God Apps (ORIGIN) part 3

3058 Words
 Kriss yang telah dikhianati oleh oknum kepolisian, membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap institusi tempatnya bekerja tersebut, apalagi sekarang Kriss sudah dikabarkan tewas dalam kecelakaan mobil yang tertabrak oleh truk hingga hancur dan terbakar habis. Dengan begitu, keberadaan Kriss jadi bagaikan hantu yang sudah dianggap mati oleh publik, namun hal itu bisa menjadi suatu keuntungan baginya. Karena dengan begitu dia jadi bisa bertindak lebih leluasa diluar peraturan dan hukum. Sedangkan apabila dia muncul lagi ke hadapan publik, maka dia pasti akan diringkus oleh oknum yang bersekongkol dengan pihak penjahat, lalu semuanya berakhir.  Jadi saat ini, keputusan terbaik bagi Kriss adalah, bekerjasama dengan Lisa untuk membongkar dan menghentikan rencana jahat pihak AionTex. Lisa adalah seorang wanita yang kehidupan remajanya hancur, diakibatkan oleh ulah dari AionTex yang membuat kedua orang tuanya meninggal, maka dari itu Lisa selalu berusaha untuk bisa membalas dendam terhadap AionTex. Walaupun sampai saat ini usahanya selalu tidak membuahkan hasil, namun siapa tahu saja, dengan adanya Kriss, maka kali ini usaha Lisa akan berhasil. Lisa dan Kriss yang sudah berhasil memecahkan kode koordinat tentang keberadaan Romi, akhirnya jadi mempunyai petunjuk untuk tindakan mereka selanjutnya, mereka berniat untuk mendatangi koordinat tersebut dan menyelamatkan Romi dari sana. Karena Romi merupakan kunci penting supaya bisa memecahkan kasus yang saat ini sedang mereka hadapi.  Saat ini, Kriss dan Lisa sedang bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat, Kriss ingin mengajak mantan rekannya di kepolisian, yang bernama Beni. Dia tinggal di sebuah bengkel sederhana di pinggiran Kota Jakarta, walaupun hubungan Kriss dan Beni sebenarnya sudah agak renggang, namun Kriss akan tetap berusaha untuk meminta bantuan dan meyakinkan teman lamanya tersebut, karena saat ini tidak ada lagi orang berkemampuan khusus yang bisa Kriss andalkan selain Beni, dan Lisa.  Singkat cerita, sesampainya Kriss dan Lisa di daerah tempat tinggal Beni, mereka memarkirkan mobilnya dengan jarak yang cukup jauh dari lokasi tujuan mereka, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada musuh disana. Kriss dan Lisa berjalan dengan santai menuju ke bengkel yang juga merupakan tempat tinggal Beni tersebut. Sambil berjalan, Lisa berkata, “Apa benar ini tempatnya?”  “Ya, tentu saja.”  “Kau sering kesini?”  “Sebenarnya... Jarang.” Jawab Kriss.  Lalu setelah mereka masuk, disana mereka disambut oleh suasana hening bengkel yang kotor, dengan lantainya yang berlumuran oli, perkakas yang berserakan, mobil yang dalam keadaan terbongkar, dan ada juga mobil off road yang terlihat gagah, dengan ban’nya yang berukuran besar, dan body yang berwarna merah. Kriss berusaha untuk memanggil-manggil nama Beni supaya dia keluar, namun cukup lama tak ada jawaban.  Hingga akhirnya seseorang mulai datang menghampiri mereka berdua sambil menggenggam kunci inggris berukuran besar di tangannya. Orang itu memiliki postur tubuh yang cukup tinggi, juga berotot kekar. Gaya rambutnya seperti tentara, dia mengenakan kaos berwarna putih, dan celana jeans yang berlumuran oli. Sembari berjalan dia terus memandang Kriss dengan tatapan mengancam, seakan tidak ingin Kriss menginjakan kaki di kediamannya tersebut.  “O- oh, Beni. Apa kabar?” Ucap Kriss menyapa Beni.  “Mau apa kau kesini?” Tanya Beni sambil memainkan kunci inggris besar di tangannya, untuk mengintimidasi Kriss supaya cepat pergi.  “Apakah kau tidak senang bertemu denganku?”  “Tidak. Sebaiknya kau segera enyah dari sini, sebelum aku menghajarmu! Aku tidak ingin terlibat ke dalam masalahmu.” Ucap Beni.  “Kau sudah melihat berita?”  “Ya, aku mendengar kabar bahwa kau telah mati ... Lalu sekarang aku melihat kau berada tepat di hadapanku. Konspirasi apalagi yang saat ini sedang dilakukan oleh pihak kepolisian? jika aku boleh tahu?”  “Dengar Beni, aku tidak ada hubungannya dengan konspirasi mereka ... Ini tentang Adnan, dia bersama beberapa anggota yang lainnya memiliki hubungan dengan orang-orang jahat, yakni oknum dari perusahaan AionTex. Dan ketika aku sedang berusaha untuk menyelidiki tentang kasus yang melibatkan AionTex tersebut, tiba-tiba aku disergap dan akan dihabisi. Sehingga sekarang, disinilah aku berada.” Ucap Kriss menjelaskan.  “Hehhe, entahlah apa aku harus percaya pada perkataanmu atau tidak, sangat sulit bagiku untuk bisa percaya lagi pada seorang polisi. Terlalu banyak konspirasi yang memuakan, sehingga membuatku mual ... Sekarang, sebaiknya kau bawa pacarmu dan pergilah dari sini.” Suruh Beni.  “Aku bukan pacarnya.” Sahut Lisa, yang sedang melihat-lihat peralatan disana.  “Beni, saat ini mereka sedang berusaha untuk mencariku. Dan karena aku tidak punya keluarga di Jakarta, maka tebak siapa yang akan mereka datangi.” Ucap Kriss.  “Aku?? ... Mana mungkin, aku dan kau sudah tidak pernah lagi saling bertemu selama 5 tahun.”  “Ya, itu eumm ... Tapi Adnan tahu bahwa aku sering lewat kesini untuk hanya sekedar menengok keadaanmu dari kejauhan. Jadi, ya...”  “Apa?? Kau pasti bercanda ... Jadi selama ini kau masih tetap peduli padaku? Dengar bung, aku bukan tipe orang yang sentimentil...”  Sebelum Beni melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba Lisa berkata. “Hey, teman-teman. Kurasa kita kedatangan tamu.”  Ternyata benar Saja, diluar bengkel milik Beni, sebuah mobil kepolisian datang lalu parkir disana, beberapa saat kemudian, Adnan keluar dari mobil tersebut diikuti oleh dua orang anak buahnya, mereka bergegas masuk ke dalam bengkel dengan langkah kaki seperti akan melakukan penggerebegan terhadap Beni. Sementara itu, di dalam bengkel, Kriss dan Lisa sudah bersembunyi di balik sebuah mobil yang sedang diperbaiki, sehingga keberadaan mereka jadi tidak diketahui oleh Adnan dan kelompoknya disana. Adnan segera menghampiri Beni yang sedang berpura-pura bekerja, dengan salam hangat dan perilaku normal, Adnan menyalami tangan Beni dan mengajaknya untuk berbincang-bincang sebentar.  “Hey Beni, apa kabarmu kawan?”  “Hey, boleh kutanya ada urusan apa kalian datang kesini?”  “Hmm, dari dulu kau memang tidak suka basa-basi ya. Begini ... Kami ingin kau ikut bersama kami, untuk membicarakan hal penting mengenai Kriss.”  “Ouh, ya. Aku mendengar kabar tentang kematiannya ... Dulu aku sudah pernah memperingatkannya bahwa suatu hari dia akan mati mengenaskan jika masih bekerja di kepolisian, dan sekarang malah terbukti kan.” Ucap Beni.  Lalu Kriss yang mendengar perkataan itu, bergumam. “Dasar Beni.”  Setelah itu Beni kembali melanjutkan perkataannya, “Namun, Seperti yang kau tahu, aku sudah tidak pernah lagi berhubungan dengannya selama 5 tahun, jadi saat ini aku tidak mungkin terlibat atau mengetahui segala sesuatu mengenai dirinya. Maka dari itu aku minta maaf, karena sepertinya aku tidak bisa membantu penyelidikanmu.”  “Hmm, sejujurnya aku juga ingin minta maaf Ben, karena aku datang kesini bukan hanya untuk sekedar berkunjung saja lalu pulang tanpa membawa apapun, jadi tolong ikutlah denganku.” Ucap Adnan, sehingga membuat situasi disana jadi sedikit tegang.  Kedua anak buah Adnan yang berdiri dibelakangnya, mulai sedikit menampakan pistol yang ada di saku celana mereka pada Beni, sehingga membuat Beni langsung mengerti bahwa dirinya sedang diancam dan mau tidak mau dia harus ikut dengan Adnan, untuk dibawa pergi entah kemana dan pastinya bukan ke kantor polisi.  “Hmm, aku mencium bau konspirasi ... Ngomong-ngomong ada apa dengan tanganmu?” Ucap Beni, yang menyinggung soal tangan Adnan yang dibalut perban.  “Cukup bicaranya, ayo ikuti aku.” Suruh Adnan.  “Baiklah, tapi biarkan aku mengucapkan dulu selamat tinggal kepada bengkelku ini.”  “Kau itu konyol.”  “SELAMAT TINGGAL SAYANG, AKU AKAN SANGAT MERINDUKANMU, PERKAKASNYA, ONDERDILNYA, TERUTAMA RAK OLINYA.” Ucap Beni dengan nada keras.  “Cukup, ayo cepat jalan!” Suruh Adnan dengan nada jengkel.  Tak lama kemudian, Beni mulai berjalan keluar dari bengkelnya, sambil didampingi oleh kedua anak buah Adnan, juga Adnan yang berjalan di depannya. Tak dapat dipungkiri bahwa Beni akan dijadikan sandra oleh Adnan supaya dia bisa menangkap Kriss, lalu menyingkirkan mereka. Namun Adnan belum menyadari bahwa sebenarnya ada Kriss dan Lisa yang sedang bersembunyi di dalam bengkel tersebut.  Lisa bertanya kepada Kriss dengan nada berbisik, “Kenapa Beni berteriak-teriak seperti itu?”  “Itu bukanlah teriakan, itu adalah isyarat yang dia berikan untuk kita.” Jawab Kriss.  “Wahh, kalian ternyata memang benar-benar pernah akrab. Ngomong-ngomong, Apa maksud dari isyaratnya itu?”  “Diakhir kata, dia menyebutkan ‘Rak oli' ... Coba kita periksa rak oli yang ada disana.”  Kemudian Kriss dan Lisa memeriksa rak oli dan menemukan sebuah kunci mobil disitu, dengan gantungan kunci yang berbentuk ban besar, sehingga Kriss dan Lisa menyimpulkan bahwa kunci tersebut adalah kunci dari mobil off road yang berada di dalam bengkel itu. Maka mulailah muncul ide di dalam benak mereka berdua, setelah menggenggam kunci itu, mereka berdua saling mengangguk pada satu sama lain.  Sementara itu, Beni yang sedang berjalan bersama Adnan dan kedua anak buahnya menuju ke mobil polisi, mulai memperlambat langkahnya karena dia mendengar suara mesin mobil yang dinyalakan di dalam bengkelnya, lalu sambil tersenyum, Beni berjalan agak mundur, sedangkan Adnan dan kedua anak buahnya tidak menyadari hal itu sama sekali.  Lalu tiba-tiba saja, sebuah mobil off road melesat keluar dari bengkel milik Beni, dengan menabrak dinding kayu dan pagar dari bengkel tersebut. Hal itu sontak saja membuat Adnan beserta kedua anak buahnya menjadi kaget dan segera berbalik ke belakang untuk melihat darimana suara yang mengejutkan itu berasal. Sedangkan Beni yang sudah tahu, tanpa pikir panjang langsung saja meloncat ke samping untuk menghindari tabrakan.  Mobil off road yang dikendarai oleh Kriss dan Lisa terus melaju menuju ke arah Adnan, kedua anak buah Adnan yang tidak diincar oleh Kriss, segera menghindar dan jatuh tersungkur, sedangkan Adnan yang tidak punya kesempatan untuk menghindar, harus merelakan dirinya ditabrak dengan cukup keras oleh mobil offroad tersebut, sehingga tubuhnya langsung terhempas dan terkapar di jalan.  Kedua anak buah Adnan segera bangkit berdiri sambil mengeluarkan pistol mereka, Kemudian Lisa yang berada di dalam mobil segera menembak salah satu anak buah tersebut, pada bagian pundaknya sehingga orang itu langsung terkapar sambil meringis kesakitan, sedangkan satu anak buah lagi yang akan menembak Kriss, langsung saja mendapatkan pukulan keras di belakang kepalanya, yang dilakukan oleh Beni dengan menggunakan kunci inggris. Karena sedari tadi benda itu sudah disimpan oleh Beni di saku belakang celananya.  Lalu setelah para oknum polisi itu sudah berhasil diatasi oleh Kriss dan kawan-kawan disana. Maka Beni segera berlari masuk ke dalam mobil off road miliknya, yang sedang dikendarai oleh Kriss. Tepat setelah Beni masuk, Kriss langsung tancap gas memacu mobil tersebut supaya melesat pergi meninggalkan tempat itu, karena siapa tahu saja, anak buah Adnan yang lain akan segera datang kesana untuk mengepung mereka.  Dan ternyata benar saja, dua mobil polisi yang lain mulai berdatangan ke lokasi, ketika para oknum polisi itu melihat bahwa Kriss dan kawan-kawannya sedang berada di dalam mobil dan melesat menjauhi tempat itu, maka tanpa pikir panjang mereka langsung saja berusaha untuk mengejar Kriss dan kawan-kawan. Sehingga seketika itu juga, situasi Kriss menjadi seperti buronan yang sedang dikejar-kejar oleh dua mobil polisi, mereka melakukan aksi kejar-kejaran di sepanjang jalanan perkotaan yang dipadati oleh berbagai kendaraan. Namun dengan cekatan, Kriss berkelok-kelok dan terus berusaha mengecoh para pengejarnya, supaya mereka kehilangan jejak dari mobil off road yang sedang dikendarai oleh Kriss tersebut. Sambil terus melaju, Beni yang duduk di kursi belakang, berteriak-teriak kepada Kriss untuk memperingatkannya mengenai mobil miliknya itu.  “Kriss Hati-hati!! Mobil ini adalah hartaku satu-satunya!”  “Ketika Kasus ini sudah beres, aku akan menggantinya dengan yang baru!”  “Memangnya kau punya uang darimana? Sekarang kau adalah seorang buronan!” Ujar Beni.  “Kenapa kau pesimis sekali?” Tanya Lisa kepada Beni.  “Maaf Nona, aku bukannya pesimis, tapi realistis.” Jawab Beni.  “Diamlah, dan biarkan aku mengemudi dengan tenang.” Ujar Kriss, untuk menghentikan keributan mereka, dan supaya dia bisa terus fokus dalam mengemudi.  Sementara dua mobil polisi di belakang terus saja menyundul bemper mobilnya, sehingga menyebabkan Kriss dan kawan-kawan berkali-kali merasa kaget sekaligus panik, kemudian Lisa menyuruh Kriss supaya memacu mobilnya lebih kencang, supaya mereka bisa lolos dari kejaran para polisi itu. Namun sepertinya hal itu akan sangat sulit, karena sebentar lagi mereka akan memasuki kawasan yang terkenal sering mengalami kemacetan, oleh karena itu Kriss harus berpikir keras untuk menemukan cara supaya mereka bisa lolos dari kejaran. Maka dari itu, Kriss langsung saja berkata kepada Beni.  “Beni !! Kau adalah seorang penembak jitu sejak di akademi kepolisian, sekarang tunjukanlah kemampuanmu.” Ujar Kriss sambil memberikan pistol kepada Beni.  “Tidak!! Aku tidak mau! Sudah lama aku tidak memegang pistol.” Ujar Beni.  “Waktu 5 Tahun tidak akan mungkin bisa menghilangkan keahlian yang kau miliki.”  “Aku tetap tidak mau Bung!”  “Ayolah, jika kita tertangkap, maka hidup kita akan selesai!!” Ujar Kriss yang bersikeras memaksa Beni. Lalu Beni mulai tertegun dan memikirkan resiko jika mereka sampai tertangkap, maka dari itu dia segera mengambil keputusan untuk bertindak menghentikan para pengejar di belakangnya. Beni segera mengambil pistol tersebut, dan akan kembali menggunakan keahliannya sebagai seorang penembak jitu.  Dengan sebuah pistol di genggaman tangannya, Beni segera mendongakan kepalanya keluar dari jendela mobil, kemudian dia mulai membidik dan mengarahkan pistol kepada ban mobil polisi yang sedang mengejar dari arah belakang itu. Dengan tatapan fokus serta memperhitungkan arah angin, Beni yang sudah mendapatkan momentum, lalu mulai menembakan sebuah peluru yang langsung melesat tepat ke arah ban depan mobil polisi.  Sehingga salah satu mobil polisi itu bannya pecah dan langsung kehilangan keseimbangan, lalu akibat hal tersebut juga, mobil polisi itu berkelok-kelok dan menabrak mobil polisi yang lain, sehingga kedua mobil pengejar itu saling bertubrukan lalu oleng dan menabrak dinding pembatas jalan. Sontak saja hal itu membuat Kriss dan kawan-kawan merasa senang, karena mereka akhirnya berhasil memperjauh jarak dan membuat para pengejarnya itu jadi kehilangan jejak mereka. Dengan begitu Kriss dan kawan-kawan jadi lebih leluasa melaju ke tempat yang aman tanpa perlu khawatir bahwa mereka akan tertangkap.  Sementara itu, Adnan sedang mencoba menghubungi para anak buahnya, yang telah gagal mengejar Kriss dan kawan-kawan. Dengan perasaan kesal dia membanting handphone miliknya, lalu menendang bemper mobil yang ada di dekatnya. Saat itu dia benar-benar merasa marah karena dirinya sudah ditabrak, dan ditambah dengan kegagalan yang harus dia terima. Sehingga dia pasti akan menerima keluhan lagi dari Leonard. Lalu sambil berjalan tertatih, dia masuk ke dalam mobil untuk mengantarkan salah satu anak buahnya ke rumah sakit, akibat terkena tembakan dari Lisa tadi.  Singkat cerita, beralih ke apartemen tempat tinggal Lisa, Kriss dan Beni sedang membantu Lisa untuk berbenah, mereka memasukan barang-barang ke dalam kardus seperti orang yang mau pindah rumah. Dan itu ternyata memang benar, dikarenakan mobil Lisa yang tertinggal di dekat lokasi bengkel Beni, maka ada kemungkinan bahwa Adnan beserta rekan-rekannya akan segera menemukan tempat mereka berada saat ini, oleh karena itu mereka harus segera pindah ke tempat baru yang tidak akan mudah terlacak oleh pihak kepolisian.  Sambil menata barang di dalam kardus, Beni dan Kriss mengobrol panjang lebar. Kriss menjelaskan tentang kasus Romi, serta upaya pembunuhan terhadap dirinya, juga tentang keterlibatan AionTex dalam beberapa kasus yang pernah terjadi selama ini.  “Bung, aku keluar dari Kepolisian karena tidak mau terlibat dalam masalah seperti ini. Tapi sekarang kau malah menyeretku ke dalam masalah yang pelik ini.” Ucap Beni.  “Kita tidak punya pilihan lain, karena yang mengejar kita bukan hanya oknum penjahat, tapi oknum dari kepolisian juga. Anggap saja kini kau sedang terseret ke dalam masa lalumu.” Ucap Kriss.  “Jangan seenaknya saja memutuskan!”  “Dengar Beni, jika aku tidak datang ke rumahmu siang tadi, bayangkan apa yang akan terjadi?”  “Aku akan baik-baik saja, aku bisa jaga diri.”  Kemudian Lisa menghampiri mereka berdua untuk menjadi penengah dari masalah antara dua orang mantan partner tersebut. Lisa berkata, “Ya, ampun. Kalian memang benar-benar sahabat dekat.”  “Apa katamu?!”  “Buktinya kalian selalu bertengkar, itu bukti bahwa kalian adalah dua orang sahabat.”  “Kami sudah bukan sahabat lagi.” Ujar Beni.  “Aku ingin bertanya. Sebenarnya kenapa kau jadi sangat membenci kepolisian?” Tanya Lisa kepada Beni.  Lalu Beni terdiam sejenak, sebelum menjawab pertanyaan tersebut. “Dulu ketika aku masih seorang polisi, aku ditugaskan untuk menyelamatkan korban penculikan. Waktu itu, aku bertugas bersama seorang seniorku, kami hanya berdua saja ... Ketika kami sudah berhasil masuk ke dalam rumah si penculik dan masuk ke ruangan kamar, tiba-tiba saja si penculik menyandera korban, dan menodongkan pistol ke kepala si korban, yang merupakan anak laki-laki berusia 10 tahun. Saat itu keadaan mulai memanas, kedua belah pihak tidak mau mengalah dan saling mengancam untuk menjatuhkan pistol, si penculik terus saja bersikeras bahwa dia akan membunuh korban, dan kami saling membentak. Hingga akhirnya, seniorku melepaskan tembakan ke arah si penculik. Namun, yang kena malah si anak tersebut.”  “Astaga.”  “Ya, anak kecil itu langsung tewas seketika. Kemudian semua tak selesai sampai disitu. Seniorku langsung saja menghabisi si penculik saat itu juga.”  “Me- mengapa dia melakukan itu?”  “Entahlah, ketika itu aku hanya bisa tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa menurut pada perkataan seniorku dan melakukan apa yang dia suruh. Seniorku membuat kejadian itu seolah-olah merupakan kecelakaan, dan yang menembak anak itu adalah si penculik. Sehingga kami berdua tidak masuk ke dalam masalah.”  “Beni, kau tidak pernah memberitahuku tentang hal ini.” Ucap Kriss yang seakan membatu.  “Ada satu orang yang kuberitahu, yakni komisaris. Tapi dia juga malah ingin menutupi kejadian tersebut dan menyuruhku untuk tetap bungkam. Lalu setelah itu aku mulai menemukan berbagai kejanggalan lain di Kepolisian, yang semakin membuatku tidak nyaman. Aku pernah berbicara pada Kriss tentang beberapa konspirasi, dan aku juga bilang padanya bahwa aku ingin keluar dari kepolisian. Namun Kriss bilang bahwa ‘Tidak semua orang yang ada di kepolisian adalah orang yang kotor’, dan setelah itu kami bertengkar hebat akibat berbeda pendapat. Lalu semenjak saat itu, kami tidak pernah berbicara lagi kepada satu sama lain, sampai saat ini.” Kata Beni menjelaskan.  “Hmm, jadi itu yang terjadi di antara kalian.” Ucap Lisa yang mulai mengerti.  Kemudian Kriss berkata, “Maafkan aku karena tidak bisa mengerti isi hatimu Ben, dan aku tidak selalu ada disaat kau membutuhkanku ... Sejujurnya, setelah kau keluar, aku berusaha sekeras mungkin untuk menjalankan setiap tugas yang diberikan padaku dengan baik, sehingga kini aku bisa diangkat menjadi inspektur. Itu semua semata-mata karena aku ingin membuktikan padamu, bahwa tidak semua polisi itu kotor. Buktinya ada juga polisi-polisi yang bisa diandalkan.” Ucap Kriss kepada Beni.  “Baiklah, sekarang kalian sudah saling mengerti satu sama lain kan? Maka dari itu, sekarang kalian berdua jujur saja padaku. Apakah saat ini, kalian berdua merasa senang karena bisa kembali bersama-sama lagi setelah bertahun-tahun terpisah?” Tanya Lisa kepada mereka berdua.  Lalu Kriss dan Beni berdiri dan menghadap kepada satu sama lain, dengan tatapan serius mereka saling memandang, kemudian saling mengangguk. Kriss mulai menjulurkan tangannya untuk mengajak Beni bersalaman, dan tanpa banyak bicara, Beni langsung saja menyambut tangan Kriss sehingga mereka berdua akhirnya bersalaman.  “Maaf karena aku tiba-tiba menjauh dan selalu menghindari dirimu kawan ... Sekarang, kurasa beban kebencian di dalam hatiku sudah mulai berkurang.” Ucap Beni.  “Aku juga minta maaf karena tidak bisa menjadi kawan yang baik untukmu. Sekarang aku sangat membutuhkan bantuanmu, dan aku ingin supaya kita sama-sama berjuang untuk menyelesaikan masalah ini, supaya kita bisa kembali hidup dengan normal.” Ucap Kriss sambil tersenyum.  Setelah itu Lisa juga ikut berdiri, dengan raut wajah antusias, dia juga ikut menjulurkan tangannya dan memegang tangan mereka berdua yang sedang bersalaman. Lalu Lisa berkata dengan perasaan penuh semangat.  “Bagus! Sekarang tim kita sudah benar-benar terbentuk. Dan Misi utama kita adalah menyelamatkan Romi dari genggaman AionTex, lalu membongkar semua kejahatan yang telah dilakukan oleh AionTex! Apakah kalian berdua siap?!” Tanya Lisa.  “Aku siap.” Ucap Kriss.  “Tentu saja aku juga siap!” Ujar Beni.  Sebuah Tim yang terdiri dari Kriss, Beni, dan Lisa, sudah resmi terbentuk, berkat ketidaksengajaan yang telah membuat mereka semua terlibat ke dalam masalah AionTex. Lisa yang memiliki keahlian menyusup dan menggunakan komputer, Beni yang memiliki kekuatan otot dan keahlian menembak jitu, lalu Kriss yang memiliki keahlian mengemudi dan beladiri. Ketiganya sudah siap untuk menjalankan misi pertama mereka, yakni menyelamatkan Romi yang sedang berada di dalam genggaman AionTex, lalu mencegah AionTex supaya proyek ciptaan Romi tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang buruk. Apakah mereka bertiga akan berhasil? Terus ikuti kisahnya ya.  Berlanjut ke God Apps (ORIGIN) Part 4
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD