2

1447 Words
Justin baru saja selesai lari pagi saat telpon di kamarnya berdering. “Hallo??”ujar Justin setelah menempelkan telpon ke telinganya. “Justin sayang??”sapa suara nyaring di seberang. Ya Tuhan, aku yakin kalau Maria pasti berhasil ditipu wanita ini.pikir Justin malas lalu dengan sengaja menggantung telpon sementara dia mandi. Selama mandi, Justin memikirkan untuk mencari penginapan baru. Tapi di kota kecil ini sangat sulit mencari penginapan yang sesuai selera Justin. Dan tiba-tiba Justin teringat penawaran Sharleen sebelum mereka berpisah tadi malam. “Aku mungkin bisa membantumu sebagai ucapan terima kasih, kami selalu menyewakan sebuah kamar pada orang yang berlibur disini. Kalau kau mau, kau bisa menelponku kapan saja.”ujar Sharleen. Begitu keluar dari kamar mandi, Justin langsung mengambil telpon kamar dan menelpon ke rumah Sharleen. Justin bersyukur karena ingatannya cukup tajam hingga dia bisa mengingat nomor telpon rumah Sharleen dengan sekali sebut. “Angelica Brooke.”sapa suara di seberang. “Selamat pagi, apa Sharleen ada??”tanya Justin langsung. “Sharleen sedang keluar. Apa ada pesan??” Justin bergerak resah di kamarnya,”Kapan dia kembali??”tanya Justin sedikit mendesak. “Aku rasa agak lama karena dia ada pertemuan di kota.”jawab Angelica santai. Bagus! Semakin lama aku disini, semakin besar kemungkinan Ariana menemukanku.pikir Justin geram. “Baiklah, terima kasih.”ujar Justin lalu langsung menutup telpon tanpa menunggu respon dari Angelica. Akhirnya Justin memutuskan untuk menunggu sampai makan siang baru menelpon Sharleen lagi. Sementara itu, setelah berpakaian dengan hanya mengenakan jeans tua dan kaos hitam, Justin menghabiskan waktu di café tempatnya kemarin menunggu Willy, sedikit berharap kalau Sharleen akan lewat di depan kafe. Justin sudah menghabiskan 3 cangkir kopi saat seseorang menghampirinya. “Justin sayang…”panggil suara yang sangat dikenal Justin itu. Ariana ada dibelakangnya. Wanita cantik itu sedang mengamati Justin, seakan tidak percaya kalau kekasihnya yang biasanya stylish, sangat rapi, selalu mengenakan rancangan designer ternama dan memuja prinsip ‘pakailah apapun yang bisa membuatmu mempesona’ itu sekarang hanya mengenakan kaos dan jeans tua. Ya Tuhan! Kesalahan apa yang pernah kulakukan hingga aku tidak bisa lepas dari makhluk satu ini??pikir Justin merana. Dari dulu Justin memang terkenal playboy dan sangat sering berganti teman kencan, hanya saja semua teman kencan Justin sama sepertinya, hanya mencari kesenangan semata tanpa memperdulikan hubungan jangka panjang. Dan semua kebiasaan yang dianut Justin sewaktu masih menjadi atlet terbawa hingga kini. Sampai sebelum dia bertemu dengan Ariana, Justin selalu menikmati hidupnya. Hanya saja kali ini, Justin bertemu dengan wanita yang tidak mau melepaskan Justin setelah semua bentuk penghindaran yang Justin lakukan. Dan herannya, Ariana yang berprofesi sebagai artis Hollywood itu bisa menyusul Justin dan meninggalkan semua kesibukannya di New York. Bisa dibilang, Ariana tidak pernah kekurangan pria. Jadi kenapa dia sampai mengejar Justin sampai seperti ini?? “Apa yang kau lakukan disini, sayang?? Sekretarismu memang mengatakan kalau kau pergi liburan, tapi aku tidak menyangka kalau kau pergi ke kota kecil seperti ini…”ujar Ariana sambil mengamati café tempat Justin menghabiskan waktunya. “Jaga ucapanmu, Ariana. Kota ini memang kecil jika dibandingkan dengan New York, tapi kota ini punya ciri khas mereka sendiri yang membuat aku nyaman liburan disini, yang pasti tanpamu. Bahkan Willy menyukai kota ini.”ujar Justin sengaja memasukkan nama Willy karena dari sekian banyak artis terkenal, Ariana adalah salah satu dari sedikit orang di dunia yang mengetahui kalau Willy adalah seorang perancang perhiasan kelas dunia. Dan aktris satu itu cukup menghormati Willy. Ariana merengut, membuat wajahnya yang sarat make up itu sedikit aneh,”Aku tidak suka kota ini. Ayo kita pergi.”ujarnya manja. “Aku tidak pernah memintamu kesini, Ariana.”ucap Justin lambat. “Ayolah, sayang. Kita pergi liburan ke tempat lain saja. Kita bisa pesiar seperti dulu atau kita bisa pergi ke Venesia. Aku selalu ingin pergi kesana.”bujuk Ariana sambil menggandeng tangan Justin. “Justin??”panggil sebuah suara yang cukup dikenal Justin walaupun baru beberapa hari kenal dengan pemiliknya. Sharleen berdiri tidak jauh dari tempat Justin duduk dengan tangan penuh bungkusan makan siang khas café itu. Thanks GOD!ucap Justin dalam hati. “Maaf, Ariana, tapi aku sudah punya janji dengan orang lain. Dan selama aku disini, aku tidak punya waktu untuk orang lain, termasuk dirimu.”ujar Justin sedikit tegas sambil bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Sharleen. “Selamatkan aku…”bisik Justin begitu dekat hingga nyaris menyentuh telinga Sharleen. Bagi Ariana tindakan Justin terlihat sudah mencium Sharleen dengan mesra di depan umum. Itu jelas membuat Ariana marah, selama Justin berhubungan dengannya, Justin tidak pernah mencium Ariana di depan umum. “Siapa dia??”tanya Ariana jelas terdengar marah. Justin tersenyum, apapun itu, jelas kehadiran Sharleen membuat Ariana marah. Dan ini yang Justin perlukan. “Dia Sharleen. Orang yang penting bagiku saat ini. Jadi aku minta kalau kau memang tidak menyukai kota ini, pergilah. Karena aku tidak bisa bersamamu lagi.”ujar Justin pelan. Sharleen sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang dihadapinya saat ini, karena itu dia hanya bisa memilih diam. Tapi wanita cantik dihadapannya ini, yang jelas Sharleen kenal karena sering muncul di televisi sepertinya mempunyai hubungan khusus dengan Justin. “Kau mengusirku karena wanita ini?? Yang benar saja, sayang!? Kau pasti bercanda. Kau tidak mungkin bersama wanita dari tempat terpencil ini. Ini bukan seleramu.”ujar Ariana tanpa memperdulikan kalau orang-orang mulai memperhatikan mereka. “Kalau kau bersama artis lain atau direktris lain, aku akan mengerti. Tapi ini hanya wanita dari kota kecil, sayang.” Dan saat itulah seseorang dari tamu café mengenali Ariana. “Bukankah dia Ariana?! Ariana ada disini?!”ujar pengunjung itu cukup kuat hingga membuat mereka bertiga semakin jadi tontonan. Ariana menyadari bahaya yang mengancamnya, dengan cepat wanita membalik badannya dan segera pergi dari café sebelum ada paparazzi mengambil gambarnya lalu membuat berita yang bisa menurunkan popularitasnya. “Jadi, seperti apa seleramu sebenarnya, Justin??”tanya Sharleen setelah Ariana tidak terlihat lagi dan kerumunan yang tadi memperhatikan mereka kembali ke rutinitas masing-masing. “Oh, tidak! Jangan tanya itu. Kedatangan wanita itu jelas membuatku sengsara.”gumam Justin sambil menghempaskan tubuh jangkungnya di tempat duduk terdekat. “Apa tawaranmu masih berlaku??”tanya Justin cepat. “Tentang apa??” “Menyewakan kamar. Aku membutuhkannya saat ini. Aku masih ingin berlibur disini sambil mengamati apakah aku bisa membuka usaha disini, tapi kedatangan Ariana jelas mengacaukan semua rencanaku. Kalau aku masih tinggal di hotel, dia pasti bisa dengan cepat menemukanku, karena aku yakin dia akan menginap di hotel yang sama denganku, untuk hal itu selera kami tidak jauh berbeda. Aku mohon, kasihanilah aku.”bujuk Justin serius. Sharleen ikut duduk di hadapan Justin dan melipat tangannya di atas meja,”Aku tidak mau kalau rumahku jadi tempat keributan antara kau dan kekasihmu itu dan pastinya nanti akan tercium oleh pers. Aku benci keributan.”ujar Sharleen langsung ke sasaran. “Ariana bukan kekasihku lagi. Kami sudah berpisah sejak seminggu yang lalu, hanya saja dia tidak menerima keputusanku. Bersamanya membuatku terlalu banyak diekspose wartawan.”jawab Justin jujur. Dan aku tidak memerlukan Ariana untuk membuatku lebih banyak muncul di majalah dan koran ibukota.sambung Justin dalam hati. Sharleen terlihat memikirkan ucapan Justin dan kemudian dia mengangguk pelan,”Baiklah. Kau bisa pindah kapan saja. Tapi, apa kau tahu dimana rumah kami??”tanya Sharleen. Justin menggeleng pelan. “Ya Tuhan. Kalau begitu, apa kau bisa pindah hari ini juga?? Karena aku mungkin tidak ada rencana ke kota lagi selama beberapa hari.” “Semakin cepat semakin baik. Aku akan mengambil barang-barangku, dan maaf, bisakah memberikan aku tumpangan?? Aku tidak punya kendaraan.”ujar Justin cepat. “Tentu saja. Aku menunggumu di seberang.”jawab Sharleen. Justin tersenyum, dan Sharleen sama sekali belum kebal dengan senyuman Justin, wanita itu nyaris meleleh di tempat,”Bagus. Itu tepat di depan hotelku. Sampai ketemu di mobil.”ujar Justin ceria, membuatnya terlihat seperti anak-anak sebelum keluar dari café dengan sangat cepat. Sharleen menunjukkan kamar yang akan ditempati oleh Justin. Kamar itu dulunya adalah kamar Sharleen, kamar dengan pemandangan paling indah, langsung menghadap ke peternakan mereka. Karena Sharleen lebih sering tinggal di Washington, akhirnya Angelica memilih untuk menyewakan kamar itu, dan memindahkan barang-barang Sharleen ke kamar tamu. Keluarga Reynard cukup terkenal di Bellingham, dulu mereka salah satu keluarga dengan peternakan terbesar di Bellingham. Tapi itu semua sebelum ibu Sharleen meninggal, setelah itu peternakan mereka semakin lama semakin kecil, hingga sekarang. “Rumah yang indah.”komentar Justin beberapa saat lalu saat dia baru turun dari truck tua Sharleen. Justin tidak berbohong demi menyenangkan Sharleen. Rumah itu memang indah. Rumah dengan gaya Victoria itu merupakan satu-satunya rumah tua di Bellingham yang masih bertahan dengan gaya lama. Angelica beruntung karena Sharleen adalah seorang arsitek, karena itu rumah tua itu masih terawat dengan baik. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD