Dalam Penyekapan

1217 Words
DIEGO mengepalkan kedua tangannya. Dia benar-benar geram dengan penolakkan Arumi yang dianggapnya sebagai sebuah kesombongan yang tak beralasan. Padahal menurutnya, seharusnya perempuan itu berbangga hati menerima tawaran darinya seperti layaknya perempuan-perempuan lainnya. Tapi, dengan penuh keyakinan perempuan di hadapannya ini menolak tawarannya seolah apa yang ada dalam dirinya tidak ada harganya sama sekali. Diego melirik Arumi kembali. Bibir mungilnya yang memikat nan bergetar itu tampak berkomat-kamit. Dia tahu perempuan itu sedang berdo’a pada Tuhannya. Mungkin berharap diselamatkan dari dirinya yang bisa saja melakukan pemaksaan karena bagaimanapun jika dia mau maka perempuan itu akan habis malam ini. Kamar ini terkunci dan perempuan itu tidak punya celah untuk meloloskan diri. Deg. Jantung Diego berdegup kencang. Selama dia tidur dengan banyak perempuan, dia tidak pernah merasakan seterpikat ini dengan seorang perempuan. Namun, mirisnya ketika dia merasa keinginan yang luar biasa ini, perempuan itu tidak mau bahkan menolaknya mentah-mentah. Kalut. Itulah yang dirasakan pria bermata Hazel tersebut. Antara hasrat dan rasa kemanusiaan berkecamuk dalam d**a. Dia memang telah meniduri banyak perempuan, tapi belum pernah memaksakan kehendak pada satu perempuan pun. Perempuan-perempuan itu melayaninya dengan senang hati karena selain tampan, bertubuh bagus, dia juga kaya raya. Diego mengencangkan rahangnya. "Dasar kau kucing kecil yang sombong!" ucap Diego lirih, namun penuh dengan penekanan, membuat kaca-kaca di mata Arumi mencair seketika dan menganak sungai di kedua pipi mulus perempuan itu. Diego tidak kuat lagi berlama-lama berhadapan dengan Arumi yang sangat memikat itu. Akhirnya, pria itu memilih untuk membalikkan badannya dan melangkah menjauhi perempuan itu dengan memendam kekecewaan yang sangat. Dia kembali ke sisi tempat tidur sembari bergumam. "Aku rasa otakku sudah konslet. Bagaimana mungkin aku bisa punya fikiran bahwa perempuan itu lebih memikat dari perempuan-perempuan yang selama ini tidur bersamaku? Apa coba istimewanya? Yang tidak masuk akal, diriku ini mengakui kalau aku terpikat dengannya.” Diego melepas kemeja putih yang membalut tubuhnya, lalu melempar kemeja itu secara sembarangan ke lantai, masih dengan mulut yang bergumam, “Herannya, perempuan itu tampak tidak tertarik sedikit pun padaku di saat semua wanita memujaku. Sungguh, tidak masuk akal.” Lalu dengan masih menyimpan kekesalan, Diego naik ke atas tempat tidur. Kemudian, dia membaringkan tubuhnya di sana. Tangannya yang berotot ditekuknya ke atas dan ditaruhnya di bawah kepala. Selanjutnya, Diego berusaha menstabilkan emosi yang menguar akibat Arumi. Tapi, matanya tidak bisa diajak kompromi, terus saja berkali-kali melirik ke arah perempuan itu yang masih mengawasi, seolah dirinya adalah makhluk paling berbahaya yang mesti diwaspadai. Diego menghela nafas berat, benci berada di situasi seperti ini. Jiwanya terus meronta ingin mencicipi rasa gadis yang bernama Arumi itu. Namun, apa daya dirinya telah ditolak mentah-mentah. Mungkin, bisa saja dengan cara pemaksaan. Tapi, itu berseberangan dengan kebiasaan selama ini yang berhubungan tanpa kekerasan. "Tu-tuan, kapan anda akan mengeluarkanku dari kamar ini?" Diego yang baru saja hendak mengatupkan kedua matanya, terhenyak oleh suara Arumi tersebut. Kemudian pria itu menoleh. "Aku belum tahu..." Tepatnya, dia belum ingin melepaskan gadis itu. Rasanya sayang jika gadis tersebut harus pergi sedangkan dia belum berbuat apa-apa. "Tapi...bukankah sebentar lagi perempuan bayaran tuan akan datang? Tuan sudah memarahi anak buah tuan tadi untuk segera menyusul," tambah Arumi lagi dengan suara bergetar. Diego menipiskan bibir dari mana perempuan itu mempunyai keberanian untuk bertanya. "Maksudmu apa berkata seperti itu?” "Maksudku adalah...untuk apa tuan masih menahanku di sini sedangkan wanita tuan sebentar lagi akan datang bukan? Toh, aku hanya orang yang salah dibawa oleh anak buah tuan. Jika aku tetap berada di sini maka.... hanya akan mengganggu tuan dan wanita tuan nantinya. Jadi..." "Stop!” Diego geram. Tidak ada seorang pun yang berani mengaturnya selama ini tapi perempuan itu...”Berhentilah berbicara! Aku muak mendengarnya!" Tapi, bukannya terdiam, Arumi kembali menimpali. "Tapi tu-tuan tidak bisa begini. Aku ini bukan apa-apanya tuan dan...tuan tidak berhak mengurungku terus di tempat ini. Ha-harusnya tuan sudah melepaskanku sejak semula. Sejak tahu aku bukan orang yang tu-." Ucapan Arumi terpotong oleh suara pintu terbuka. Diego menduga, yang baru saja datang adalah perempuan bayaran yang dari tadi sedang ditunggunya. Dan benar, dari balik pintu yang terbuka itu, muncul seorang wanita cantik nan berpakaian minimalis. Pada saat yang hampir bersamaan, Diego melihat Arumi bergerak cepat ke arah pintu. Namun sayang, sebelum perempuan sampai, pintunya sudah tertutup kembali. Tentu, Diego yang sejak tadi memperhatikan kejadian itu, tampak menyeringai senang karena perempuan itu tidak berhasil melarikan diri. "Tu-tuan, tolong perintahkan anak buah anda untuk membukakan pintu!” rengek Arumi di depan pintu. “Bukankah wanita anda sudah datang? Sudah saatnya untukku pergi!" Bukannya menanggapi permintaan Arumi, Diego malah melambaikan tangan pada wanita cantik yang baru datang itu, sebagai kode bahwa sang wanita harus segera menghampirinya. Dengan senyum yang sengaja dibuat-buat, wanita cantik itu melangkah mendekati tempat tidur Diego, lalu dengan merangkak -yang hampir menunjukkan sepotong kain segitiganya karena rok mininya langsung beringsut naik- dia mendekati pria tampan itu yang masih di posisinya semula. Diego membalas senyum sang wanita cantik dangan sebuah senyum nakal. Selanjutnya, kedatangan sang wanita ke dekatnya, langsung disambutnya dengan mengecup bibir sang wanita cantik tersebut. Sesuatu yang dipaksanya menyenangkan karena ternyata, sejak melihat bibir mungil Arumi, dia kehilangan keinginannya pada bibir yang lain. Pun, pada wanita cantik yang akan melayaninya malam ini. Dan, ketika Diego hendak memulai permainannya dengan wanita cantik itu, dia melihat Arumi membalikkan badan sembari beristighfar. "Astaghfirullahadzim..." Tentu saja, itu membuat wanita bayaran Diego yang sedang membuka gaunnya yang super ketak, mengerutkan kening lalu bertanya. "Siapa gadis kecil di sana itu, tuan?" Diego melirik Arumi yang kini membelakangi mereka, sekilas. "Sudahlah! Jangan kau hiraukan dia! Percepat gerakanmu dalam membuka baju! Kau tahu aku sudah tidar sabar!" "Tapi...bagaimana dengan gadis kecil itu? Apa kita akan melakukannya di depan dia?" Diego kembali menipiskan bibir, kesal. "Apa kamu merasa keberatan dengan adanya dia? Hah?!" Wanita cantik itu langsung beringsut takut begitu mendengar respon Diego yang tak ramah. "Oh, eh, maaf tuan. Sa-saya tidak keberatan kok..." "Kalau begitu jangan lamban! Percepat gerakanmu!" Kali ini Diego mengatakannya dengan membentak, dengan mata yang kembali melirik Arumi. Sialnya, selama dia bermain dengan wanita cantik di atasnya ini, mata hazelnya berkali-kali melirik ke arah perempuan itu. Alhasil, dia sangat tidak menikmati momen ini. "Cepat pakailah pakaianmu dan pergi dari sini!" ucap Diego dengan kesal sambil memakai celananya sendiri setelah permainan berakhir. "Tuan tidak ingin aku menemani sampai pagi?" "Tidak. Tidak ada satu pun perempuan yang aku bayar masih menetap ketika selesai bermain-main,” balas Diego ketus. “Jadi pergi dari hadapanku sekarang juga!" Wanita cantik itu tampak ketakutan dengan ketidak ramahan Diego. "I-iya tuan. A-ku akan berpakaian dalam waktu lima menit kemudian pergi dari sini secepatnya." Seperti yang dikatanya, wanita cantik itu kembali memakai gaunnya hanya dalam waktu lima menit, setelahnya, dengan segera dia melangkah ke arah pintu, hendak keluar. Tapi yang membuat mata Diego membesar adalah langkah wanita cantik itu menuju pintu diikuti oleh Arumi. Rupanya, perempuan itu hendak ikut keluar bersama dengan sang wanita cantik. Diego yang belum ingin kehilangan Arumi, langsung berlari dan menarik tangan mungil perempuan tersebut. Lalu dengan yakin, dia berkata. "Kau tidak akan pergi. Kau akan tetap di sini. kau akan menemaniku malam ini.” Mata Arumi terhenyak."Tidak! Aku tidak mau di sini! Lepaskan aku!" Arumi mencoba menarik lengannya dari tangan berotot Diego. "Tidak. Aku tidak akan melepaskanmu!" jawab Diego dengan semakin mengeratkan genggamannya. "Jangan memaksaku! Aku tidak mau! Lepaskan aku!" Secepat kilat, tiba-tiba saja Diego sudah membopong Arumi, lalu melempar perempuan itu ke atas tempat tidur. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD