3. Be Strong

1473 Words
Nevan memijit kepalanya yang berdenyut dengan ujung jarinya seraya memejamkan mata rapat. Tubuhnya bersandar pada punggung kursi kebesarannya. Silau mentari menerpa wajah dan rambut cokelatnya melalui kaca besar di hadapannya. Perasaan hatinya sedang kacau karena sejak kepulangannya dari hotel tempat ia bermalam bersama Hannah membuatnya tak mampu memejamkan mata barang sejenak saja. Nevan tak bisa mendeskripsikan rasa yang tiba-tiba menyelinap masuk di sela hatinya. Perasaan yang sebelumnya hanya terisi oleh sang ibu kini mulai goyah. Nevan tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Satu yang ia inginkan, memiliki Hannah seutuhnya seperti kemarin malam. "s**t!" umpatnya saat tiba-tiba bayangan Hannah yang hanya mengenakan lingerie seksi dengan wajah sendunya seolah menari-nari di benaknya. Di lain tempat, Hannah yang sejak 10 menit yang lalu telah berdiri di balik pintu ruangan sang bos masih mematung dengan degup jantung berkejaran, Hannah tidak siap bertemu Nevan dengan harga dirinya yang telah terkikis. Ia belum siap bertemu sang bos setelah menyerahkan kesuciannya dengan suka rela kemarin. "Ada apa Han? Kamu sakit?" tanya Tony yang tanpa Hannah sadari sudah berdiri di sisinya sejak beberapa menit yang lalu. Seketika Hannah terkejut hingga membuat buku agenda dan berkas di tangannya berjatuhan di lantai. "Saya baik-baik saja Pak Tony," balas Hannah singkat seraya berjongkok memunguti berkas dan agendanya yang berantakan dengan bantuan Tony. "Ini!" Tony menyerahkan sebagian berkas ke arah Hannah. "Sebaiknya kamu izin pulang saja untuk beristirahat, wajah kamu pucat Han, hari Senin begini pekerjaan bos pasti banyak biar saya saja yang menggantikan tugasmu," terang Tony prihatin dengan sekretaris bosnya tersebut. Tony maklum jika Hannah sampai sakit mengingat bos besar mereka yang disiplin dan perfeksionis dalam segala detail pekerjaan. Saking perfeksionisnya hingga sang bos melupakan urusan pribadinya dan lebih mementingkan pekerjaan. Tony adalah salah satu orang kepercayaan Nevan yang selama ini menemani Nevan ke mana pun Nevan pergi. Tak hanya menganggap Tony sebagai asisten pribadi saja, Nevan juga menganggapnya sebagai bodyguard sekaligus sahabat baiknya. Tony selalu siap siaga setiap kali Nevan membutuhkan dirinya. "Saya baik-baik saja Pak," balas Hannah setelah merapikan berkas-berkas di tangannya. Tentu saja Tony tidak percaya dengan ucapan Hannah yang terlihat berpenampilan berbeda. Di kota panas dan penuh sesak manusia seperti Jakarta ini Hannah mengenakan syal padahal pakaian yang dikenakannya sudah sangat tertutup untuk ukuran penghuni kota gemerlap seperti Jakarta ini. "Wajah kamu pucat Hannah," ucap Tony khawatir. Selama ini ia sangat menghormati gadis santun tersebut bahkan Tony selalu merasa ingin melindungi gadis yang telah dianggapnya adik tersebut. Hubungan Tony dan Hannah lumayan akrab karena lingkup pekerjaan mereka yang selalu berhubungan dengan Nevan. Terkadang jika Hannah membutuhkan teman bicara maka Tony lah tempatnya mencurahkan segala perasaan kecuali masalah pribadi, Hannah lebih memilih menyimpannya sendiri termasuk masalah penyakit yang diderita Fahmi. Hannah tidak ingin membebani siapapun yang nantinya membuat dirinya merasa berhutang budi. "Baiklah terserah kamu, saya ada keperluan sebentar dengan Pak Nevan tapi sebaiknya kamu terlebih dahulu saja." Tony berlalu dengan tersenyum seraya menepuk bahu Hannah pelan. Hannah membalasnya dengan menganggukkan kepala lalu mengetuk pintu ruangan Nevan. "Masuk!" Suara sahutan dari dalam membuat Hannah menarik nafas kasar lalu membuka pintu dan masuk perlahan. Nevan yang tengah duduk di singgasananya tersenyum tipis menatap Hannah yang terlihat berpenampilan berbeda. Gadis itu memakai syal yang melingkari leher jenjangnya, Nevan yakin kiss mark hasil karyanya pasti bertebaran di sana. Mengingat malam sensual itu tiba-tiba tubuh Nevan merasa gerah dan panas. Ia longgarkan dasi yang seolah mencekik lehernya. Ia raih remote AC dan menambah suhu ruangannya seraya mendengarkan Hannah yang tengah membacakan agendanya hari ini dengan ekspresi seperti biasa. "Ok, terima kasih Hannah, oya tolong panggilkan Tony untuk segera menemui saya," ucap Nevan dengan ekspresi datar dan dingin andalannya. "Baik Pak Nevan saya akan segera menyampaikan pesan Anda kepada Pak Tony, saya permisi," balas Hannah hormat lalu bergegas ke luar dari ruangan sang bos. Sesampainya di luar, Hannah langsung menuju meja kerjanya. Meletakkan agenda dan menatap lurus ke arah komputer pipih yang selalu terjaga di hadapannya sembari meredam debaran jantungnya. Kakinya lemas seperti jelly setelah ke luar dari ruangan Nevan. "Be strong Hannah!" gumam Hannah lirih bagai desisan angin. Biar bagaimanapun ia harus bisa mempertahankan pekerjaannya meskipun harga dirinya telah ternoda. Menyesal. Itulah yang telah Hannah rasakan setelah menukar keperawanannya dengan setumpuk uang. Namun, di sisi lain rasa bahagia menguar saat mengingat Fahmi, adiknya. Sebentar lagi adiknya akan kembali sehat seperti remaja pada umumnya. Tanpa harus mengonsumsi obat-obatan lagi setiap hari. Hannah bahagia di sisa kekuatannya masih ada harapan yang nyata. Harapan pada satu-satunya keluarga yang ia miliki. Pukul 11 siang Hannah mempersiapkan diri untuk menemani meeting penting sang bos bersama kliennya di restoran yang telah ia booking. Kembali ia mematut dirinya di depan cermin kecil yang ia keluarkan dari dalam laci di mejanya lalu memperbaiki make up untuk menutupi wajah pucatnya. Menyamarkan bekas buliran bening yang baru saja meluncur bebas di pipi mulusnya. Sejak kemarin air matanya mengalir seolah tak ada habisnya. Hannah menata senyuman naturalnya di hadapan cermin sebelum mengembalikan ke tempat semula, ia harus bersikap profesional. Melupakan semua yang telah terjadi sembari memperbaiki diri atas dosa besar yang telah ia perbuat. Hannah pasrah jika suatu hari nanti tidak ada satu pun pria yang sudi menikahinya. Baginya itu tidak masalah, ia yakin Allah pasti merencanakan sesuatu yang terbaik untuknya karena belum tentu apa yang baik menurut kita, baik menurut Allah. Meeting berjalan dengan lancar. Namun, ada sesuatu yang membuat hati Nevan tiba-tiba meradang padahal biasanya ia tak peduli jika kliennya memperhatikan sekretarisnya tersebut karena itu bukan hal pertama baginya melihat klien ataupun rekan bisnisnya terjerat dalam pesona Hannah. Pesona yang baru ia sadari saat malam panas itu. Sang klien berulang kali mencuri pandang pada Hannah yang berada di sisinya dengan sorot mata yang jelas Nevan pahami sebagai seorang pria dewasa. Johan Fernandez, CEO muda Nirwana Company berusia 35 tahun itu menatap Hannah dengan penuh minat. Nevan berdeham untuk memutuskan tatapan Johan ke arah Hannah yang tengah merapikan berkas yang telah Johan bubuhi tanda tangan. "Terima kasih atas waktu dan kesempatan Pak Johan, kami undur diri karena kami harus menemui klien lain," ucap Nevan sopan lalu segera beranjak dari tempat duduknya dan mengulurkan tangannya ke arah Johan. "Sama-sama Pak Nevan, suatu kehormatan bagi kami bisa bertemu langsung dengan Anda." Johan berdiri diikuti sekretaris seksinya dan menyambut uluran tangan Nevan dengan tersenyum ramah. Tony yang tengah duduk di kursi kemudi menatap Nevan dan Hannah yang duduk bersisian di kursi penumpang melalui kaca spion. Tak biasanya suasana dalam mobil begitu sepi seperti saat ini. Nevan tampak sibuk dengan gadget berlogo apel di tangannya. Sedangkan Hannah lebih serius menatap luar kaca di sampingnya. Meskipun Nevan selalu bersikap dingin pada siapapun tetapi kali terasa lebih mencekam. Biasanya obrolan ringan seputar bisnis menemani perjalanan mereka bertiga. Kali ini benar-benar beku. Tanpa musik. Tanpa obrolan. Hanya terdengar sayup hembusan nafas panjang Nevan yang beberapa kali memenuhi ruang sempit mereka. Praduga hati Tony mengatakan jika Nevan mendapatkan tekanan kuat dari nyonya besar Elnara yang mendesak Nevan untuk segera menikah sedangkan yang Tony ketahui bosnya tersebut belum pernah berkencan dengan wanita manapun. Beberapa bulan yang lalu tanpa sengaja Tony mendengarkan perdebatan antara Nevan dan Elnara saat makan malam bersama di kediaman megah Setiadi yang menyinggung tentang pernikahan. Tony sangat yakin dengan indera pendengarannya yang menangkap informasi jika Elnara akan menjodohkan Nevan dengan putri rekan bisnisnya. Dan tentu saja Nevan tidak bisa menolak karena ia belum menepati janjinya. Nevan berjanji di ulang tahunnya yang ke 29 tahun ia akan membawa calon menantu untuk sang ibu. Dan dua bulan lagi waktu itu tiba, jika Nevan tidak mampu memenuhinya maka ia harus menerima wanita pendamping pilihan mamanya. Entah suka atau tidak. Seperti biasa Hannah pulang dengan menggunakan jasa Go-Jek. Mang Damar, driver Go-Jek langganannya yang telah Hannah sewa hampir setahun ini. Pria paruh baya itu sangat baik dan santun padanya. Sering kali Mang Damar memberinya nasihat untuk selalu menjaga iman dari lingkungan sosial kota metropolitan yang terlalu liar tapi menggiurkan dengan kehidupan bebas dan hedonis bagi orang yang berpikiran kerdil. Hannah menghela nafas panjang saat mengingat nasihat-nasihat bijak dari driver Go-Jek_nya. Nasihat itu kini bagai buih yang selalu ada di benaknya. Nyata tapi tak berwujud meskipun iman dan prinsipnya telah ternoda, ia bertekad akan memperbaiki diri dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Dari kejauhan seorang pria bertubuh tegap dengan tinggi badan 188 cm sedang memperhatikan Hannah dari dalam mobil. Seperti hari-hari biasa ia harus memastikan driver yang biasanya menjemput Hannah datang barulah ia akan pergi. Pria itu menatap Hannah dengan sendu, ia tahu Hannah sedang tidak baik-baik saja. Ia pun tahu sebab beban kehidupan gadis yatim piatu tersebut. Tak lama driver ojek bernama Damar itu datang lalu mengulurkan helm untuk Hannah. Terlihat mereka bercakap-cakap sebentar sebelum Hannah duduk di belakang Damar dan membawa gadis itu menjauh dari pandangannya. "Aku pasti akan menepati janjiku Hannah, untuk menjagamu dan Fahmi," gumam pria tersebut seraya melajukan mobilnya meninggalkan gedung pencakar langit milik Setiadi Company. __________________&&&_________________ Judul Buku : Night With CEO Author : Farasha
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD