Thalia menumpikkan piring-piring kotor itu lantas membawanya dengan perlahan ke wastafel. Thalia menyalakan keran, suara air mengalir memecah sunyi di ruang makan dan dapur. Di kursinya, Damar duduk tenang seraya memandang punggung sang istri. Cangkir yang berisi kopi hitam itu baru saja ditegak habis oleh Damar. Kening Damar berkerut saat melihat gerakan Thalia jauh lebih berat dari biasanya, wanita itu bahkan bergerak lambat seolah ada sesuatu yang cukup berat menimpa bahunya. "Kamu kenapa, Sayang?" Pertanyaan Damar memecah keheningan yang cukup kaku di antara mereka. Tangan Thalia yang sedang membilas piring terhenti, dia menarik napas panjang sebelum menoleh ke arah sang suami. Ada keraguan di matanya, tetapi Thalia harus tetap memberitahu semuanya pada Damar. Wanita itu tak ingin

