Part 2

1627 Words
"Apa? Natasha dan Nick?" gempar Joanna, suasana sepi memecah karena keterkejutannya. "Hem, mereka sudah menjalin hubungan sejak lama, Jo, dan Nick memutuskan untuk membatalkan pernikahan kami." jawab Alicya, seakan tubuhnya tak bisa menumpuh berat badannya. "Wahh ... wanita itu iblis." umpat Joanna, kesal. "Aku gak tahu, bagaimana menjelaskan kepada keluargaku, Jo, kamu, kan, tahu, mereka sangat mempercayai Natasha." kata Alicya, memang tak akan mudah, namun, ia tetap harus mengatakannya. "Natasha begitu keterlaluan, Alic, jadi kamu diam saja?" tanya Joanna, dengan mata memerah. Ia di bakar rasa amarah. "Aku harus bagaimana lagi, Jo? Nick sendiri yang menyatakan bahwa Natasha lebih baik dariku dan dia mencintai Natasha." kata Alicya. "Mereka berdua memang licik, ya sudah... kamu tenang saja dulu, lanjutkan hidup kamu, kehilangan Nick bukan segalanya, Alic." sahut Joanna, menepuk pundak sahabatnya. "I know, Joanna." "Aku akan membantumu untuk berbicara pada keluargamu, kamu tenang saja, Tuhan menunjukkan jalan yang benar untuk kamu, sebelum kamu menikah dengan pria yang gak benar, seperti Nick." Alicya menganggukkan kepala. "Tapi, kamu semalam tidur di mana?" tanya Joanna. "Aku menginap di penthouse seorang pria yang gak aku kenal, Jo, aku gak tahu, mengapa aku bisa berakhir di kamar seorang pria dan pakaian ini, pria itu membelikanku." kata Alicya. "Pria? Siapa?" rasa penasaran Joanna, membuatnya lupa awal pembahasan mereka. "Aku gak tahu, aku gak mengenalnya." "Kalian gak ngapa-ngapain, 'kan?" "Gak, Jo, yang mengganti pakaianku ini adalah pembantunya." jawab Alicya. "Syukurlah, kamu mendapatkan pria yang baik seperti itu." kata Joanna. ______ Beberapa hari telah berlalu, Joanna dan Alicya berbelanja di Mall, Joanna mencoba menghibur Alicya yang masih di rundung kesedihan yang mendalam dengan cara mengajaknya berjalan-jalan. Alicya melihat seorang pria yang beberapa hari lalu menolongnya, Alicya menghampiri pria itu, pria yang tak kenalnya dan tak ia ketahui namanya. "Hai.." sapa Alicya, membuat Sean berbalik. "Kamu-" "Iya, aku menunggu telfonmu, tapi kamu gak menelfonku, aku pikir kamu membutuhkan bayaran dariku." kata Alicya. "Oh ... aku hanya gak ingin mengganggu wanita stress seperti dirimu." ejek Sean. "Apaan sih." kekeh Alicya. "Kamu ngapain di sini?" tanya pria itu. "Aku berbelanja, gak mungkin tambal ban di sini." kata Alicya, "Tapi, biarkan aku tahu namamu." "Namaku, Sean." "Sean? Sepertinya cocok untuk karaktermu yang baik." kata Alicya. "Baik? Haha ... hanya kamu loh wanita yang menganggapku baik." kata Sean, ia menggeleng pelan karena mendengar pujian dari wanita yang membuatnya penasaran. "Buktinya, kamu mau menolongku." "Aku gak menolongmu cuma-cuma, aku pun membutuhkan bayaran." kata Sean, lalu menoleh, "Bukankah gak ada yang gratis di dunia ini?" "Oh, bayaran? Tentu, aku akan membayarmu, kamu mintanya berapa?" tanya Alicya, polos. "Traktir saja dulu aku minum." jawab Sean. "Minum? Boleh... ayo kita ke cafe itu." ajak Alicya. Joanna melihat sahabatnya kini tengah berjalan berdampingan dengan seorang pria tampan, lebih tampan dari Nick, Joanna sengaja tak mengganggu sahabatnya dan membiarkan Alicya mengobrol dengan pria itu. Sahabat yang pengertian, 'bukan? Itulah yang di inginkan Joanna. Langkah kaki Alicya terhenti, ketika melihat Nick dan Natasha kini tengah bergandengan tangan memasuki cafe. Natasha menyeringai bak iblis ketika melihat Alicya kini tengah menatapnya. "Hai, Alicya." sapa Natasha. "Hai." jawab Alicya. Alicya wanita yang baik dan tidak pendendam. "Sayang, ada apa?" tanya Nick, merangkul pundak Natasha, mesra, membuat Alicya menundukkan kepala. "Dia Alicya, 'kan? Wanita yang di tinggalkan calon suaminya sehari sebelum pernikahannya." sindir Natasha, mengabaikan pandangan mata Sean. "Sudahlah, aku sudah melupakan wanita ini, biarkan saja dia." kata Nick. "Syukurlah, kau memang harus melupakannya jika memang tak ingin kehilangan diriku." kata Natasha, penuh penekanan. Alicya berusaha tak marah, karena tak akan berguna juga ketika semua sudah berakhir. "Dia siapa, Alic?" tanya Nick, tiba-tiba perduli, mungkin ia baru menyadari kehadiran pria yang kini berdiri di samping Alicya. "Bukan kah kamu tidak perduli?" tanya Alicya. Sean merangkul pinggang ramping Alicya. "Aku? Bukan kah sudah jelas? Aku pacarnya Alicya." jawab Sean, membuat Alicya mendongak menatap Sean, ia tak percaya, apa yang di katakan Sean barusan. "Ayo, Sayang, jangan memerdulikan mereka." kata Sean, membawa Alicya bersamanya. "Pacar? Sejak kapan? Dan, secepat itu?" tanya Nick, pada dirinya sendiri. "Kamu masih memperdulikan dia? Kenapa? Apa kamu masih ada rasa sama Alicya?" tanya Natasha, kesal. "Bukan begitu, Sayang, hanya saja-" "Sudah lah ... aku kesal sama kamu." kata Natasha. "Baiklah, aku minta maaf." rayu Nick. Alicya tersenyum melihat ekspresi Natasha dan Nick, tentu saja mereka akan berpikir bahwa ia terlalu cepat move on dari kegagalan pernikahannya. "Terima kasih, ya, karena kamu sudah membantuku." kata Alicya, membuat Sean menganggukkan kepala. "Aku gak tahu, harus berbuat apa, ketika mereka di depanku, aku benar-benar gak bisa berbicara." kata Alicya. "Jadi, dia pria yang kamu maksud?" "Hem, dia pria yang meninggalkanku demi sahabatku." jawab Alicya, terdengar nada kecewa. Sean menganggukkan kepala, "Aku ingin, kamu ke penthouse untuk mengambil gaun pengantinmu. Itu sangat mengganggu pemandanganku." kata Sean. "Astagaa ... aku melupakannya? Suruh saja pembantumu membuangnya." kata Alicya, tak perduli. "Membuangnya? Bukan kah itu berharga?" "Berharga? Gaun itu menghancurkan impianku, menghancurkan hidupku, aku gak lagi membutuhkannya." kata Alicya. "Baiklah, aku akan menyuruh Uyan membuangnya." sahut Sean. ______ Alicya pulang ke rumahnya dan melihat Joanna kini tengah duduk menunggunya, Alicya melupakan satu hal, di Mall tadi, ia berjalan bersama Joanna, sedangkan langkahnya membelok ketika Sean mengajaknya minum. "Jo?" Alicya menggaruk leher belakangnya. "Kamu sudah pulang?" tanya Joanna. "Ya ampun, Jo, aku lupa." "Lupa? Kamu melupakan sesuatu?" "Bukan itu, tapi aku sampai meninggalkanmu sendirian, aku bertemu pria yang beberapa hari lalu menolongku, jadi aku-" "Sudah, gak usah di bahas, bagaimana pertemuanmu dengan pria itu? Namanya siapa sih?" tanya Joanna, penasaran. "Namanya Sean, aku berniat membayar hutangku karena dia sudah menolongku, tapi sepertinya dia menolaknya, dia juga menolongku ketika aku bertemu Nick dan Natasha, dia merangkulku dan mengatakan bajwa aku kekasihnya. Tentu saja, itu membuat wajah Nick berubah." seru Alicya. "Ha? Yang benar? Terus, gimana?" "Natasha sepertinya marah, karena Nick berubah perduli." kekeh Alicya. "Wajahmu sepertinya sesenang itu." kata Joanna. "Tentu saja aku akan senang, Jo, bagaimana gak senang melihat Nick dan Natasha berubah menjadi lebih perduli." kata Alicya, meneguk minuman Joanna. "Aku berharap, ada kemajuan, Alic." kata Joanna. "Kemajuan?" "Hem, kemajuan kedekatanmu dengan Sean." "Apaan, sih, kamu berkhayal terlalu tinggi, aku gak ada alasan untuk dekat dengan Sean." kata Alicya. "Alasan? Apa harus membutuhkan alasan?" tanya Joanna. "Tentu saja, Jo, kamu pikir, aku gak trauma harus mengejar yang bukan milikku? Aku memang senang pada Sean. Namun, mendekatkan diri dengan dia, aku gak pernah berpikir sampai sejauh itu." geleng Alicya. "Tapi, Alic-" "Aku gak mau, Jo! Biarkan saja berjalan sesuai apa yang di kehendaki Tuhan, aku gak mau sampai harus mendekatkan diri dengan Sean." kata Alicya, penuh penekanan, trauma yang mendalam memang membuatnya tak lagi berpikir untuk mencari pengganti Nick. "Baiklah, aku ngerti kok." Joanna mengalah, saat ini, memang lebih baik untuk Alicya melupakan sosok Nick dulu, sebelum membuka hatinya untuk pria lain. Sang Papa, menuruni tangga, dengan wajah yang sangat tertekan, Alicya melihat sang Papa yang kini tengah berjalan menuju dapur, untuk mengambil minum, Alicya mengangkat sebelah alisnya, baru kali pertamanya melihat sang Papa sepertinya memiliki banyak beban. "Ada apa, Alic?" tanya Joanna. "Daddy kenapa, ya?" Joanna menoleh melihat Johan kini tengah berjalan setelah mengambil minum. "Ada apa dengan daddy-mu, Alic? Menurutku, beliau baik-baik saja." jawab Joanna. "Bukan gitu, Jo, kamu lihat deh, Daddy itu gak biasanya seperti itu." kata Alicya. "Seperti itu, bagaimana?" "Ahh ... kamu! Gak ngerti." ______ Alicya mendapatkan telfon dari butik agar mengembalikan gaun yang sudah ia bawa sewaktu mengejar Nick yang sedang berselingkuh dengan Natasha. Alicya bergegas ke penthouse Sean, karena gaun itu harus ia dapatkan, agar bisa ia kembalikan ke butik, sedangkan baru saja kemarin, ia menyuruh Sean untuk membuangnya. Sampai di depan penthouse, Alicya memencet bel pintu dan keluar lah Uyan dari dalam sana. "Nona Alicya?" "Hai, Uyan, aku kemari mau mengambil sesuatu." "Mengambil sesuatu? Apa itu?" tanya Uyan, heran. "Waktu itu, aku meninggalkan gaun pengantinku di sini, aku datang untuk mengambilnya." panik Alicya, karena Nick baru saja mengajukan pengembalian dana ke butik, di mana dengan bangga dan bahagianya Alicya memilih gaun itu sebagai balutan yang akan ia pakai di hari bahagianya, siapa sangka, Nick meminta pengembalian dananya. Nick benar-benar membuat semuanya rumit, bukan hanya untuk Alicya tapi juga buat semuanya, setelah malu yang di tanggung Alicya beberapa minggu ini, karena pernikahannya gagal, Nick kembali menekannya untuk mengembalikan dana yang di pakai Alicya untuk membeli gaun pengantin yang super mahal itu. "Masuklah dulu." kata Uyan, mempersilahkan Alicya masuk. "Makasih, Uyan." Alicya bersyukur. "Tunggu di sini, coba saya lihat dulu ke dalam." kata Uyan, berjalan menuju kamar tuannya. Sesaat kemudian, Uyan keluar dari kamar ganti. "Bagaimana, Uyan?" tanya Alicya, menggoyangkan kakinya karena panik. "Maaf, Alicya, tapi sepertinya Tuan Muda membuangnya." jawab Uyan. "Membuangnya? Di mana? Apa kamu tahu? Di mana Sean membuangnya?" tanya Alicya. "Kemarin Tuan Muda menyuruh saya membuangnya. Namun, karena saya kemarin banyak pekerjaan, jadi beliau mungkin membuangnya sendiri." jawab Uyan, membuat Alicya bingung. "Ya Tuhan ... bagaimana ini, Uyan? Aku tak bisa mengganti gaun itu." kata Alicya. "Kamu tunggu Tuan Muda pulang saja, jadi kamu bisa menanyakannya, sebentar lagi, beliau akan kembali." jawab Uyan. "Biar saya buatkan minum dulu, ya." Alicya tak tahu harus bagaimana, posisinya saat ini benar-benar sulit, Nick benar-benar b******n, setelah memberikan uang pada Alicya untuk membeli gaun pengantin mereka. Nick malah meminta uangnya kembali bagaimana pun caranya, sedangkan gaun itu sangat lah mahal, jika ia memakai uang sakunya, itu tak akan cukup untuk membayar gaun itu. Jika, Alicya tidak mengembalikannya, itu hanya akan menginjak harga dirinya pada pria b******n seperti Nick. "Kamu minum dulu, Alicya, sepertinya kamu lelah." kata Uyan, menyodorkan segelas jus pada Alicya. "Terima kasih, Uyan." sahut Alicya. "Jangan terlalu memikirkannya, Alicya, semoga saja Tuan Muda masih menyimpannya." kata Uyan. "Memangnya, Sean kemana?" "Beliau bekerja." jawab Uyan. "Tapi, Yan, dia gak lama, 'kan?" "Biasanya tidak, beliau selalu pulang jam 6 atau 7 malam, kamu tunggu saja, daripada kembali, belum tentu juga kamu akan mudah menemukan beliau." jawab Uyan, membuat Alicya mengangguk. BERSAMBUNG.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD