Pretty tengah memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper kecil miliknya di temani Rasya. "loe serius mau tinggal di rumah om gator? Kenapa gak di rumah gue atau disini saja?" tanya Rasya.
"Tidak Sya, rumah om Okta yang lebih dekat dengan kampus. Mama sama Ayah khawatir kalau gue pulang malem, apalagi kejauhan. Taxi juga kadang berbahaya, sekarang kan sudah banyak kasusnya," ujar Pretty masih sibuk melipat pakaiannya di bantu Rasya.
"Oke, kalau begitu jangan lupa mampir ke rumah gue. Oke," ujar Rasya membuat Pretty mengangguk.
"Nanti malam gue ada undangan nyanyi di café sekalian ngisi acara. Loe ikut yah," ajak Rasya.
"Gue lagi gak semangat, Sya," jawab Pretty beranjak menuju lemarinya mengambil beberapa sepatu flat dan kets untuk di masukan ke dalam koper.
"Ayolah Prit, loe jangan murung terus. loe butuh hiburan," ujar Rasya, membuat Pretty menghentikan aktivitasnya dan duduk di samping Rasya.
"Entahlah Sya, hati gue masih belum ikhlas. Tetapi sekarang gue sedang berusaha untuk bangkit kembali menjadi Pretty yang jahil dan juga riang," kekeh Pretty. Entah kenapa ucapan Datan tiba-tiba saja memenuhi kepala Pretty. Entah apa yang Datan perbuat, tetapi ucapannya saat itu mampu menyemangati Pretty dan mengingatnya kepada Tuhan. Bagaimanapun Tuhan sudah memberikan segalanya untuk Pretty, tetapi Pretty malah tidak pernah sadar dan lupa untuk bersyukur.
"Yee,, malah bengong." Rasya menyenggol lengan Pretty membuat Pretty terkekeh kecil.
"Gue gak nyangka lho si Datan bisa berpikir dewasa dan bijak. Gue pikir dia selalu absurd seperti om Gator," kekeh Pretty.
"Datan? Memangnya Datan lakuin apaan?" tanya Rasya penasaran. Pretty menceritakan semuanya apa yang beberapa hari yang lalu terjadi.
"Loe serius? Datan nasihatin loe kayak gitu?" tanya Rasya kaget.
"Loe bener, gue malah selalu terkikik kalau mengingat ucapannya. Ternyata dia tidak kekanak-kanakan," ucap Pretty.
"Tapi setau gue dari Papa, om Gator juga tidak selalu absurd lho. Gitu-gitu juga om Gator dewasa dan setia kawan. Gue selalu seneng kalau dengerin Papa atau Mama cerita masa muda mereka," ucap Rasya.
"Gue kurang tau sih, soalnya Mama sama Ayah jarang cerita. Hanya tau saja kalau om Gator sering beradu mulut sama Mama, tante Serli, tante Irene dan om Loa loa," kekeh Pretty.
"Papa gue kali itu," ucap Rasya merengut membuat Pretty terkikik.
"Abis lucu dan cocok sih, om Angga di bilang om Loa loa," kekeh Pretty.
"Iya sih,, tapi kalau gue yang manggil Papa begitu. Gue bakal langsung di jewer atau di pelototin," kekeh Rasya.
♣♣♣
Datan tengah mengantar sang Mommy tersayangnya menuju supermarket untuk berbelanja karena akan kedatangan tamu, dan juga untuk kebutuhan rumahnya. "Mom, butuh berapa banyak lagi? se-trolly masih belum cukup?" tanya Datan.
"Sebentar lagi Little Crocodile, ini untuk keperluan kita dua minggu," ujar Chacha.
"Memang siapa yang mau tinggal di rumah kita, Mom? Kenapa ribet sekali," keluh Datan yang sudah malas berkeliling supermarket menemani sang Mommy. Datan bahkan memakai switer abunya dan memakai topi, bahkan kumpluk switer di pakai juga untuk menutupi wajahnya.
"Nanti juga kamu tau," ujar Chacha masih sibuk memilih dan memilah sayuran.
"Yaelah mau numpang saja ribet bener, apa dia sejenis dugong yang maruk?" tanya Datan asal.
"Hush, itu mulut yah kalau ngomong. Jangan bicara kayak gitu," tegur Chacha.
"Cape Mom," keluh Datan.
"Sabar Datan, kamu ternyata lebih cerewet dari biangnya," celetuk Chacha.
"Lah Datan kan keturunan nenek lampir juga, yah pasti cerewet lah," seru Datan dengan santai membuat Chacha mendengus. Anaknya memang sangat menyebalkan daripada biangnya. "Mom, bentar yah," ujar Datan saat melihat seorang penjaga toko yang sangat cantik.
"Kamu mau kemana Datan?" tanya Chacha mengernyitkan dahinya bingung.
"Ada pekerjaan urgent, sebentar yah Mommy Nela sayang," ujar Datan dan beranjak menghampiri sang penjaga toko yang berhijab dan terlihat cantik.
"Dasar buaya, mirip bener sama bapaknya," keluh Chacha menggelengkan kepalanya saat melihat Datan tengah menyapa seorang penjaga toko.
"Mbak, saya sedang mencari minuman isotonic, sebelah mana yah?" modus Datan.
"Paling ujung Mas," tunjuk sang penjaga toko itu.
"Sebelah mana sih mbak, aduh saya takut nyasar nih. Bisa di antar?" tanya Datan dengan senyuman mautnya membuat sang pelayan mengangguk malu. "Siapa nama Mbak?" tanya Datan, mulai meluncurkan aksinya buayanya.
"Nama saya, Nova."
"Jangan panggil Mas, saya kan bukan mas tukang bakso," celetuk Datan membuat wanita itu terkekeh kecil. "panggil saja saya Natan," ujar Datan mengganti namanya adalah keahliannya supaya tidak di ketahui kalau dia banyak pacarnya.
"Iya Na-natan," jawabnya. "Ini minuman isotonicnya," tunjuk Nova membuat Datan mengangguk. "kalau begitu saya permisi." Nova hendak berlalu pergi tetapi Datan kembali memanggilnya membuat Nova menengok. Datan memang memiliki 1001 cara untuk menaklukan hati wanita dan tidak pernah kehilangan ide dalam hal menaklukan incarannya. "Ada apa?"
"Tunggu, itu ada bulu matamu yang jatuh," celetuk Datan seraya mengambil bulu mata yang ada di bawah mata sang wanita membuatnya mematung kaku "lihat ini ada bulu mata," tunjuk Datan membuat Nova tertunduk malu.
"Terima kasih," jawabnya.
"Simpanlah, katanya kalau bulu mata jatuh itu tandanya ada yang kangen sama kamu," ujar Datan menyimpan bulu mata itu di telapak tangan Nova. "karena besok-besok aku yang akan kangen sama kamu," celetuk Datan dengan kerlingan matanya membuat Nova mematung kaku dengan tingkah Datan.
"Oh iya!" tambah Datan mengambil pulpen dari tangan Nova yang satunya lagi. Lalu Datan menulis nomor handphonenya di telapak tangan Nova. "itu nomorku, pulang dari sini hubungi saja aku. Aku akan menjemputmu," bisik Datan. "dan terima kasih untuk ini," tambahnya seraya menunjukkan minuman isotonic di tangannya dan berjalan meninggalkan Nova yang masih mematung karena terbuai oleh rayuan maut Datan.
"Hay Mom," sapa Datan saat melihat Chacha sedang melakukan transaksi di kasir.
"Selesai pekerjaan urgentnya?" sindir Chacha membuat Datan terkekeh.
Selesai melakukan transaksi, mereka berdua berjalan menuju tempak parkir mobil Datan. Data segera mendorong trolly barang mendekati mobilnya. Chacha hendak menaiki mobil, tetapi terhenti karena melihat sosok seseorang yang tengah makan siang bersama seorang wanita. Datan menghampiri Chacha saat sudah memasukan belanjaan ke dalam bagasi mobil.
"Ada apa Mom?" tanya Datan bingung karena Chacha masih mematung di tempatnya. "Mom," panggil Datan saat tak mendapat jawaban dari Chacha.
"Dasar Aki aki," gerutu Chacha beranjak menuju restaurant membuat Datan kaget, dan mengikuti Chacha memasuki restaurant itu.
"Bagaimana kamu mau kan?" Tanya laki-laki berjas abu itu kepada sang wanita di hadapannya.
"Apa yang mau? Loe ngajakin dia buat jadi yang kedua" pekik Chacha mengamuk membuat laki-laki yang tak lain adalah sang Aligator dari perkebunan pisang.
"Nela?" ucap Okta kaget melihat kedatangan sang istrinya.
"Kaget loe yah lihat gue, dasar Aki aki buaya! Kagak nyadar umur, masih saja nyari selingkuhan dan ini sekretaris sendiri!" pekik Chacha membuat para tamu melihat ke arah mereka dan berbisik-bisik.
"Love, kamu salah paham," ujar Okta mencoba menenangkan Nenek lampir tersayangnya.
"Lap lop lap lop, apanya yang salah paham?" pekik Chacha kesal.
"Mom, jangan di sini, malu Mom," ujar Datan yang juga baru datang.
"Diem kamu Datan, kamu sama saja sama buaya Aki aki ini. Dan kamu Ifa, kamu mau maunya menerima Aki-aki ini," tunjuk Chacha dan Ifa hanya tersenyum miris.
"Nela sayang dengerin aku dulu, aku sama Ifa gak ada apa-apa," jelas Okta.
"Bohong! kamu kan rajanya buaya! Modus dan bohong itu makanan sehari-hari kamu!" amuk Chacha membuat Okta menggaruk tengkuknya bingung. "Kamu jahat, Crocodile. Mentang-mentang sekarang aku gemukan dan udah gak muda lagi. Kamu langsung lari sama daun muda. Jahat kamu Crocodile!" Chacha langsung berlari keluar restaurant dengan tatapan aneh dari para pengunjung lain.
"Ya elah si Mommy malah ngajakin Indiaan. Udah sana Dad kejar Mommynya," ujar Datan membuat Okta mengambil kunci mobilnya dan handphonenya yang ada di atas meja.
"Ifa maafkan saya, ini jadi salah paham. Besok kita bicarakan lagi," ujar Okta bergegas pergi.
"Dad, kalau bisa keluarin adegan Shahkruk khan saat merayu Kajol. Pasti Mommy klepek-klepek," ujar Datan membuat Okta mengangkat jempolnya sebelum benar-benar keluar dari restaurant. "Perang dunia ke 3 terjadi antara Crocodile dan Nenek lampir," ucap Datan terkikik.
"Mbak Ifa kenapa mau sama Aki aki model Dad sih, kenapa gak sama aku saja. Aku kan single dan lebih muda dan tampan dari Daddy?" ujar Datan.
"Nggak, aku lebih tertarik sama Aki aki unyu itu daripada kamu," jawab Ifa seraya beranjak pergi meninggalkan Datan.
"Kurang unyu apanya coba gue?" gumam Datan.
Sesampainya di dalam rumah, Chacha yang masih emosi langsung memasuki kamarnya dan melempar tasnya ke atas ranjang dengan kesal. "Benar-benar kagak nyadar umur tuh Aki-aki, sekretaris sendiri masih aja di godain," gerutu Chacha. "Dia merasa masih laku gitu? Dasar nyebelin tuh Aki-aki, minta gue potong tuh senjatanya biar nggak bisa genjatan senjata lagi!" gerutu Chacha membuat Okta meringis dan bergidik ngeri di ambang pintu mendengarnya.
'Kasian bener loe, Tong! Jadi bahan luapan emosi Nenek lampir,' batin Okta.
"Sayangku, cantikku, bidadariku dengarkan suami unyumu ini berbicara dulu," ujar Okta beranjak menghampiri Chacha.
"Jelasin apa? kalau aku salah paham, begitu? Basi!" pekik Chacha emosi.
"Eh Sayang tunggu, di wajah kamu ada apaan tuh," ucap Okta memasang wajah serius membuat Chacha mengernyitkan dahinya bingung. "rubah ekspresimu, cepat Sayang," tambah Okta semakin membuat Chacha bingung.
"Apaan sih?" tanya Chacha mengusap-usap wajahnya.
"Ekspresinya coba tenang," perintah Okta dan Chacha menurutinya. "coba senyum dikit," tambah Okta.
"Nggak mau!" jawab Chacha jutek
"Ayolah Sayang, senyum sedikit," perintah Okta dan Chacha akhirnya tersenyum kecil. "nah kan gini jauh lebih baik. Kamu kelihatan seperti wanita berumur 25 tahun, kalau jutek dan serem kayak tadi kerutannya kelihatan lho Nela sayang. Tuh lihat di sini, di sini sama di sini!" ujar Okta menunjuk wajah Chacha. "Keep smile Sayang, jadi awet muda kan. Kalau serem kayak tadi wah udah mirip Nenek moyangnya Nenek lampir."
"Rayuanmu tak mempan Raja buaya," ucap Chacha menepis tangan Okta.
"Sini duduk." Okta mengajak Chacha untuk duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangan Chacha dengan lembut. "kalau berdiri terus, tidak baik untuk syaraf kaki kita," ucap Okta dengan tenang.
"Sotoy!" celetuk Chacha dengan jutek membuat Okta terkekeh.
"Aku menyarankan Ifa untuk pindah ke cabang yang di Kalimantan, Abang membutuhkan seorang sekretaris. Tadi kami baru selesai meeting dengan seorang client di restaurant itu dan kami membahas itu. Aku bertanya ke Ifa apa dia mau di rolling atau tidak begitu Nela sayang," jelas Okta.
"Jadi kamu tidak selingkuh dan nyari daun muda?" cicit Chacha membuat Okta terkekeh.
"Tidaklah, sampai kapanpun juga di hati sang Crocodile hanya akan ada Nela tersayang," ucap Okta tersenyum manis.
"Serius?" cicit Chacha dan Okta mengangguk antusias.
"Sudah, itu raut wajahnya di rubah. Lihat kerutannya kelihatan dimana-mana Nela," ujar Okta.
"Isshhhh," cibir Chacha dan Okta menarik Chacha ke pelukannya, menyandarkan kepala Chacha ke d**a bidangnya.
"Dengar yah Nela Sayang, sampai kapanpun juga. Bahkan sampai aku mati nanti, hanya akan ada kamu di hati aku, Nela. Aku sudah tidak butuh yang lainnya lagi. Aku hanya butuh istri semokku," ucap Okta lembut membuat Chacha tersenyum senang.
"Aishh ku pikir bakalan ada adu bantal, taunya cuma begitu saja. Mommy benar-benar payah," gerutu Datan dan berlalu pergi.
♣♣♣
Datan baru selesai mandi dan tengah bercermin sambil menyisir rambut sambil bersiul dengan masih telanjang d**a dan handuk putih yang di lilitkan di pinggangnya. Setelahnya ia berjalan menuju lemari dan mengambil celana jeans dan t-shirtnya. Datan dengan santainya melepaskan handuk itu.
"Kyaaaaaaa!!" pekikkan seseorang membuat Datan menengok dan terpekik kaget.
"Whaaaaa!!!" pekik Datan kembali meraih handuk dan menutupi bagian intimnya dengan handuk, walau sudah memakai underwarenya tetapi tetap saja Datan malu bukan kepalang. Seseorang yang baru saja membuka pintu masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Mbak Pretty kalau masuk kamar, ketuk pintu dulu kenapa sih!" celetuk Datan.
"Sorry Datan, aku kira ini kamar buat aku tempati," cicit Pretty menurunkan kedua tangannya saat melihat Datan sudah kembali memakai handuknya.
"Memang Mbak Pretty menginap di sini?" tanya Datan.
"Iya Datan, aku akan tinggal di sini untuk sementara. Ngomong-ngomong kamar tamunya sebelah mana?"
"Di samping kamar aku," jawab Datan begitu dingin.
"Oh O-ke, sekali lagi sorry Datan," ujar Pretty dengan wajah merahnya dan beranjak menuju kamarnya.
♣♣♣
"Mommy!" teriak Datan saat menuju ke dapur, terlihat Chacha sibuk menata makanan di atas meja.
"Apa Little Crocodile, kamu berisik sekali."
"Anak tampan dan unyu Mommy sudah ternoda!" ujar Datan ngaco membuat Chacha mengernyitkan dahinya bingung. "Kenapa Mommy tidak bilang sih kalau mbak Pretty yang akan tinggal di sini."
"Memang kenapa, Datan?" tanya Chacha.
"Tau deh!" jawab Datan kesal.
"Tadi kamu bilang ternoda? Apanya Datan?" tanya Chacha penasaran.
"Tau ah,,," jawab Datan dan berlalu pergi meninggalkan Chacha kesal.'Ngapain wanita galau itu ke sini sih? Ribet deh nih urusannya. Masa iya gue harus berguru lagi ke opa Mario Teguh biar bisa bijak dalam menghadapi wanita galau itu.' batin Datan.
Datan berjalan dengan menggerutu memasuki kamarnya. "Adaww!!!" Datan mengusap pantatnya saat bertabrakan dengan seseorang membuat pantatnya menyentuh lantai.
"Datan sorry." Pretty yang barusan menabrak Datan.
"Ya Tuhan!! kenapa dengan hari ini!" gerutu Datan segera berdiri dan beranjak begitu saja tetapi Pretty menahannya.
"Kamu gak apa-apa kan? Apa aku perlu obatin?" ucapnya khawatir dan merasa tak enak.
"Mbak mau obatin p****t aku?" ucap Datan membuat Pretty tersentak dan seketika terlihat rona merah di pipinya.
"Eh itu, nggak. Aku pikir tangan kamu yang-" Datan berjalan menyudutkan Pretty membuatnya terus mundur hingga menabrak dinding di belakangnya.
"Pantatku yang sakit, Mbak mau mengobatinya. Baiklah." Datan hendak membuka pengait celananya.
"Aaaa!!" Pretty berteriak seraya mendorong tubuh Datan dan berlari meninggalkan Datan yang menahan tawanya.
"Dasar aneh," gumam Datan berjalan memasuki kamarnya.
Pretty mengatur nafasnya saat sampai di meja makan, dimana sang Oktavio sudah duduk manis tengah meneguk teh hangat. "Ada apa Pretty?" Tanya Okta bingung.
"Itu-" Pretty masih mengatur nafasnya.
"Ada apa?" Chacha menghampiri Pretty dan mengusap pundaknya.
"Tidak apa-apa Tante, Om. Pretty hanya takut kesiangan saja, ini kan hari pertama Pretty mengajar," kekehnya menyembunyikan kegugupannya.
"Mom, Dad. Datan berangkat." teriak Datan.
"Datan sarapan dulu," teriak Chacha.
"Tidak lapar!"
"Datan!" panggil Okta.
"Berangkat!" "Datan!" sekali lagi Okta memanggil dan tak lama Datan datang dan berdiri di ambang pintu.
"Ada apa, Dad?" tanya Datan.
"Ini bukan hutan, jadi gak perlu berteriak," ucap Okta.
"Lupa Dad, kapasitas suara Datan kan tinggi seperti Adam Levine dan Nick Jonas. Jadi sayang kalau gak di kembangkan," celetuk Datan membuat Okta menggelengkan kepalanya. Okta baru merasakan betapa menyebalkan dan jengahnya berbicara bersama Datan. Ia mengingat keluhan yang sama dari sahabat brotherhoodnya kalau berbicara dengannya. Buah Jatuh tak jauh dari pohonnya... Really!!!
"Kamu antarkan Pretty juga, kalian kan satu kampus."
"APA??" pekik Datan.
"Ada apa?" tanya Okta.
"Tidak perlu, Om. Pretty bisa menggunakan taxi," ucap Pretty merasa tak enak.
"Sudah jangan sungkan, lagian kalian satu tujuan. Antarkan yah Little crocodile," ucap Chacha dengan lembut membuat Datan mendengus kesal. Perintah sang Mommy memang sulit di hindari.
"Oke, Datan tunggu di mobil." Datan berlalu pergi meninggalkan semuanya, saat sudah cukup jauh dia kembali berteriak mengucapkan salam dan mengatakan tidak mau menunggu lama.
"Baiklah Om, Tante. Pretty berangkat dulu." Pretty menyalami Okta dan Chacha bergantian dan beranjak pergi.
"Tunggu Sayang, bawa ini untuk di mobil. Kalian perlu sarapan." Chacha membungkuskan roti ke dalam tissue. "Yang coklat kacang kesukaannya Datan." Pretty mengangguk dan menerimanya.
Klakson mobil terdengar kencang dan di tekan berkali-kali. "Aku duluan Om, Tante." Setelah mengucapkan salam, Prettypun berlalu pergi.
"Senang rasanya punya anak kayak Pretty. Sudah cantik, anggun dan sopan," ucap Okta. "Anak gue gak ada yang bener, gak Datan gak Leonna." Keluhan Okta membuat Chacha terkekeh.
"Semuanya itu bagaimana orangtuanya, Crocodile. Kak Edwin pintar dalam mendidik anak-anaknya," ucap Chacha.
"Oh jadi aku gak pintar gitu?" Okta merasa tersinggung.
"Bukan begitu, tapi kita terlalu memanjakan mereka. Terutama Leonna." Okta mengangguk paham.
"Tapi sekarang Princesku mau di embat Verrel," keluh Okta.
"Biarkan saja, semoga Verrel bisa membimbing Leonna menjadi lebih baik lagi." Okta mengangguk setuju.
♣♣♣
Datan sudah menjalankan mobil Bugatti hitamnya meninggalkan pekarangan keluarga Mahya. "Datan ini, sarapan kamu dari Tante." Pretty menyodorkan roti coklat kacang ke arah Datan. Datan melirik sekilas dan mengambil roti itu dari tangan Pretty.
Deg
Datan kembali menepis tangannya membuat Pretty sedikit terpukul pelan. "Sorry," ucap Datan dan mengambil roti itu tanpa menyentuh tangan Pretty. 'Kenapa tangannya menyengat? Apa ada aliran listrik di dalam tubuhnya.' Batin Datan melirik ke arah Pretty yang terlihat fokus menikmati sarapannya. Datan menatap wajah Pretty dari samping, wajahnya yang bersinar dan terlihat sangat cantik. Pretty tidak terlihat memakai make up, wajahnya terlihat begitu natural. Warna putihnya seperti purnama di malam hari begitu terang. Tatapan Datan menurun ke arah leher jenjang bersih milik Pretty, tanpa sadar Datan menelan salivanya sendiri melihat Pretty yang sibuk menelan makanannya. Seketika pikiran nakal Datan memenuhi pikirannya. Datan membayangkan bagaimana kalau dia memberi tanda kepemilikannya di leher putih itu.
Pretty yang merasa di perhatikan, menengok ke arah Datan. Dan seketika Datan langsung memalingkan wajahnya ke depan dan menikmati sarapannya dalam diam, Datan bahkan tak sadar kalau coklat menempel di sisi bibirnya karena gugup ketahuan membayangkan pikiran nakal pada seorang wanita dan sialnya wanita itu dosennya sendiri.
"Ini." Datan mengernyit saat melihat Pretty menyodorkan tissue kepada Datan. "Ada coklat di sisi bibirmu," tambahnya membuat Datan langsung mengambilnya dan mengusap sisi bibirnya dengan segera. Berkali-kali Datan berdehem untuk menstabilkan deru nafasnya, dan darahnya yang berdesir membuatnya merinding. 'Ada apa dengan badan gue? Apa gue bakalan sakit?' batinnya.
Mobil Bugatti hitam milik Datan sudah terparkir manis di parkiran kampus. "Terima kasih yah Datan, aku duluan." Pretty menuruni mobil dan berlalu pergi.
Datan tak menjawab dan masih menatap kepergian Pretty. Pertama kalinya Datan menjadi sosok yang pendiam di depan seorang wanita, bahkan dia tidak mampu berkutik sedikitpun. Dan Pretty adalah wanita pertama yang menjadi dunia khayalan mesumnya. "Ada dengan diri gue?"
♣♣♣