Bab 4 calon Besan.

1113 Words
Yanda ngotot meminta untuk pulang padahal dokter belum mengizinkan, kata perawat rumaj sakit Yanda harus di rongshen dulu agar bisa di cek dengan lebih akurat , tapi Yanda tidak mau, ia merasa baik-baik saja. "Dipijat sedikit saja bakal sembuh." bantahnya, menepis bujukan Bubun agar yanda mau mengikuti saran dari dokter. "keras kepala", Desis nyonya Tersi, "dasar orang kampung". Ada darah yang menetes perlahan dihati Nanan, walaupun hanya desisan tapi Nanan bisa dengan jelas mendengar kata-kata yang keluar dari mulut calon meetuanya itu. Yanda memang salah dalam hal ini, itu menurut Nanan tapi orang lain tidak perlu menilai orangtuanya seperti itu Selama ini Nanan mengenal nyonya Tersi sebagai seorang perempuan yang bik fn ramah walaupun terkadang Nanan merasakan keramahannya di buat - buat tapi lama kelamaan Nanan merasa biasa saja, mungkin karena Nanan merasa bahwa nyonya Tersi adalah calon mertuanya jadi ia berusaha untuk menerima keluarga zahel apa adanya. Mendengar ucapan nyonya Tersi tadi, Nanan yang ingin ikut membujuk Yanda jadi mengurungkan niatnya. ia berdiri memghampiri Bunda. "Bubun, kalo yanda mau pulang gak apa-apa lah yang penting kan yanda tidak apa-apa,yanda kuat, nanti kita beli kursi roda saja, sementara' untuk yanda biar bisa aktifitas". Bunda diam, lalu mengangguk lemah. kalau Ayah dan anak audah kompak ia tidak bisa berbuat apa-apa, manut saja Nyonya Tersi geleng-geleng kepala sambil senyum mengejek. ia berdiri menautkan kesua tangannya. "Besan, maafkan saya karena besan mau segera oulang dan sayapun ada pekerjaan lain, dengan berat hati saya pamit dulu, Mudah-mudahan besan segera sembuh". pamitnya dengan gaya yang di buat sedemikian rupa. "Ayo Zahel". "lho ma, aku kan bawa mobil sendiri, mama juga bawa mobil sendiri. Nyonya Tersi membekap mulutnya, matanya membulat. " Mama lupa, maaf ya pak Darma, ibu saya suka lupa, kalau ada beberapa mobil dirumah, dan kami sering keluar bawa mobil sendiri-sendiri, nyonya itu tertawa. "Oiya kebetulan, Zahel gk usah pulang dulu kamu anterin calon mertua kamu ini pulang ya". Nyonya Tersi menepuk bahu anak laki-laki nya. Yanda dan bunda saling berpandangan, lalu tersenyum geli ketika nyonya itu berlalu dari ruangan yanda dirawat. Zahel mengikuti mamanya dari belakang. "Mama, kok ngomong gitu sih". Zahel menjejeri langkah mamanya, nyonya Tersi ber balik menhadap anaknya "Gitu gimana? Zahel, mama sudah berbaik hati meminjamkan mobil mama dan menyuruh kamu untuk mengantarkan calon besan mama yang tidak jelas itu, kan lumayan daripada mereka memesan mobil sewaan atau cari pinjaman kesana kemari?" "Ma, mereka itu punya mobil sendiri". "Tidak mungkin, penampilan mereka aja seperti itu". "Mama jangan suka merendahkan orang lain ma" . "Sudahlah Zahel, apa perlu mama mencabut restu mama, dan membatalkan pertunangan kamu dengan gadis itu?" " Mama tidak mau berdebat, semenjak kenal dia kamu selalu membelanya, lama-lama kamu jadi kurang ajar sama mama". "Tapi ma,.." "Go ahead, mama tidak akan menghalangi kamu untuk melanjutkan hubunganmu dengan gadis itu, si Nanan itu, namanya saja sudah kampungan, gak jelas". "Ma!" Nyonya Tersi meletakkan telunjuk di bibirnya. "Syarat nya cuma satu Zahel, jangan paksa mama untuk menyukai gadis itu apalagi keluarganya, camkan!" Nyonya Tersi berlalu dari hadapan Zahel, pemuda Dua puluh dua tahun itu terduduk di kursi tunggu rumah sakit, badanya terasa lemas, ia mengira kedatangan bunda untuk menjenguk calon mertuanya yang kecelakaan adalah sebuh kesadaran yang muncul dari dasar hatinya tapi ternyata tidak, kedatangan mama hanya ingin menghina mereka, menghina calon besan dan menantunya. ada luka yang tersisa dihatinya. ***** "Zahel, kok disini?" "iya, kamu mau kemana? "Aku mau menyelesikan administrasi, yanda boleh pulang kok bentar agi". "Oo aku temenin ya". Zahel sedikit kaku. Nanan menganguk,walaupun ia merasa terganggu dengan kata-kata Nyonya Tersi tadi tapi ia berusaha untuk tidak melibatkan perasaannya terhadap Zahel, mudah- mudahan zahel tidak seperti mamanya. Zahel meraih tangan Nanan. "Sayang, maafin mamaku ya". "Emang mama kamu kenapa?" "Sikapnya kadang berlebihan, lebay". tampak kikuk tapi ia mencoba bersikap biasa. Zahel nyengir sambil sambil mengacak rambutnya sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa mereka berdua adalah seorang kekasih yang saling mencintai.Walaupun jarak usia di antara mereka terbalik. Zahel adlah seorang pemuda berusia Dua puluh dua tahun sementar Nanan adalah seorng gadis yang sudah berusia dua puluh empat tahun. tapi perbedaan usia yang terbalik itu tidak menghalangi kasih sayang yang tumbuh diantara mereka. perkenalan mereka berawal dari sebuah ketidak sengajaan hari itu zahel terburu-buru masuk kesebuah toko aksesoris untuk membeli sebuah bucket bunga yang sederhana tapi berkesan manis dan mahal. pemuda jangkung itu ingin memberikan kejutan pada kekasihnya Amelia. Dibawanya bucket ke kampus tempat Amel kuliah. Sengaja ia tidak keluar dari mobil, ni kali pertama ia datang kekampua kekasihnya dan tanpa memberitahu. Awalnya ia tidak tertarik dengan gasis manja berkulit putih itu, mama yang memperkenalkannya, seorang anak bos sepatu kata mama waktu itu. Seiring berjalannya waktu ia suka pada gadis itu dan mencoba untuk mendekatinya, ternyata asyik juga, gadis berlesung pipi, berpenampilan menarik, ramah dan suka bercanda. Entah siapa yang memulai akhirnya mereka jalan bareng walaupum tidak pernah terucapa kata I love you dari bibir mereka berdua, tapi bagi Zahel waktu itu, kedekatan mereka cukuplah menjawab bahwa Amel juga punya perasaan yang sama dengannya, suka. Hampir satu tahun waktu berlalu, tibalah hari itu, ceritanya mau memberi kejutan malah ia yang di beri kejutan, tepok jidat si Zahel. Suasana kampus yag lengang membuat Zahel bisa mengamati setiap lalu lalang orang dari dalam mobil, sengaja ia parkirkan mobil menghadap ke jalan kampus agar ia bisa melihat oarng keluar masuk si area kampus. Hampir setengah jam menunggu, ia melihat gadis yang ingin ditemuinya berjalan sendiri ke arah area parkir. Apa dia tahu kalau aku mau jemput? kan mereka tidak janjian? yang Zajel tahu bahwa hari rabu jam sepuluh pagi biasanya Amel langsung pulang karena tidak ada mata kuliah lain sampai jam empat belas nanti, untuk itu Zahel mencuri kesempatan untuk mengajak Amel jalan dan makan tak lupa memberikan sedikit kejutan. Belum sempat berpikir Zahel melihat Amel menghampiri sebuah mobil berwarna merah, seorang laki-laki turun dan tanpa ragu mereka saling berpelukan,mesra. Amel bergelayut manja pada pria yang belum sempat melepaskan kacamata hitamnya. Zahel mencoba berdamai dengan hatinya, diusapnya da*a bidang itu lalu ia menarik napas dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Dibukanya pintu mobil dan perlahan didekatinya dua sejoli yang diam-diam menyulut api cemburu di hatinya. "Hai!" sapanya. Amel terkejut, terpancar rasa tidak percaya di wajahnya atas kedatangan Zahel. " Hai!" pria disamping. Amel mejawab, ia melepaskan pelukanya pada Amel dan memberikan tanganya pada Zahel. "ini pasti Zahel ya, trimkasih sudah menjaga Amel selama saya tinggal". pria itu memeluk Zahel. "untung ada kamu kalau tidak, dia pasti di ambil orang". bisiknya ditelinga Zahel. Zahel merinding tidak menyangka akan mendapat kejutan yang sedasyat ini,sakit. "whaow, selamat ya". Zahel membuang nafas tidak tahu apa yang mau ia perbuat. pasti mukanya merah putih, berganti-ganti. "Hei, hei!, kok bengong? Zahel gelagapan. ********** kepoin yuks! Cinta yang berlari karya pertama aku si Dreame.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD