bc

Murphy Bridge

book_age0+
150
FOLLOW
1K
READ
billionaire
playboy
manipulative
boss
bxg
like
intro-logo
Blurb

Dalamhidupnya, tidak ada yang lebih berarti bagi Justin selain adik-adiknya. Justin akan melakukan apapun untuk mereka. Namun, betapapun Justin memuja dua wanita berharga dalam hidupnya itu, Justin tetaplah seorang taipan playboy, yang meninggalkan banyak wanita patah hati di belakangnya.

Justin tidak ingin berkomitmen. Apa yang terjadi pada orangtuanya membuat Justin membenci kata itu. Sampai seorang desainer interior membuat Justin berusaha membangun keberanian lagi untuk mulai memahami arti dari sebuah komitmen dan kepercayaan.

chap-preview
Free preview
1
Justin memperhatikan wanita yang sedang berkutat dengan mesin mobilnya itu. Noda-noda hitam tertempel di pakaian dan wajahnya yang oval. Sudah hampir satu jam wanita itu berusaha memperbaiki mesin mobilnya, tapi sepertinya tidak berhasil. Justin langsung membayangkan kalau Willy yang sedang menghadapi masalah yang sama. “Kalau Willy pasti akan langsung meneleponku atau minimal dia akan menelepon ke bengkel terdekat, bukan memperbaikinya sendiri dengan resiko merusak apapun yang sebenarnya tidak rusak di mobil itu. Lagipula, Willy pasti sadar kalau dia tidak punya kemampuan dalam memperbaiki mesin mobil. Tidak seperti wanita ini.” Gumam Justin pelan lalu bangkit dari tempat duduknya sambil membuka jas sport yang selalu digunakannya saat sedang tidak bekerja. Justin melangkah pelan keluar dari kafe menuju tempat wanita itu memarkirkan mobilnya. Justin tidak akan pernah menduga kalau liburannya kali ini akan membawa banyak perubahan dalam hidupnya yang sangat teratur. Sharleen mengutuk kesialannya hari ini. Setelah semua kesuksesannya dalam renovasi museum kota kecil tempatnya dulu di besarkan, yang langsung diberitakan sebagai tindakan nepotisme hanya karena pemegang proyeknya adalah mantan tunangan yang Sharleen tinggalkan tiga tahun yang lalu, penghargaan untuknya langsung ditarik kembali, tidak hanya itu, Sharleen dan Theo diminta untuk tidak menjalin kerja sama lagi untuk masalah pekerjaan. Sejujurnya bagi Sharleen, tidak masalah dia harus menjalin hubungan kerja atau tidak dengan Theo, karena sebisa mungkin Sharleen tidak ingin bertemu kembali dengan pria itu, kecuali ada hal-hal yang memaksa. Lagipula, masih ada Andy yang akan berusaha mencarikan pekerjaan untuk Sharleen. Mengikuti jejak kesialannya, kini Sharleen harus menerima kalau mobil tua yang dihadiahkan oleh ayahnya lebih dari tujuh tahun yang lalu kini sudah mencapai batas akhir hidupnya. Sharleen masih mengingat sedikit pelajaran yang sempat Theo katakan padanya saat mobil Sharleen dulu seperti ini. “Kabel-kabel yang ini dulu hanya begini langsung nyala! Ya Tuhan!”geram Sharleen makin lama semakin tidak sabar memperbaiki mobil tua miliknya itu. Uang hasil kerjanya selama ini memang sudah lebih dari cukup untuk membeli mobil baru, tapi untuk apa Sharleen membeli mobil baru kalau di apartemen sederhananya di Washington D.C, dia sudah memiliki sebuah sedan convertible keluaran Alfa Romeo type Spider 2 LG. “Aku bersumpah akan menerima pekerjaan dari siapapun asalkan mobil ini bisa ‘hidup’ kembali! Aku tidak ingin kembali ke rumah Angelica dengan berjalan kaki!”umpat Sharleen sambil mengelap keringat di dahinya menggunakan punggung tangannya yang sudah cukup berlumuran oli. “Jangan mencoba menyambungkan kabel itu lagi, Nona, kalau anda tidak ingin melihat mobil anda hanya tinggal kerangkanya saja.”ujar sebuah suara begitu mengagetkan Sharleen. Sharleen langsung berbalik untuk mengetahui siapa pemilik suara berat dan sangat sensual itu. Dan apapun yang Sharleen lihat, dia berani bersumpah kalau apapun yang orang pikirkan dengan mendengar suaranya, benar-benar mencerminkan orangnya. Di hadapan Sharleen berdiri seorang pria tampan berambut hitam legam dengan mata biru laut yang begitu kontras dengan rambutnya serta tubuh tinggi yang membuat Rachel dengan tingginya yang hanya 150-an terlihat seperti kurcaci. “Siapa anda?”tanya Sharleen penasaran. Tapi bukannya menjawab pertanyaannya, pria itu malah tersenyum_senyum yang diyakini Sharleen sangat dipuja oleh wanita segala umur_dan memajukan tubuhnya untuk melihat mesin mobil Sharleen. Aftershave pria itu tercium oleh Sharleen, dan Sharleen yakin kalau pria ini punya selera yang bagus. Sharleen pernah mencium wangi cologne yang sama dengan yang dipakai oleh pria ini saat dia membelikan kado untuk suami Angelica yang baru di sebuah toko parfum terkenal di New York, dan hanya satu alasan yang membuat Sharleen tidak membeli cologne itu. Harganya yang sangat mahal membuat Sharleen berpikir dua kali sebelum membeli cologne satu tingkat di bawah cologne itu. “Hanya masalah kecil.”gumam pria asing itu sambil melemparkan jas sport-nya ke dalam mobil Sharleen sebelum bergabung dengan Sharleen untuk memperbaiki mobil. Pria itu mengambil beberapa kabel dan menyentuhkannya di sana-sini sebelum memerintahkan Sharleen untuk menghidupkan mesin mobil. Dan ternyata pria itu berhasil membuat mobil tua itu kembali ‘hidup’. “Terima kasih, sebagai balasannya izinkan saya mentraktir anda untuk makan siang.”ujar Sharleen begitu senang. “Saya dengan senang hati akan menerima tawaran anda kalau saja Willy datang lebih lambat lagi dari ini.”ujar pria itu sambil melirik ke ujung jalan dan Sharleen mengikuti arah pandangan pria itu sebelum menemukan sesosok wanita mungil baru turun dari sebuah mobil sedan hitam mewah. Wanita itu melambaikan tangannya pada pria di samping Sharleen. “Kalau begitu saya permisi dulu, dan tolong berjanjilah kalau nanti suatu saat mobil ini bermasalah lagi, jangan mencoba untuk memperbaikinya sendirian. Lebih baik Anda menelpon bengkel terdekat kalau masih ingin melihatnya utuh.”pesan pria itu sebelum mengambil jas-nya dan berlalu pergi. Sharleen masih terus mengamati pria itu. Pria itu langsung berlari menghampiri wanita mungil yang hampir sama besarnya dengan dirinya lalu memeluknya dengan penuh perasaan. “Sudah ada yang punya…”gumam Sharleen lalu naik ke dalam mobilnya sendiri. Jalanan di sekitar Bellingham sudah mulai ramai mengingat hari sudah mulai malam. Bellingham terkenal dengan kehidupan malamnya yang sangat kompleks. Sharleen sudah sampai di rumah Angelica saat telpon rumah berbunyi. “Angelica Brooke.” “Saya Maria Hoffman, bisa bicara dengan Sharleen Reynard?”tanya sebuah suara lembut di seberang. Sharleen melangkah pelan memasuki rumah dan mendengar saat Angelica menerima telpon. Angelica melihat kedatangan Sharleen, anaknya itu langsung menaiki tangga menuju kamarnya. “Sharleen! Ada telpon untukmu!”panggil Angelica cukup kuat hingga membuat Sharleen langsung berhenti di anak tangga kelima dari bawah. “Siapa??”tanya Sharleen bingung, tidak ada seorangpun teman-temannya yang tahu kalau dia sedang berlibur di Bellingham kecuali Andy. Dan Andy bukan tipe orang yang akan membuka rahasia walaupun kepalanya ditodong pistol. Angelica mengangkat bahunya, menyatakan kalau dia tidak mengenal siapapun yang meminta bicara dengan Sharleen. Sharleen menghela nafas panjang, siapapun yang menelponnya kali ini, pasti bukan orang sembarangan. Dengan langkah berat Sharleen turun kembali menuju tempat Angelica dan meraih gagang telpon dari wanita paruh baya itu. “Sharleen Reynard.”ujar Sharleen lelah. “Maaf, kalau mengganggu liburan anda, Ms. Reynard. Saya Maria Hoffman, sekretaris CEO di KM Coorporation.” Sharleen terdiam. Tebakannya tepat sasaran. KM Coorporation adalah perusahaan multisektor yang sangat besar. Sharleen pernah mendengar kalau CEO-nya yang sekarang sudah menjadi milyuner sejak sebelum dia mewarisi perusahaan keluarganya. Ada perasaan takut merayapi hati Sharleen. Dia memang arsitek luar biasa yang sering bekerja dengan berbagai perusahaan besar, tapi tidak ada yang sebesar KM Coorporation. Dan Sharleen sama sekali tidak berharap kalau salah satu karyanya membuat masalah dengan KM Coorporation. Itu artinya ‘TAMAT’. “Ada masalah apa, Ms. Hoffman??”tanya Sharleen pelan. “Mrs. Hoffman, please??”ujar Maria Hoffman terdengar ramah. “Saya ingin menawarkan pekerjaan kecil untuk anda. CEO saya memiliki sebuah rumah tua bergaya Victoria di Dallas, rumah itu bernama Eleanor House. Dia ingin seseorang merenovasinya untuk di lelang setelah acara pemberkatan keponakannya yang pertama.”jelas Maria singkat. “Saya akan senang sekali menangani sebuah rumah bergaya Victoria. Tapi dalam beberapa bulan ini saya sudah ada kontrak dengan seseorang. Dan mungkin saya baru bisa menangani rumah atasan anda sekitar bulan Januari tahun depan. Tapi semua itu belum bisa dipastikan, biasanya saya akan meminta waktu tambahan sekitar seminggu untuk memastikan semua pekerjaan saya selesai dengan memuaskan.”jawab Sharleen jujur, karena baginya kontrak yang diberikan Andy dengan penawaran yang baru ini sama-sama bisa membuatnya terkenal. Di ujung telpon Maria tersenyum. “Saya tahu masalah itu. Karena itu saya menelpon anda sekarang agar nanti anda tidak terikat kontrak lain. Anda bisa memulai pekerjaan anda setelah kontrak anda yang ini selesai. Saya harap setelah anda selesai berlibur, anda ada waktu untuk membicarakan kontrak kerja ini dengan saya selaku wakil atasan saya.” “Akhir bulan ini saya kembali ke Washington. Saya akan berada di kantor Senin siang minggu pertama bulan depan. Apa anda bisa datang ke Washington?? Karena saya jelas tidak bisa meninggalkan kantor.”ujar Sharleen pelan. “Baiklah. Sampai bertemu Senin siang, dan selamat menikmati liburan anda. Selamat malam.”ujar Maria. Sharleen masih menatap pesawat telpon yang sudah kembali ke tempatnya semula dengan perasaan tidak percaya. Dan tiba-tiba Sharleen berteriak kegirangan. Angelica yang masih berada satu ruangan dengan Sharleen sangat terkejut mendengar anak tirinya itu berteriak tiba-tiba. Sharleen langsung memeluk Angelica,”Aku akan mendapatkan pekerjaan besar!”seru Sharleen sangat senang. “Apa lebih besar dari yang selama ini pernah kau tangani??”tanya Angelica penasaran. Sharleen menggeleng cepat,”Tidak ada yang pernah mengalahkan design dan pekerjaanku untuk membangun Green Garden.” “Lalu, apa yang membuatmu sebahagia ini??”tanya Angelica lagi. “KM Coorporation, Angelica! CEO mereka yang akan mempekerjakanku!” Angelica tanpa sadar menjatuhkan gelas yang sedang dipegangnya,”KM Coorporation kau bilang?? Ya Tuhan… Jangan sampai Brian mendengarnya. Aku senang mendengar kau mendapatkan pekerjaan dari perusahaan raksasa itu. Tapi kenyataan kalau Brian dipecat tanpa alasan dari sana masih membuatku sedikit membenci perusahaan itu.”ucap Angelica yang langsung membereskan pecahan gelas di lantai. “Angelica, dengarkan aku. Kau masih bisa berubah pikiran dan ikut denganku ke Washington. Brian tidak akan menemukan kita disana.”ujar Sharleen serius. “Tidak. Aku tidak bisa meninggalkan Brian. Aku terlalu mencintainya.” “Tapi dia sama sekali tidak mencintaimu! Dia tidak pernah memikirkan bagaimana nasibmu selama dia tidak bekerja!” Angelica menggeleng pelan,”Maaf, tapi aku tetap tidak bisa meninggalkan Brian.”ujar wanita tua itu pelan. “Sadarkah kau kalau dia punya wanita lain??”tanya Sharleen pelan. Angelica tersenyum kecut,”Aku tahu itu. Aku hanya berharap kalau suatu saat nanti dia sadar dan kembali kesini.”ucap Angelica pasrah. “Okay, berjanjilah padaku.” “Apa??”tanya Angelica bingung. “Berjanjilah kalau suatu saat nanti Brian menggunakan kekerasan, atau dia berbuat sesuatu yang tidak kau sukai, kau akan langsung menelponku, dan kita pindah ke Washington.”ujar Sharleen cepat. Angelica mengelus lengan atas Sharleen penuh sayang, “Aku bukan ibumu, tapi kau begitu memperhatikan aku. Terima kasih.” “Berjanjilah padaku??”desak Sharleen. “Ya, aku janji. Jadi, bisakah kita melupakan masalah ini sebentar?? Aku bingung harus masak apa untuk makan malam kita nanti.”ujar Angelica pelan. Sharleen sudah lama tidak menghadiri acara social di Bellingham, terakhir kali dia menghadiri acara seeprti ini saat dia dan Theo masih tunangan, dan itu berarti nyaris tiga tahun lalu. Kalau dulu Sharleen datang atas nama tunangan Theo, sekarang dia datang atas nama pribadi, sebagai arsitek museum Bellingham. Sharleen sama sekali tidak memikirkan kemungkinan dia bertemu dengan seseorang dari masa lalunya. “Akhirnya sang tunangan yang hilang kembali lagi.”ujar sebuah suara yang cukup Sharleen kenal. Dibelakang Sharleen, Jack Madison, paman Theo, orang yang selalu menentang keputusan Theo untuk bertunangan dengan Sharleen tiba-tiba menghampiri Sharleen. “Dimana kekasih barumu??”tanya Jack tua dengan angkuh. Sharleen enggan mengakuinya, tapi Jack memang cukup berkuasa di Bellingham. Dan apapun yang baru Jack tanyakan membuat Sharleen teringat akan kebohongannya tiga tahun lalu. Jack memberi Sharleen sejumlah uang dan meminta Sharleen untuk meninggalkan Theo karena Carina, putrinya sangat menyukai Theo dan mengancam bunuh diri kalau Sharleen tetap menikah dengan Theo. Sharleen sama sekali tidak menerima uang pemberian Jack, dia lebih memilih berbohong dengan mengatakan kalau dirinya punya kekasih lain di Washington, dan pergi meninggalkan Theo begitu saja. Sharleen mungkin memang membenci Jack dan putrinya, tapi kenyataan kalau dirinya sudah dihina karena status Sharleen lebih rendah dari Theo jelas melukai Sharleen terlalu dalam dan membuat hal itu menjadi trauma tersendiri. Sejak saat itu Sharleen bersumpah akan menjauhi orang-orang yang terkenal di luar pekerjaan. Sharleen memandang Jack dengan sama angkuhnya,”Saya rasa itu bukan urusan anda sekarang. Tapi ngomong-ngomong bagaimana kabar putri anda?? Apa Theo menyayangi dan setia padanya??”tanya Sharleen dengan nada sedikit mengejek, karena Sharleen tahu dengan pasti walaupun Theo sudah menikah dengan Carina Madison, tapi pria itu berulang kali mengunjungi Sharleen di Washington dan meminta Sharleen untuk kembali bersamanya. Termasuk dengan menawarkan proyek pemugaran museum yang akhirnya terpaksa diterima Sharleen karena Andy mengancam akan membakar kantor mereka. “Jangan katakan kalau kau juga menipu laki-laki malang itu dan memutuskan untuk menjerat Theo kembali. Kau memang wanita licik!”geram Jack dengan wajah mulai memerah. “Siapa laki-laki yang kau tipu, sayang??”tanya sebuah suara yang membuat Sharleen langsung mencair di tempat. Suara itu hanya sekali didengarnya dalam dua hari ini. Dan Sharleen yakin tidak ada dua orang yang memiliki suara seindah dan dengan intonasi yang sangat khas itu. Suara yang sanggup mencairkan gunung es manapun. Disebelah Sharleen sudah berdiri seorang pria tampan dengan rambut gelap dan bola mata biru jernih. Pria itu mengenakan setelan putih yang sangat kontras dengan gaun malam Sharleen yang berwarna hitam. “Ayolah, katakan padaku, siapa laki-laki yang kau tipu?? Apa aku punya saingan?? Apa ada laki-laki lain selain aku yang sudah kau tipu??”tanya laki-laki itu lagi yang kali ini menyelipkan tangannya ke pinggang Sharleen. Sharleen dua kali bersyukur dalam hati, pertama karena Justin datang tepat pada waktunya, yang kedua karena pria itu memeluk pinggangnya sebab Sharleen pasti akan jatuh lemas dengan keberadaan Justin di sampingnya, dengan ringannya Sharleen mengikuti sandiwara itu. “Kaulah yang dia tanya, sayang. Tapi, apa benar aku sudah menipumu??”tanya Sharleen pura-pura manja. Justin tersenyum lembut hingga membuat kaki Sharleen lemas. Sharleen berani bersumpah kalau bukan karena tangan pria itu di pinggangnya, saat ini Sharleen pasti sudah tidak bisa berdiri. “Aku tidak pernah merasa telah kau tipu.”jawab Justin lembut. “Kalau boleh aku tahu, siapa laki-laki ini?? Kenapa kau tidak mengenalkannya padaku??” “Dia walikota Bellingham, sayang.”ujar Sharleen yang sebenarnya bingung harus memanggil pria ini apa, karena Sharleen memang tidak tahu siapa nama pria tampan dan mempesona ini. Justin melepaskan pelukannya pada Sharleen dan mengulurkan tangannya pada Jack, “Justin Alexandre.”ujar Justin ramah yang dibalas dengan tatapan kesal oleh Jack sebelum pria tua itu pergi meninggalkan Sharleen dan Justin. Justin Alexandre.catat Queen dalam hati. “Terima kasih, kau sudah dua kali menolongku.”ujar Sharleen tulus. Justin mengangguk,”Aku juga tidak tahu kenapa setiap kau butuh pertolongan aku selalu ada disaat yang tepat. Mungkin ini yang dinamakan takdir.”ujar Justin ringan. Sharleen tersenyum mendengar ucapan pria itu,”Sharleen Reynard. Kita belum sempat berkenalan sebelumnya.”ujar Sharleen mengingatkan. “Justin Alexandre.”balas Justin,”Kalau boleh bertanya, sebenarnya acara apa ini??”tanya Justin bingung karena semakin malam, tamu yang berdatangan semakin ramai. “Kau orang baru disini??”tanya Sharleen curiga. “Ya. Rencananya aku hanya ingin berlibur dari semua pekerjaanku, tapi ternyata aku menyukai suasana disini. Apa kau sudah lama disini??”tanya Justin. “Aku sudah tidak tinggal disini, sekarang aku tinggal di Washington. Tapi kalau dari lahir sampai kuliah bisa dibilang lama, maka jawabannya ya.”jawab Sharleen lalu berjalan menuju sudut ruangan yang diikuti oleh Justin,”Ini acara social rutin yang selalu diadakan setiap bulan untuk menggalang dana demi membiayai panti asuhan yang ada di kota ini. Jujur, kota ini tidak terlalu banyak memiliki orang sukses yang bersedia menjadi donator tetap sedangkan anak terlantar makin hari semakin bertambah.”ujar Sharleen pelan lalu mengambil segelas minuman dari pelayang yang lewat. “Ngomong-ngomong, apa pekerjaanmu??” “Aku hanya mantan atlet, dan dalam proses meneruskan perusahaan keluarga. Tapi sekarang aku lebih tertarik dengan peternakan. Disini sepertinya memiliki lahan yang cocok untuk beternak.”ujar Justin jujur. Sharleen mengingat wanita mungil yang kemarin siang dilihatnya. “Perusahaan yang besar tentunya. Dan apa kekasihmu tidak marah melihatmu bersamaku??”tanya Sharleen cepat. Justin langsung memandang wanita disebelahnya,”Ah, kau pasti mengira kalau Willy adalah kekasihku bukan??”tanya Justin geli. “Dia bukan kekasihmu??”tanya Sharleen tidak percaya. “Aku bukan tipe laki-laki yang bisa menjalin hubungan incest. Willy itu adikku, dan dia sudah punya suami. Aku rasa kau mungkin pernah mendengar namanya, laki-laki yang sekarang menjadi saudaraku itu bernama Marvin Bergmann.”ujar Justin sedikit bertaruh bahwa wanita ini mengenal Marvin. Sharleen memang mengenal nama itu, setidaknya dua tahun lalu, perusahaan pertama yang menolak bekerja sama dengan Sharleen dengan alasan kurang berpengalaman. Bergmann Coorporate, dengan vice direktur Marvin Bergmann. Dan sayangnya saat itu Sharleen tidak bertemu langsung dengan pimpinannya, taipan Dallas itu hanya diwakilkan oleh salah seorang manager kantornya. “Wow. Berarti kau orang terkenal.”ujar Sharleen yang entah kenapa menjadi sedikit dingin. Justin menggeleng pelan,”Sayangnya bukan. Aku ingin sekali menjadi orang terkenal. Hanya Marvin yang terkenal.”ujar Justin pura-pura kesal. Tidak dalam artian khusus.sambung Justin dalam hati. Sharleen mengangkat gelasnya tinggi,”Mari bersulang, untuk orang yang ingin terkenal tapi tidak terkenal!”ujar Sharleen cukup kuat hingga membuat Justin tertawa lepas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PEMBANTU RASA BOS

read
16.3K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
289.2K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

I Love You Dad

read
283.2K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
571.2K
bc

Living with sexy CEO

read
277.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook