Bagas menggaruk keningnya, meski beliau tadi bilang biasa saja dan ia pun sudah tahu ibunya memang suka berdrama, tapi ia tetap khawatir. “Ibu sakit apa?” “Aku tua. Orang tua memang sakit semua. Kadang aku sakit hanya karena mengingat kedurhakaanmu sewaktu kecil.” Bagas tak membawa ke dalam hati oceh ibunya. Mungkin rindu saja beliau dengan menantu dan cucunya. “Bagas bicarakan dengan Windi dulu, Bu. Bagas tidak janji. Karena tubuh Windi, dia sendiri yang paham kondisinya.” “Baiklah," helaan napasnya terdengar lelah. Bagas jadi sungkan sendiri. “Semoga Allah jaga Ibu selalu.” “Aamiin.” Windi menunggu penjelasan selagi suaminya melepaskan ponsel di nakas. Tanpa perlu Windi bertanya, suaminya lalu buka suara, “Beliau memaksa ingin kita menginap. Bagaimana menurutmu?” “Beliau sa

