Episode 2

2704 Words
  Pretty tengah mencoba beberapa dres dan gaun untuk ia pakai besok di acara pertunangannya. Edwin sengaja memesann pakaian rancangan desainer Michael Kors untuk acara putri bungsunya itu. "Mah, ini gimana?" Tanya Pretty pada Dewi yang duduk di atas ranjang di kamar putrinya. "Itu kurang menarik sayang, coba yang lain," ujar Dewi. "Mama, Pretty sudah tiga kali ganti.” "Ayolah Sayang, kamu harus terlihat cantik besok. Biar Azka semakin terpesona sama kamu," goda Dewi membuat Pretty mencibir dan kembali mencoba gaun yang lain. "Pretty!" Panggil Rasya, dan si kembar Randa Rindi. "Masuk sini 3R," ujar Dewi membuat mereka terkekeh. "Apa kabar Tante?" Tanya Rindi dengan sopan. "Baik Sayang, ayo duduk. Pretty lagi sibuk mengganti pakaiannya," ujar Dewi. Pretty Jonshon putri bungsu dari pasangan Edwin Jonshon dan Dewi Jonshon. Ia baru saja menyelesaikan study S2 nya di San Fransisco di usianya yang baru menginjak 22 tahun. Karena kepintarannya dan prestasinya yang memukau. Sebulan lagi, dia akan bekerja menjadi seorang dosen di Universitas Angkasa. Saat ini dia akan melangsungkan acara pertunangannya dengan kekasihnya Azka Joel Handoko yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan bea cukai. "Ini bagaimana?" Tanya Pretty yang sudah keluar dengan gaun berwarna gold putih itu. "Loe cantik banget, Pretty." ujar Rasya antusias. "Bener banget. Udah deh loe cocok banget pake baju itu. Cantik cantik," puji Randa. "Fyuhhh,, akhirnya. Mama puas?" Tanya Pretty. "Iya Sayang, Mama setuju," ujar Dewi tersenyum. "Sekarang gue dateng mau ngelulurin tubuh dan maskerin wajah loe." ujar Randa. "Nggak nggak, gue bukan mau married, ini cuma tunangan Randa." Pretty memang tidak terbiasa memakai make up. Dia selalu tampil apa adanya dan lebih suka natural. "Ayolah Pretty sayang, loe nurut aja," ujar Rasya. "Ayolah Sayang," bujuk Dewi. "Iya deh, pasrah aja," ujar Pretty akhirnya. "Hallo adikku Sayang." Percy datang dengan membawa sebucket bunga. "Kakak," teriak Pretty memeluk Percy manja. "Ini buat kamu Sayang." Percy menyerahkan sebucket bunga itu pada Pretty setelah melepas pelukannya. "Makasih Kak," Pretty tersenyum senang. Percy sempat kaget saat melihat ada Rindi di sana dan sang Mama di belakang mereka. "Hai," sapa Percy. Rindi mendadak salting dan bingung, harus bagaimana. Rindi hanya tersenyum kecil saja. "Baiklah, Mama keluar yah. Kalau kalian sudah selesai ke bawah, buat makan siang bersama," ujar Dewi melenggang pergi. Dewi menyadari kecanggungan antara Percy dan Rindi. "Kamu udah lama disini?" Tanya Percy. "Lumayan, kamu dari kantor?" Tanya Rindi. "Iya, aku tidak tau kamu datang," ujar Percy. "Ya udah deh, kalian ngobrol aja di balkon kamar aku gih. Aku mau di lulur sama Randa," ujar Pretty. Percy mengajak Rindi keluar kamar dan mengobrol di balkon kamar. "Kapan yah cinta mereka bisa di restui?" Tanya Rasya. "Entahlah, Mama dan Papa juga begitu melarang keras hubungan mereka," ujar Randa iba melihat kembarannya. ♣♣♣   Datan pulang ke rumah di jam 2 dini hari, ia berjalan mengendap-endap memasuki rumah sambil menjinjing sepatunya menuju kamar. Ceklek .... Lampu ruangan menyala hingga terang. Mampus gue! Aligator ngamuk nih. Batinnya. "Dari mana kamu?" Tanya Okta tajam sambil berjalan mendekati Datan. "Habis-, abis ada acara sama temen kampus, Dad." ujarnya tersenyum manis. "Punya jam tangan?" Tanya Okta. "Punya Dad, kan di beliin Mommy waktu minggu kemarin," ujar Datan dengan polos. "Tau sekarang jam berapa?" Tanya Okta sinis. "Jam berapa memang Dad?" kekeh Datan pura pura tak tau. "Ck, anak ini. Daddy tau kamu dari mana," ujar Okta tambah kesal. "Ta-tau?" Datan mulai gugup. "Iya Datan, dan Daddy tidak suka kamu ikutan balapan liar!" tegasnya masih memasang wajah sangarnya. "Dad, tapi-" "Tidak ada tapi-tapian, Daddy akan copot semua fasilitas kamu. Tidak ada mobil dan atm. Kamu akan Daddy kasih uang jajan perhari dan itupun di potong 50%!” tegas Okta. "Li-limapuluh persen Dad?" pekik Datan. "Ya," jawab Okta. "Dad, jangan dong Dad. Datan mau makan apa kalau dipotong, terus Datan harus naik apaan ke kampus Dad," rengek Datan. "Makan angin, kamu pinjam saja sapu ajaib Mommy kamu buat berangkat ke kampus," ujar Okta santai. "Dad!" rengeknya tak terima. "Mau nurut atau di tambah hukumannya buat tidur di kandang si Conel?" Tanya Okta. "Daddy kejem banget sama anak sendiri. Padahal Datan titisan murni dari Daddy, tapi malah Daddy tega sama darah daging sendiri." "Siapa suruh bandel!" Okta melenggang pergi. "Daddy, kasihani Datan, Dad." teriak Datan. "No!" tegas Okta menuju kamarnya. "Sial!" makinya saat Okta sudah menghilang memasuki kamarnya. "apes banget gue, mana tadi kalah lagi." "Melarat deh gue besok," keluhnya. Okta memasuki kamarnya dan Chacha terlihat terbangun dari tidurnya. "Datan sudah pulang?" Tanya Chacha. "Sudah, anak itu benar-benar bandel," ujar Okta seraya menaiki ranjang. "Jangan terlalu keras padanya Crocodile," ujar Chacha. "Oh ayolah Nelaku yang semok, jangan terlalu memanjakannya." "Tapi dia anak kita satu satunya, Crocodile. Aku tidak mau putraku tertekan," ujar Chacha berlebihan. "Lebay kamu," ujar Okta. "Dia anak kita satu satunya, Crocodile," rengek Chacha. "Iya aku tau Nela sayang. Siapa yang bilang dia anaknya si Franky dan Laura," ujar Okta membuat Nela mencibir. Franky dan Laura adalah orangtua dari Conel, buaya yang di pelihara oleh Datan. "Sudahlah, sekarang bocan lagi. Sini Nela semokku sayang, aku butuh dekapan hangat dari tubuh montokmu." "Dasar Crocodile aki aki, masih genit aja," cibir Nela membuat Okta terkekeh. Chacha tetap tidur di pelukan Crocodile kesayangannya itu. ♣♣♣   Pagi-pagi sekali Datan datang ke rumah Dhika dengan wajah yang di tekuk. "Datan? Kamu tumben pagi pagi kesini, Nak?" Tanya Thalita saat melihat Datan. "Morning mama Lita." Datan mencium tangan dan pipi Lita. "Pasti kena marah Daddy kamu lagi yah," ujar Lita tepat sekali. "Begitulah, Daddy kolot banget, Ma." ujar Datan membuat Thalita terkekeh. "Ya sudah, sarapan gih." ujar Lita. "Wah, ada kak Datan," ujar Adrian yang baru menuruni tangga sudah rapi dengan seragam sekolanya. "Morning Rian," sapa Datan. "Kamu berantem lagi sama Daddy kamu?" Tanya Dhika yang juga tengah berjalan di belakang Adrian. "Iya Pa, tau deh tuh Daddy kolot bener. Mana semua fasilitas di cabut lagi, masa iya Datan, anak dari seorang pengusaha hotel terbesar dan terkenal, ke kampus naik go-jek." Keluh Datan membuat Dhika terkekeh. "Sekarang mending sarapan dulu." Dhika berjalan menuju meja makan diikuti Datan dan Adrian. "Ini tehnya Sayang," Thalita menyimpan segelas teh di hadapan Dhika. "Makasih Sayang," ujar Dhika tersenyum manis. "Datan, mau sandwich atau nasi goreng?" Tanya Lita. "Kak Datan mau ayam mentah aja, Ma. Kan kak Datan kembarannya Conel," celetuk Adrian membuat Dhika dan Lita terkekeh. "Aiishhh dasar bocah," cibir Datan. "Datan mau nasi goreng aja Ma, tapi sama s**u yah," kekehnya. "Jangan Ma, susunya entar abis," celetuk Leon yang baru datang dengan menenteng jaketnya. "Ngapain loe pagi pagi kesini? Mau numpang sarapan?" tanya Leon membuat Lita tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Gue ketauan Daddy semalam balapan, sialan!" bisik Datan saat Leon sudah duduk di sampingnya karena takut Dhika mendengar. "Gawat dong, Kunyuk! Papa bisa tau kalau gitu," bisik Leon melirik Dhika yang tengah membaca Koran. "Kalian bisik bisik apa sih?" Tanya Dhika memicingkan matanya. "Tidak Pah," ujar Leon tersenyum. "Pagi Papaaaaaaaa," sapa Leonna riang dan mencium pipi Dhika sambil memeluk lehernya dari belakang. "Pagi Princes," ujar Dhika memegang lengan Leonna. "Pagi Mama." Leonna juga mencium Lita saat ia datang dengan membawa empat gelas s**u. "Pagi Sayang, " ujar Lita. "Halo Rian." Leonna juga mencium Adrian dan duduk di sampingnya. "Pagi es Batu." Leonna melempar apel ke arah Leon tetapi langsung di tangkap dengan sigap olehnya dengan satu tangan. "Dasar Ona jelek." Leon sudah biasa di timpuk Leonna. "Kebiasaan kalian," tegur Dhika membuat Leonna terkekeh. "Eh ternyata ada makhluk halus juga, ngapain loe di sini?" Tanya Leonna saat sadar ada Datan di samping Leon. "Ngungsi!" jawab Datan asyik makan nasi gorengnya. "Kenapa di sono gak di kasih makan sama Daddy, atau Daddy lebih milih ngasih makan Conel daripada loe?" "Tau deh, Daddy gak sayang sama gue," ujar Datan asal. "Jangan suudzon, Daddy kamu sayang banget kok sama kamu," ujar Lita yang duduk di samping Leonna untuk ikut sarapan. "Kalau sayang, gak bakalan di cabut semua fasilitas, Ma. Mana uang jajan di kasih gocap lagi. Bilangnya di potong 50% ini 75%. Sudah kayak diskonan di mall aja," keluh Datan kesal membuat yang lain terkekeh. "Kere dong sekarang," kekeh Leonna. "Banget Ona, mana gue udah ada janji kencan lagi pulang ngampus." Datan semakin merengut. "Ya sudah kamu kencannya jajan kerak telor aja di pinggir jalan." kekeh Dhika. "Mana mau ceweknya, Pah. Mana gak ada mobil, Daddy bener bener buat aku melarat," rengek Datan. "Kalau mau ada uang, gimana kalau loe bantuin gue jadi kurir cinta si es Batu. Lumayan kan dapet gocap dari satu cewek," ujar Leonna. "Ide loe brilliant, Ona." ujar Datan semangat. "Kalian mau jadiin gue korban? Jangan bikin mereka nyimpen harapan ke gue," ujar Leon. "Jangan bawa bawa gue!" "Kalian ini, kasian tau mereka di palakin," tegur Lita. "Temen-temen Adrian juga ada yang nitip salam dan surat cinta buat Kakak. Mereka langsung suka sama kak Leon pas waktu kakak anter Rian ke sekola. Rian jadi tersaingi!" ujar Adrian merengut. "Kamu masih bocah, jangan genit." ujar Leonna. "Dih Kakak juga suka genit sama abang Vino. Apalagi sama kak Verrel, kemarin pas pulang dari Lombok kan kalian-hhmmmp-" Leonna langsung membekap mulut Adrian membuat Dhika mengernyitkan dahinya. "Kalian apa Leonna?" Tanya Dhika curiga. "Nggak Pa, si Rian ember bocor nih." ujar Leonna. "Abis ngapain loe, Ona? Ah, apa jangan-jangan kalian abis akhem akheman yah," ujar Datan. "Apaan tuh akhem akheman?" Leonna terkekeh. Dhika dan Lita saling pandang seakan mengartikan sesuatu yang terjadi pada Leonna dan Verrel. "Ya itu apaan, jujur aja deh Ona." goda Datan. "Loe di apain sama dia, Ona? Wah minta di kasih nih kak Verrel," ujar Leon. "Di kasih apa Kak?" Tanya Adrian. "Di kasih saran, buat ngawinin si Ona langsung," ujar Leon membuat yang lain tertawa. "Ihh kalian, nyebelin!" ujar Leonna tetapi sedikit tersipu. "Sudah ah, Adrian mau berangkat." Adrian beranjak. "Hati hati bawa motornya, Rian." nasihat Lita. "Siap Mama." "Wah jadi motor CBR 1000cc di depan itu punyamu, Rian?" Tanya Datan. "Iya Kak, gimana keren kan? Keluaran terbaru tuh Kak," ujar Adrian dengan bangga. "Wihh keren bener, kapan kapan bisa minjem yah." ujar Datan nyengir kuda. "Boleh, asal ada uang sewanya dan full bensin yah," ujar Adrian santai. "Aisshhh, meres nih bocah. Gue aja lagi kere." ujar Datan kembali sedih. "Hhee, sabar yah kakak Kunyuk," goda Adrian dan berlalu pergi setelah menyalami Dhika dan Lita. "Leonna juga berangkat, Ma, Pa. Ada breafing dulu sama anak-anak club Dance." Leonna menyalami Dhika dan Thalita lalu berlalu pergi dan menyempatkan mencium pipi kembarannya dulu. "Gue kenapa kagak di cium?" teriak Datan. "Loe bau buaya!" teriak Leonna membuat Dhika dan Lita terkikik. Kebiasaan, rumahnya akan heboh kalau mereka berkumpul, terutama kalau ada Datan. "Ayo berangkat Kunyuk, loe yang bawa mobil, Oke." Leon beranjak dari duduknya. "Yaelah, sama aja gue jadi sopir loe," keluh Datan. "Namanya juga numpang," jawab Leon santai. "Kalian benar-benar mirip Papa dan Daddy kalau lagi berdua." kekeh Lita. "Buah jatuh gak jauh dari pohonnya," jawab Dhika terkekeh. "Kita berangkat yah Ma, Pa," ujar Leon dan Datan menyalami Dhika dan Lita bergantian. "Selalu berisik di pagi hari," keluh Dhika saat semuanya sudah pergi. "Heem, rumah jadi rame." kekeh Lita. ♣♣♣ Malam itu Datan dan Leon pergi ke sebuah festival balapan liar. Mereka diam-diam tetap pergi kesana karena sekarang ada pameran mobil sport termahal dan tercepat untuk di jadikan hadiah. Datan datang bersama Leon menggunakan mobil Favorit Leon, Lamborghini Sesto Elemento berwarna hitam dengan lampu mobilnya yang sangat tajam berwarna biru. Itu adalah mobil unggulannya. Sesampainya di sana, mereka segera menyapa beberapa temannya yang lain. Banyak sekali wanita dan pria disana, mobil sport mahal berjajar disana layaknya pameran mobil. Datan berjalan di samping Leon dengan sesekali menggoda beberapa wanita. Ia membiarkan Leon berbicara dengan beberapa pria, sedangkan dirinya sibuk menggoda Liora sang wanita yang sering berada disana. Dengan gaya khasnya dia menggoda Liora yang terlihat merespon Datan. "Bagaimana kalau setelah dari sini kita habiskan malam bersama," ucap Liora mengedipkan malamnya. "Boleh, setelah memenangkan pertandingan ini. Kita pergi." "Datan," teriakan Leonnard membuat Datan segera berlalu pergi meninggalkan Liora yang masih tersenyum menatapnya. "Apa?" "Loe niat nyari mobil apa mau godain cewek doang?" Tanya Leon. "Dua duanya," kekeh Datan. "Sambil menyelam minum susu." mendengar penuturan Datan membuat Leon mencibir. "Dengar kunyuk, loe balapan sama si Thomas. Dan hadiahnya Ferrari hijau itu," jelas Leon. "Wih ajib tuh Ferrari," celetuk Datan bersemangat. "Baiklah Tomat, siap-siap kalah." "Thomas kunyuk," ucap Leon. "Lebih pas Tomat," kekehnya. "Doakan gue, Brader." Datan menepuk pelan pundak Leon dan berlalu pergi. "Alay," gerutu Leon. Datan sudah duduk manis di dalam mobilnya dan mulai memindahkan perseling. Beberapa tombol terpasang di sana termasuk nos. Saat wanita yang berdiri di depan mereka melemparkan bendera ke atas, Datan langsung menginjak gas mobilnya dan memindahkan perselingnya. Memacunya secepat mungkin melewati jalanan yang curam. Jalanannya penuh dengan belokan tajam membuatnya berkali-kali melakukan drip hingga suara ban berdecit begitu memekakan telinga. Hingga sudah mendekati garis finish, mobil lawan menyalakan nosnya hingga menyusul Datan dengan cepat. "Ayo Babe, kita kalahkan si Tomat busuk itu," ucapnya seraya menekan tombol nos. Whuuuss "Wiyaaahhh,, Yuhuuu asyik deh nih mobil." Datan semakin bersemangat. Datan menurunkan kaca mobilnya dan melambaikan tangannya ke arah mobil lawan. "Bye bye Tomat," teriak Datan dengan tawanya dan melewati garis finish. "Yeahhhh!" Datan menuruni mobilnya dan saat itu juga Leon menghampirinya. "Keren loe, Kunyuk!" "Datan handsome gitu lho" kekehnya. “I’m comming Ferarri.” Tak lama Thomas datang menghampiri Datan dan menyalaminya dengan tersenyum sinis. "Lain kali hati-hati saat menggunakan nos, Tomat." ucap Datan dengan santainya dan berjalan menuju para panitia untuk mengambil hadiahnya. "Asyik Ferrari, Yuhuu," sorak Datan dan langsung meloncat menaiki Ferrari hijau tanpa atap itu. "Keren deh." Datan semakin bersemangat saat melihat fasilitasnya. "Ayo balik es Balok," teriak Datan menjalankan mobilnya hingga tepuk tangan riuh di sana. Datan menghentikan mobilnya di depan Liora dan membuatnya segera menaiki mobil milik Datan. "Gue balik duluan," ucap Leon saat mobilnya sudah berada di samping mobil Datan. "Oke, thanks Brader." "Oke, loe jangan keluyuran. Awas hati-hati jangan sampai ketahuan lagi,” ucap Leon. "Oke Babe." Leon mencibir mendengar panggilan Datan yang menjijikan dan segera menginjak gas mobilnya meninggalkan area itu. Datan membawa Liora pergi ke suatu tempat. Angin malam menerpa wajah mereka, udaranya terasa sangat sejuk saat mobil Ferrari itu membelah jalanan sepi. "Kita ke apartementku." ucapan Liora menyentakkan Datan. Tetapi Datan ingat kalau malam ini adalah malam pertunangan Pretty dan Azka. Yang pastinya Daddy dan Momnya masih berada di sana. "Oke." Datan menuruti Liora menuju apartement milik Liora. Sesampainya di sana, Liora menarik tangan Datan untuk menaiki lift menuju apartementnya. "Ayo masuk," ajak Liora memasuki kamar apartementnya dengan masih menarik tangan Datan. Datan menatap sekeliling apartement yang terlihat mewah itu. Datan tersentak saat tiba-tiba Liora membuka pakaiannya hingga menyisakan bra dan underwarenya. "I-ini apa-apaan?" Tanya Datan dengan serak karena ini pertama kalinya dia melihat seorang wanita setengah naked di depannya. "Ayolah Babe." Liora langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Datan dan menyambar bibir Datan.  Ciuman panas dan penuh gairah Liora bukannya membuat Datan b*******h tetapi malah membuatnya semakin ketakutan. Apalagi Liora menaikkan kaos yang di kenakannya ke atas kepala. Datan melepas rengkuhan Liora dan mundur menjauh seraya merapihkan kaosnya. "Ada apa Datan? Aku ingin b******a denganmu, Babe. Come on," ucap Liora kembali mendekati Datan untuk menyambar bibirnya. "Tidak," ucap Datan dengan nafasnya yang terengah. "Aku tidak melakukan ini dengan teman kencanku." "Maksudmu apa? Bukankah kita-" "Sorry Liora, tapi gue tidak menyukai one night stand. Gue memang playboy dan sering berkencan dengan beberapa wanita. Tetapi gue tidak tidur dengan mereka, kami hanya menghabiskan waktu bersama," jelas Datan panjang lebar. "Apa? Ini konyol Datan, ayolah." Liora tak habis pikir menatap Datan. "Tidak Liora, gue punya prinsip dalam hidup. Dan prinsip gue no s*x before marriage, sorry." Datan berlalu pergi meninggalkan Liora yang termangu di tempatnya mendengarkan penuturan Datan barusan. "Aishh sialan, gue hampir kehilangan keperjakaan gue." gerutu Datan menekan tombol lift dan segera meninggalkan apartement itu. ♣♣♣   "Kunyuk!" Datan tersentak saat Leonna mengagetkannya. "Apaan?" Tanya Datan santai dan kembali mengetik sesuatu di handphonenya. "Loe tau gak kabar terbaru." "Sejak kapan loe suka ngegosip?" ucapnya masih anteng dengan Iphonenya. "Ini serius, miris banget lho," ucapan Leonna membuat Datan akhirnya menengok dengan kernyitan di dahinya. "Pacarnya mbak Pretty meninggal semalam karena kecelakaan." "Apa?" "Iya, gue serius. Padahal baru beberapa hari yang lalu mereka bertunangan. Miris banget tau," ucap Leonna. "Bodo ah, bukan urusan gue." Datan kembali fokus pada layar iphonenya membuat Leonna mencibir. ♣♣♣
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD