embun menatap nanar ke luar memandang rintik hujan. Saat ini memang musim penghujan. Saat ini sudah mulai mereda daripada tadi sewaktu dia kembali dari rumah. Hujan cukup deras saat dia mengemudikan mobil. Dia tampak memikirkan pembicaraannya dengan Dimas yang hampir menjadi perdebatan sengit. Selama ini Embun selalu berusaha agar dia dan Dimas bisa berbicara dengan baik tanpa harus mengandalkan urat leher masing masing. Namun, topik yang dilontarkan papanya sangat sensitif bagi dirinya. Selama ini juga dia berusaha agar kedua orangtuanya untuk berhenti menanyakan apakah dia punya pasangan apakah dia mempunyai calon suami. Embun juga paling tidak suka jika papa dan mamanya ikut campur dalam memilih pria yang akan menjadi suaminya. Seharusnya kedua orangtuanya bisa menghargai apapun pilihan untuk kehidupan Embun. Sesekali Embun menghapus air mata nya. 3 jam lebih Embun hanya memandang layar laptop dihadapan nya, lalu memandang ke luar lalu menghadap layar laptop,sesekali menyeka air mata nya yang susah sekali untuk di tahan nya. Hatinya saat ini ingin berteriak mengeluarkan beban yang dirasakan Embun. Dia ingin sekali marah tapi dia berusaha untuk meredakan emosinya. Sungguh 2 minggu ini membuatnya begitu tertekan dengan perjodohan yang diminta kedua orangtua nya. Apapun alasan yang telah dia berikan selalu diabaikan oleh orangtua nya. Embun sudah putus asa membujuk Dimas. Apapun usaha yang dia lakukan sekarang akan tampak sia sia saja. Embun menundukkan kepalanya di atas meja. Hati nya begitu sesak, sesak karena Dimas tidak mau mendengar permintaannya. "Apakah perjodohan ini membuat mu tertekan?" Sahut seseorang yang langsung duduk dihadapan Embun. Embun mengangkat kepala pelan mencari sumber suara seseorang yang tepat duduk di hadapannya. Pria itu menyodorkan sapu tangan nya dengan tersenyum ramah berharap Embun membalasnya dengan ramah pula. " Raga" lanjut pria tersebut mengulurkan tangannya,namun di acuhkan Embun. Embun menatap sinis kepada pria yang duduk enteng di depan nya. Mengembangkan senyuman yang membuat Embun semakin membenci pria ini. "Jangan terlalu lama memandang ku. Aku takut kamu yang selama ini menolak perjodohan bisa berubah pikiran untuk mempercepat pernikahan kita." canda Raga namun tetap tidak bisa membuat hati Embun mencair. Embun mengacuhkan keberadaan Raga. "Pintu keluar ada di ujung sana!" ketus Embun berdiri dari duduk nya dengan maksud meninggalkan Raga sendiri. "Duduklah sebentar Embun. Kita bicarakan baik baik masalah kita," Raga berubah serius ketika Embun mulai kesal kepadanya. Embun tidak memperdulikan ucapan Raga. Dia berusaha untuk masuk ke ruangan nya. Dengan santai Raga mengikuti Embun masuk ke ruangan nya. "Kenapa kau mengikuti ku. Keluar!!!" Bentak Embun cukup keras. Awalnya Raga cukup terkejut memdengar suara Embun yang cukup keras. Setelahnya, dia menatap Embun sambil tersenyum dan memahami suasana hati Embun yang saat ini memang tidak baik. Raga juga tahu Embun baru saja menangis, dilihat dari mata yang merah serta bekas air mata yang masih berada di pipinya. "Mari kita bicara Embun. Tidak kah kamu ingin pernikahan ini tidak terlaksana." Mendengar kata terakhir yang dilontarkan Raga mampu membuat Embun menggoyahkan Ego nya. Embun berhenti melototkan mata ke arah Raga. Raga mencuri senyuman sesekali melihat tingkah Embun. Cukup lama mereka berdiam diri. Embun duduk di sofa yang berada di ruangannya. Raga pun duduk di sofa yang di depan nya. Pandangan Raga tidak berhenti menatap Embun yang dari tadi menunduk murung. Satu kalipun Embun tidak melirik ke arahnya. Mereka pun tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Setelah hening yang cukup lama. Embun yang pertama bersuara. "Aku mempunyai seseorang yang kucintai" kata Embun tiba tiba memecahkan keheningan diantara mereka. "Bagaimana mungkin aku bisa mencintai dan menerimamu sebagai suamiku karena selama ini aku tidak pernah mengenalmu. Bisakah kamu menolak perjodohan ini?. Aku yakin kita tidak saling menyukai. Maka mudah bagi kita untuk menolak perjodohan ini,bukan?" Lanjut Embun. Raga nampak berfikir sebentar. Menelaah ucapan Embun. "Bisakah kamu menerima perjodohan ini." Sela Raga yang membuat Embun melotot kepadanya."Buatlah kedua orangtua yang mencintai mu bahagia,Embun," sambung Raga. Embun ingin melontarkan sesuatu, langsung dipotong oleh Raga. "Mereka ingin yang terbaik untuk mu." Embun tersenyum mengejek."Bisa ku tebak,kau merasa pria yang baik dan paling tepat untuk ku." "Aku tidak pernah merasa pria yang baik untuk siapapun. Aku hanya ingin menjadi anak yang berbakti dan baik untuk papa dan mama. Apapun keputusan yang mereka sampaikan kepada kita. Pasti mereka sudah memikirkannya terlebih dahulu." Embun tersenyum mengejek. "Panggilan mu kepada orangtuaku sangat akrab sekali. Ingat!!! Aku tidak pernah menerima perjodohan ini,jadi jangan mencoba akrab juga dengan ku!!" "Itu memang panggilan ku selama ini kepada kedua orangtua mu." "Yang membuatku bingung,kenapa mudah nya kamu menyetujui permintaan papa dengan begitu cepat. Bukan maksud ku untuk berprasangka buruk kepada mu,tapi....." Embun menggantung ucapan nya sambil menatap sinis ke arah Raga. Raga balas dengan senyuman kecil."Ini bukan keputusan yang tergesa Embun. Tapi papa dan mama memintaku dari 3 tahun yang lalu. Tepatnya saat kamu masih kuliah." Embun sedikit tak menduga ternyata papa dan mama nya sudah berniat menjodoh kan nya dari 3 tahun yang lalu. "Ketika itu aku masih belum merasa pantas untuk mu. Aku hanya sebagai pegawai biasa di kantor papa mu. Menjabat sebagai asisten pribadi beliau. Beliau banyak mengajarkan ku tentang bisnis. Sampai pada akhirnya aku mampu berdiri di atas kaki ku sendiri. Ya..pada awalnya beliau yang memberi ku modal untuk bisnis yang ingin ku rintih. Walaupun bisnis yang kujalani tidak besar seperti perusahaan papa. Aku yakin, aku bisa memberimu nafkah tanpa bergantung kepada papa dan mama. " "Aku tidak ingin mendengar cerita mu. Simpan saja sejarah hidup mu. Aku tidak peduli" ketus Embun. Raga menyeringai mendengar suara Embun. "Aku mohon toleransi mu. Bisakah kamu sedikit lembut berbicara dengan calon suami mu." Embun memejamkan mata geram mendengar kalimat yang keluar dari mulut Raga. "Aku tidak akan pernah menikah dengan mu. Aku peringatkan sekali lagi, aku mempunyai seseorang yang kucintai. Aku hanya inginkan kamu menolak permintaan papa. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah jatuh cinta kepada siapapun. Tidak akan pernah!!!" Raga balas berbicara ketus. "Baiklah jika itu maumu. Aku akan membatalkan pernikahan kita jika pria yang kau cintai itu datang menemui orangtua mu dan melamar mu" "Itu bukan urusanmu!!!" Kesal Embun. Embun mengacak rambut nya, semua yang terjadi benar benar membuat nya tertekan. Apalagi setelah bertemu dengan pria yang akan menikahinya. Embun harus menelan pil pahit,karena pria tersebut terang terangan menyetujui perjodohan ini. "Aku mohon" kata Embun pelan kepada Raga " tolak perjodohan ini. Jika ini terjadi akan ada pihak yang tersakiti. Aku tidak ingin ada yang tersakiti" mohon Embun. Raga menatap raut wajah sedih Embun. "Belajar lah untuk mencintai ku Embun. 3 tahun ini aku pun belajar untuk jatuh cinta kepada mu. Dan nyatanya tidak susah untuk ku jatuh dalam pesonamu," kata Raga pelan *********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD