Episode 5

2500 Words
  Datan bersama Chella menonton Leon yang sedang bertanding, kebetulan di adakan di lapangan indoor kampus. Leon sang kapten basket tengah melakukan briefing di private room. Leonna yang memakai pakaian cheerleaders duduk di pinggir lapangan dengan beberapa teman-temannya. Datan dan Chella duduk di belakang Leonna. Banyak mahasiswi dan mahasiswa dari kampus lain yang ikut menonton. Leonna, Leon, Datan dan Chella sangat populer di kampus dan luar kampus. Chella terkenal dalam club Sastra dan Seni, Datan terkenal karena playboynya dan merupakan most wanted posisi kedua setelah Leon, sedangkan Leonna terkenal karena dance nya. Banyak pria dari kampus lain yang menyukai dan ingin mendekati Leonna. Dan Leon, selain kapten basket. Ia juga seorang ketua senat di kampus membuat kepopulerannya semakin meningkat. Banyak sekali penggemar Leon dari kampus lain, begitupun juga dengan Datan, walau banyak yang tau kalau Datan seorang buaya darat, tetapi masih banyak yang ingin menjadi kekasihnya. "Kunyuk, gimana kalau kita taruhan," ujar Chella. "Oke, mau taruhan apa?" tanya Datan. "Siapa yang akan menang, kampus kita atau kampus lain," ujar Chella. "Oke, hadiahnya di tentukan pemenang," ujar Datan. "Siapa takut," jawab Chella. "Gue pilih kampus kita, karena di sana ada Leon." "Kagak adil dong, udah jelas kemampuan si es balok. Kalau kayak gitu bisa-bisa gue yang kalah, Lonja!" celetuk Datan tak terima. "Derita loe, wlee. Pokoknya kita sudah sepakat," ujar Chella tidak memperdulikan gerutuan Datan. "Dasar Lonceng Gereja," cibir Datan. Para pemain basket mulai berlarian keluar private room menuju lapangan. "LEONARD...LEONARD...." sorak para perempuan. "Nyesel gue dulu gak masuk club basket. Kagak terkenal kan jadinya," gerutu Datan. "Pacar sudah berserakan juga, belum puas loe, Kunyuk!" celetuk Chella. "Lagian gak ada yang bisa menandingi ketampanannya Leonard," ujar Chella. "Alah gue juga nggak kalah tampan dan unyu dari si es Balok," ujar Datan dengan percaya dirinya membuat Chella mencibir. "Kalian biang gossip, berhenti ngoceh," celetuk Leonna membuat Chella dan Datan terdiam. "Leonn, ayo Leonnn!" teriak Chella. "Berisik! mau gue sumpel tuh congor pake kaos kaki gue?" celetuk Datan kesal. "Idih sensi bener loe, Kunyuk. Lagi dapet loe," kekeh Chella. Datan hanya mendengus kesal dan kembali fokus menonton. Leon terlihat sangat bersemangat bermain basket, darah Dhika melekat pada diri Leon. Skor sementara di pimpin oleh kampus Leon. "Selamat dapat hukuman, Kunyuk," ejek Chella.            "Loe pikir gue bakal kalah? lihat saja si Leon bakal kalah," ujar Datan. "Tatapan loe mencurigakan, Kunyuk. Awas loe ngapa-ngapain Leon gue!" ancam Chella. "Ngaku-ngaku loe, Lonja! Kasian amat nasib jones.” Pletak “Adaw!” Datan mengusap kepalanya yang di jitak Chella. “Sialan!” gerutu Chella tidak memperdulikan Datan yang meringis kesakitan. “Serem amat amukan sang Jones,” ucap Datan dan mendapat pelototan dari Chella. “Belum puas?” Chella mengacungkan bogemnya ke udara. “Sudah cukup, damai mas brohh.” Datan menampilkan cengiran lebarnya dan Chella kembali fokus menonton. ♣♣♣ Saat ini, Datan dan Chella tengah berjalan meninggalkan lapangan basket indoor. Sudah di ketahui siapa yang memenangkan taruhan ini. "Loe kalah Kunyuk, gue sudah bilang Leon gak akan pernah terkalahkan," ucap Chella begitu bahagia yang kini berjalan di samping Datan. "Tau deh, loe milihnya dahuluin gue. Yo wiss apa hukuman loe?" tanya Datan. "Hukumannya kecil, Datan. Loe pasti sanggup," ujar Chella tersenyum misterius membuat bulu kuduk Datan berdiri. Senyuman itu mengandung seribu tanya dan kecurigaan. Bodoh sekali kalau Datan mempercayai ucapan Chella. “Gue kagak yakin ini akan menguntungkan gue,” ucapnya berjalan dengan santai membuat Chella terkikik kecil. "Godain cewek itu," tunjuk Chella pada wanita berhijab yang sedang duduk di taman kampus tengah membaca buku. "Si Aisyah. Alias Ai? Loe yakin, Ja?" pekik Datan. "Iye Datan kunyuk, gue pengen loe sampai dapet nomor handponenya. Mudahkan, gue gak nyuruh loe ngajakin dia dinner atau kencan," ujar Chella. Datan sudah sangat tau siapa gadis itu, dia anak pesantrenan yang anti pacaran. Keagamaannya begitu lekat hingga akan sulit untuk Datan mendekati gadis itu. "Loe lebih nyebelin dari si Ona," gerutu Datan membuat Chella terkekeh. 'Gue harap salah satu iblis hinggap di diri si Ai, biar memudahkan gue dalam menjalankan misi penting ini,' batin Datan berjalan mendekati Ai yang berada di taman kampus tengah membaca buku. "Assalamu'alaikum," sapa Datan membuat Ai menengok ke arah Datan. "Wa'alaikumsalam," jawab Ai hendak beranjak tetapi Datan langsung menghadangnya. "Tunggu Ai," ujar Datan menghalangi langkah Ai. "Ada apa Datan? Saya mau ke kelas," ucapnya dengan lembut. "Jangan pergi dulu dong Ai, gue mau nanya sesuatu nih sama loe," ujar Datan. "Tanya apa, yah?" tanya Ai mengernyitkan dahinya dan menghindari tatapan Datan yang mematikan. "Tetapi kamu harus berdiri dalam jarak 5 meter dari saya," ujar Ai. "Gimana gue ngomongnya?" tanya Datan bingung. "Ya sudah kalau tidak mau, Ai mau pergi saja.” "Oke oke, gue berdiri dalam jarak 5 meter dari loe," ujar Datan mundur beberapa langkah sambil melirik ke arah Chella yang kini sudah bersama Leonna tengah terkikik melihat ke arah Datan. "Sudah di sini, Ai?" teriak Datan. "Iya sudah, silahkan bertanya," ujar Ai. "Loe tau kenapa cowok wajib solat jumat?" pertanyaan konyol yang Datan tanyakan. "Kenapa bertanya itu? Semua laki-laki wajib melakukan solat jumat apalagi yang sudah baligh," ujar Ai. "Iya gue tau, tapi apa alasannya?" tanya Datan. "Melaksanakan shalat jumat adalah fardhu 'ain bagi setiap muslim, kecuali lima orang yaitu hamba sahaya, wanita, anak-anak, orang yang sakit dan musafir. Allah berfirman dalam (QS. Al. Jumua'ah : 9)," jelas Ai. "Berarti gue juga termasuk yah," ujar Datan dengan santai. "Termasuk gimana?" tanya Ai semakin bingung. "Kan gue juga seorang musafir," ujar Datan masih dengan nada santai khas dirinya. "Musafir apanya kamu," celetuk Ai heran sekaligus bingung. "Musafir cinta, yang sedang mencari cinta dari wanita sholeh seperti kamu," gombalan Datan keluar membuat Leonna dan Chella terkikik geli. Bahkan beberapa orang melirik ke arah mereka karena Datan sedikit berteriak. "Jangan bergombal Datan, itu dosa. Gombal sama saja dengan berbohong dan Allah tidak menyukai orang yang suka berbohong," celetuk Ai. 'Ya tuhan, gombalin ustadzah susah bener. Ayo Datan jangan mau kalah sama si Lonja.' "Aku tidak bergombal Ai, wanita muslimah seperti kamu yang menutupi aurat dengan sempurna itu sangat cantik tanpa make-up walau wajah penuh dengan rembesan keringat atau bahkan jerawat," rayuan maut Datan mulai keluar membuat Ai sedikit tersipu. "Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatiku," ujar Datan mantap membuat Ai semakin tersipu. "Ai, aku tak ingin mengajakmu berkencan atau dinner. Aku tau kamu seorang muslimah yang menjaga diri kamu. Aku hanya butuh nomor handphone kamu, untuk melakukan ta'aruf dan bisa lebih dekat lagi," ujar Datan membuat Ai membelalak lebar, tak menyangka dengan apa yang baru saja Datan ucapkan. 'Maafkan kekhilafanku ini, Ai,' batin Datan. "Maaf, tapi aku tidak bisa Datan," ujar Ai berusaha tak ingin termakan rayuan Datan. Seluruh kampuspun tau siapa Datan Aguero Nick Mahya, sang playboy kelas kakap. "Kenapa?" tanya Datan. "Kamu datang saja langsung ke rumahku dan bicara pada Ayahku," ujar Ai. 'Hadeh, kalau ke rumah nanti malah di kawinin lagi. Ayo dong Bu ustad jangan buat gue berdiri di sini terlalu lama. Panas ini,' batin Datan. "Ayolah Aisyah, kamu kan baik hati. Seorang muslim harus saling membantu muslim lainnya. Termasuk aku, musafir yang haus akan cinta. Aku tak paham terlalu dalam tentang agama, jadi bantulah aku," ujar Datan. "Tapi kata Umi dan Abi, saya tidak boleh memberikan nomor telepon pada sembarang orang," ujar Ai masih ngotot membuat Datan harus berusaha lebih keras lagi. "Tapi kan gue temen sekelas loe, gue juga kan bisa tanya yang lainnya mengenai pelajaran. Ayolah Ukhti jangan pelit-pelit," ujar Datan yang sudah mulai lelah. "Datan tapi saya takut," celetuk Aisyah. "Takut kenapa?" tanya Datan. "Takut di guna-gunain." ucapan Aisyah membuat Datan menahan tawanya sendiri. "Gue gak akan apa-apain loe, Ai," ujar Datan. 'aishh,, ini anak. Dia pikir gue mau ngapain sama nomornya? Di sangka gue dukun apa, mau guna-gunain dia. Ya Tuhan, ampuni Datan yang unyu ini karena sudah menggoda seorang wanita muslimah.' "Ayolah Ukhti, jangan pelit," ujar Datan dan akhirnya Aipun menulis sesuatu di kertas kecil. "Saya simpan di sini," ujarnya menyimpan kertas di atas kursi. "Assalamu'alaikum." Ai yang sudah sangat gugup langsung berlalu pergi meninggalkan Datan. "Wa'alaikumsalam," ujar Datan dan beranjak mengambil kertas itu. "Nih Lonja." Datan menempelkan kertas di jidat Chella membuat Leonna tertawa. "Makan tuh nomor, sekalian loe guna-gunain," tambahnya membuat Chella dan Leonna terkekeh. "Ciee, sulit yah luluhin si Aisyah," kekeh Leonna. "Kagak, buktinya dia luluh juga kan. Jangan salah, gue itu titisan sang Aligator penakluk para wanita. Jadi tidak akan ada satupun wanita yang akan menolak gue. Paham loe berdua," ujar Datan. "bye, gue cabut mau lanjut kencan." ♣♣♣ Pretty tengah berdiri di bibir pantai dengan ombak yang cukup besar. Dress yang dia pakai melambai-lambai karena hembusan angin. 'Aku tak bisa lagi hidup tanpa kamu, Azka. Aku sangat mencintaimu, tanpa kamu aku sungguh kesepian. Tak ada gairah lagi untukku terus bertahan hidup. Aku ingin pergi bersamamu, aku tak sanggup lagi menahan rasa sakit ini tanpa kamu, Azka.' Pretty berjalan menuju lautan hingga ombak menyambar tubuhnya. Di sisi lain, Datan membawa wanitanya ke sisi pantai untuk menikmati makan malam bersama di restaurant pantai. "Aku senang sekali bisa jalan berdua dengan wanita cantik sepertimu, Sasi," ujar Datan membuat wanita itu tersenyum malu. "Aku juga senang bisa jalan bersama kamu, Datan," ujar Sasi. "Kamu tau, malam ini bintang dan rembulan tak menampakan dirinya karena minder dengan kecantikan kamu," bualan Datan membuat Sasi semakin tersenyum senang. Datan menyodorkan sepucuk bunga mawar kepada Sasi yang langsung dia terima dengan senang hati. Ia hendak mengucapkan sesuatu, tetapi pandangannya terarah pada seorang gadis yang berjalan menerjang ombak. "Oh Shittt!!!" umpat Datan dan beranjak dari duduknya, ia berlari menuju wanita itu membuat Sasi terpekik kaget melihat Datan yang langsung berlari pergi meninggalkannya. "Woyyyy berhentiii!!!" teriak Datan tetapi wanita itu tak bergeming. Akhirnya Datan berhasil memeluk tubuh wanita itu saat ombak besar menerjang. Ia menarik tubuh wanita itu yang terus berontak meminta lepas. Datan menghempaskan tubuh wanita itu saat keduanya sampai di bibir pantai membuat wanita itu mundur beberapa langkah. "Mbak Pretty?" ujar Datan kaget saat melihat wajah sendu Pretty. "Ngapain loe tolongin gue, Datan? Biarin gue mati. Gue pengen ketemu Azka!" pekik Pretty. "Apa Mbak sudah gila!!!" pekik Datan yang juga sudah sangat kesal. "Iya gue memang sudah gila. Gue gila karena kehilangan lelaki yang gue cintai," isaknya membuat Datan menatapnya dengan tatapan tak terbaca. "hidup gue kini tak ada gunanya lagi." Pretty menangis sejadi-jadinya. "Bodoh!" umpat Datan membuat Pretty menatap Datan dengan kekesalannya. "Mbak sangat bodoh, dimana otak Mbak, hah? Bukankah Mbak sangat pintar? Bahkan di umur yang semuda ini, Mbak sudah akan menjadi seorang dosen. Tapi ternyata Mbak sangatlah bodoh," ujar Datan dengan tatapan tajam membuat Pretty menatap Datan dengan kesal. "Apa maksudmu, Datan?" pekik Pretty sangat kesal. "Apa Mbak pikir, dengan Mbak bunuh diri semua masalah akan selesai? Mbak pikir dengan Mbak mati di bawa hanyut oleh ombak, Mbak bisa bertemu dengan Azka dan bersama lagi di alam sana? Itu pemikiran paling i***t!!!" kata-k********r Datan mampu menyakiti hati Pretty. "Mbak bukannya bisa bertemu dengan Azka, tapi yang ada Mbak akan jadi panggangan di api neraka. Boro-boro bisa nyari keberadaan Azka, Mbak bakalan kekal abadi di dalam neraka!” ucapnya dengan kesal. “Berpikirlah realistis jangan terlalu mendramatisir keadaan. Ini bukan cerita sinetron atau drama, tidak ada darisananya mati bersama karena cinta. Itu bulshit!!" ujar Datan yang juga terlihat kesal membuat Pretty semakin menangis terisak. "Dengar Mbak, kalau Mbak mencintainya. Maka kamu harus mencintai diri kamu sendiri, tidak ada siapapun di dunia ini yang tidak memiliki masalah. Semua orang pasti mati, tetapi ada saatnya nanti. Tuhan sudah mengatur segalanya, termasuk kapan kita akan meninggal.” Pretty sedikit terpaku mendengar penuturan Datan. “Lihatlah orang lain yang mengalami sakit parah, bahkan dia sudah di vonis umurnya tak akan lama lagi. Tetapi Mereka terus berjuang mati-matian melawan penyakitnya hanya untuk tetap bertahan hidup. Dan Mbak, mbak sehat wal'afiat apalagi yang kamu inginkan? Mbak malah ingin menyia-nyiakan hidup Mbak sendiri. Harusnya Mbak bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan berikan untuk Mbak," ujar Datan. "Lihatlah pengemis di jalanan, seharusnya Mbak bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena masih memberikan kamu tempat tinggal yang layak. Mereka yang tidak memiliki rumah, tidak bisa makan, bahkan tak memiliki pakaian, mereka masih bisa bersyukur kepada Tuhan. Mereka yang bahkan tak memiliki keluarga, tidak memiliki orangtua, tidak memiliki siapapun, tetapi masih mampu bertahan hidup. Mbak bahkan masih memiliki keluarga yang utuh, memiliki seorang Kakak dan orangtua yang begitu menyayangi Mbak. Apalagi yang Mbak inginkan? Apalagi yang tidak Tuhan berikan untuk Mbak?" tanya Datan. "Kalau masalah cinta? Bukankah terkadang cinta itu tak harus memiliki. Cinta sejati itu tidak harus selalu bersama, kan? Aku akui, aku belum pernah merasakan jatuh cinta, bagaimana rasanya jatuh cinta dan di cintai seseorang. Tapi yang aku tau, cinta itu tak akan pernah menyesatkan kita. Setidaknya manfaatkan hidup Mbak untuk Azka. Percuma saja kamu melakukan bunuh diri. Tuhan sangat membenci tindakan konyol itu," ujar Datan panjang lebar. "Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita. Percayalah semuanya akan berlalu, dan Mbak akan bahagia tanpa ada Azka seiring berjalannya waktu. Azkapun akan bahagia di atas sana melihat Mbak di sini bahagia," ujar Datan mulai melembut. Pretty menangis sejadi-jadinya, dengan memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil karena badannya yang basah dan dingin. Datan melepas jas hitam yang dia pakai dan berjalan mendekati Pretty, ia pakaikan jas itu di tubuh Pretty. "Aku akan mengantar Mbak pulang," ujar Datan. Pretty hanya menurut saja dan mengikuti Datan. Kata-kata datan terus terngiang-ngiang di telinga Pretty. Di dalam mobil, suasana begitu hening. Bahkan Datan tak ingat kalau dia datang ke pantai bersama seorang wanita. Pretty yang duduk di samping Datan, sesekali melirik ke arah Datan yang terlihat fokus menyetir. Dia merasa malu pada Datan, pada dasarnya ucapan Datan benar adanya. Mungkin Pretty yang terlalu mendramatisir keadaan. Tetapi tak bisa di pungkiri kalau hatinya sangat hancur karena kepergian Azka. "Sudah sampai." ucapan lembut Datan menyentakkan Pretty dari lamunannya. Pretty menengok ke arah Datan yang juga tengah menatap ke arah dirinya. "Aku tau, pemikiranku begitu minim. Aku hanya terlalu putus asa, dan begitu kehilangan dia." Datan masih memperhatikan wajah Pretty yang saat ini kembali memalingkan wajahnya dengan sesekali mengusap air matanya yang luruh. "Maafkan aku Datan." kali ini Pretty menengok ke arah Datan, membuat mata mereka beradu dan terpaut satu sama lain. "Kenapa minta maaf padaku?" "Aku-" "Jangan minta maaf padaku, minta maaflah pada Tuhan dan pada diri kamu sendiri. Pecayalah pelangi akan selalu muncul setelah badai berlalu. Tidak mungkin badai akan terus menerjang. Kehidupan itu seperti ombak di lautan. Terkadang pasang, terkadang juga surut. Percayalah semuanya akan kembali baik." Entah dorongan dari mana, tangan Datan terulur mengusap pipi Pretty yang kembali menjatuhkan air matanya. "Jangan menangisinya terus, dia butuh doa bukan air mata." ucapan Datan menyentakkan Pretty dan segera memalingkan wajahnya. "Em,, makasih Datan. Aku masuk." Pretty bergegas masuk ke dalam rumah setelah melepas jas milik Datan dan menyimpannya di jok mobil. Datan masih memperhatikan Pretty yang berjalan memasuki rumah keluarga Jonshon. Dan termenung sesaat setelah Pretty menghilang di balik pintu. Dia seakan merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Tetapi seketika ia mengedikkan bahunya dan menghilangkan perasaan aneh itu. Dia kembali menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Dewi. ♣♣♣
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD