Bab 3. sakit yanda

688 Words
Seratus meter dari jalan aspal hitam nampak bangunan lantai dua berwarna hijau menjulang diantara pohon-pohon di kiri kanannya dengan latar belakang langit biru dihiasi awan putih yang berarak. Cuaca cukup panas siang ini, setelah memarkirkan mobil warna silver kesayangannya Nanan segera mengambil kartu parkir yang di sodorkan petugas. "Makasih". ucapnya tersenyum Gegas mereka berdua menyusuri koridor rumah sakit yang terasa begitu panjang. VIP, sekilas Nanan membaca tulisan yang ada diatas pintu ketika bunda membukanya. Pak Tohir tetangga mereka yang menolong yanda ternyata. Bunda mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pada lelaki berkumis yang tak lain adalah tetangga sekaligus teman yanda ikut kajian di masjid An-Nur dekat simpang menuju rumah mereka. Nanan memeluk ayah yang sangat disayanginya. Selang infus terpasang di pergelangan tangannya " yanda gak apa-apa kan". tanyanya cemas "Gak apa-apa, cuma Luka kecil tuh dikaki". yanda menunjuk kakinya. Nampak jempol kaki yanda yang berdarah dengan kukunya yang sudah copot. Mengerikan! Bubun segera mencium tangan yanda. "Maaf telat ya mas, soalnya kita tadi sedang menuju rumah makan cabang, Bibi di ruma telpon katanya mas kecelakaan. " iya gak apa-apa, yanda tau Bubun kan tadi sudah pamit". "Aduh!. Tiba-tiba Yanda menjerit memegang paha kanannya. "kenapa mas?" "kayaknya keseleo, Mas mau pulang aja, pijet." "Tapi tadi dokter bilang bapak diminta istirahat dulu disini sampai besok". terang pak Tohir. "lebih baik kita ikuti saran dokter ya mas". bujuk bubun. Bubun duduk didekat Yanda, mendengar kan cerita Yanda bahwa tadi ia sengaja berjalan kaki pergi ke masjid An-Nur untuk menunaikan sholat Ashar berjamaah, waktu ashar masih lama sebenarnya tapi Yanda ingin sambil menikmati angin semilir bertiup menggoyang kan daun-daun akasia. Malang tak dapat di tolak untung tak dapat di raih, tidak jauh dari gang rumahnya hanya sekitar seratus lima puluh meter lagi perjalanan menuju masjid, tiba-tiba seorang pengendara motor menyerempetnya sehingga ia terjengkang dan jatuh kedalam siring di sekitar jalan , para warga berdatangan ingin membantu, nasib baik, pak Tohir lewat dan menghentikan laju mobilnya ketika melihat orang- berkerumun. Dengan bantuan warga, mereka bisa mengangkat yanda kedalam mobil pak Tohir "Tadi saya kesini bersama beberapa warga bu, tapi mereka sudah pulang". Jelas pak Tohir. ponsel Nanan berdering, Nanan memberi isyarat pada bubun kalau ia akan keluar, bubun mengangguk tanda mengerti.. "Sayang kamu dimana?" Zahel, suara di sebrang sana begitu khawatir. "Maaf aku tadi gak telpon aku lagi sibuk". lanjutnya "gak apa-apa". jawab Nanan Mendengar rasa khawatir Zahel, Nanan menjelaskan semua apa yang terjadi pada Yanda hari ini, kegiatan Nanan bersama bubun sampai ia berada dirumah sakit sekarang. Zahel merasa khawatir ia berjanji akan menyusul Nanan dan menawarkan pada Nanan jika ingin di bawa kan sesuatu. Gadis itu berpesan ia ingin di bawa kan pakaian ganti untuk nya dan juga bunda karena sore ini mereka belum mandi, terasa bau badan menguar kemana- mana, pakaian yang ia kenakan pun sudah terasa lengket di badan. Zahel di minta untuk mampir ke rumah Nanan jika mau berangkat ke rumah sakit, nanti Nanan akan telpon bibi untuk menyiapkan keperluan bunda dan Nanan selama dirumah sakit. Zahel setuju ia akan berangkat kerumah sakit sehabis magrib, karena harus menyelesaikan beberapa pekerjaan dulu, toh jarak rumah sakit dari tempat ia bekerja tidak begitu jauh. Nanan merasa sudah lama meninggalkan bubun di ruangan Yanda bersama pak Tohir. Di belinya beberapa botol air mineral, minuman dingin, kue-kue dan juga 2 kilogram jeruk manis kesukaan Yanda. ups! hampir lupa, sabun,sikat gigi dan pasta gigi, harus!. untung saja di sekitar rumah sakit sini ada pertokoannya jadi keluarga pasien yang membutuhkan barang yang diperlukan bisa belanja tanpa jauh- jauh harus keluar dari area rumah sakit. Nanan ingat, siapa tahu yanda belum makan sejak tadi, lalu Nanan membeli dua bungkus nasi lengkap dengan lauknya, pak Tohir juga pasti belum makan, gumam Nanan. Ia menenteng dua kresek belanjaan dengan langkah cepat. walaupun yanda kelihatannya tidak mengalami luka serius, tapi Nanan khawatir dengan kaki yanda yang sulit digerakkan. Sampai di ruangan Yanda, Nanan melihat bubun sedang sholat ashar, Astagfirullah hampir lupa ia pun ternyata belum melaksanakan kewajibannya itu. Hmmm, pak Tohir dimana ya? biarlah Nanan tunggu bubun saja, sebentar lagi juga selesai. "Aduh!" yanda menjerit lagi, Nanan bangkit berlari menghampiri ayahnya. "Istighfar ya yanda." Nanan mengelus kaki yanda. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD