Kosong

1162 Words
Setelah hujan reda, Riki mengambil kunci motornya, membeli obat yang sesuai petunjuk dokter. Dia tersenyum, dia bahagia akan menjadi seorang Ayah, walaupun bayinya menumpang di rahim Mazaya. Apa yang lebih indah dari pada memiliki anak, yang di dalam darahnya mengalir darah Riki, semua itu membuat hati Riki menghangat. Dia tak menyangka akan mendapatkan kejutan sebanyak ini di dalam hidupnya, tak pernah menduga akan menjadi orang tua secepat ini, jika Mazaya benar-benar hamil, dia sangat beruntung. Bagaimanapun, dia harus bertanggung jawab atas kesehatan bayi mereka. Anak adalah titipan yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti. Selama ini ibadahnya sudah lumayan bagus, dia tak mau malah masuk neraka karena menelantarkan amanah. Cukuplah dirinya saja yang tak diinginkan orangtuanya. Setelah ke apotek, Riki menyempatkan waktu membeli buah- buahan dan cemilan untuk Mazaya. Setidaknya dengan ngemil, perut Mazaya terisi walaupun sedikit. Dia tak peduli wanita itu akan menolak, dia akan tetap melakukan kewajibannya. Riki pulang satu jam kemudian, hujan masih rintik-rintik tapi cukup membuat rambutnya basah. Saat membuka pintu masuk, Mazaya sudah duduk di depan televisi sambil mengotak-atik remot, dia terlihat bosan. Wajahnya tidak sepucat tadi, penampilannya sudah rapi dan lebih baik. Semenjak hamil Mazaya sedikit ada perubahan, ya ... hanya sedikit. Bisa jadi karena dia tidak memiliki energi untuk bertengkar, dia lebih banyak diam, bahkan dalam sehari semalam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Petir kembali terdengar, disusul hujan deras yang kembali turun, untung saja Riki memacu motornya dengan cepat sehingga dia cepat sampai di rumah, kalau tidak, pasti dia sudah basah kuyup. Laki-laki berwajah tampan itu meraih handuk kecil, sambil menenteng kantong belanjaannya. Dia bersemangat siang ini, demi bayi yang sedang tumbuh di perut Mazaya. Riki duduk di samping Mazaya, dia melirik sekilas, menyodorkan cemilan dan buah yang baru dibelinya. Bibir judes itu merekah bagaikan kuncup bunga mawar yang sedang tumbuh, laki-laki mana pun mengakui kecantikan Mazaya, termasuk dirinya, tapi dia seperti mawar berduri yang akan menyakiti siapapun yang memegangnya. Saat tak melihat reaksi yang berarti dari Mazaya. Riki mengeluarkan s**u untuk ibu hamil dari dalam plastik, dia berjalan menuju dapur, dengan cekatan dia menyalakan kompor, memanaskan setengah gelas air sampai mendidih. Beberapa menit kemudian, Riki kembali dari dapur, ia membawa segelas s**u coklat, lalu mengulurkan tangannya ke arah Mazaya. Mazaya memandang gelas agak lama seperti sedang menimbang, kemudian mengambilnya dan mulai menyesap sedikit. Mata Mazaya mengawasi Riki, sejak Riki tau dia hamil, dia mulai menampakkan perhatian kepada Mazaya, apakah dia merasa bahagia karena akan menjadi seorang Ayah? Riki sedang asik mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Mazaya menikmati pemandangan tersebut, laki-laki itu terlihat bertambah tampan setiap harinya. Lengan berotot yang kuat terangkat, tubuh ideal dan tak bercela. Tubuhnya tinggi menjulang, sekilas lihat, dia sangat sempurna, seperti keturunan blesteran tapi kulitnya tidak terlalu putih, malah cenderung kuning langsat, rambutnya hitam lebat dengan alis tebal. Ayahnya pernah bercerita bahwa tidak ada yang tau siapa orangtua Riki. Bisa jadi Riki adalah anak hasil perkosaan majikan kepada pembantu kemudian dibuang untuk menutup malu. Kenapa Mazaya malah tertarik mencari tau laki-laki itu? Mazaya mengawasi setiap gerak-gerik Riki, meneliti anggota wajahnya satu persatu, sungguh tak ada kekurangan sedikit pun. Percampuran dua ras yang berbeda dan menghasilkan wujud seperti patung Dewa Yunani. Mazaya merasa salah tingkah dan gelisah secara bersamaan, hormon kehamilan membuatnya sedikit berbeda dari biasanya. Riki sadar dia sedang diperhatikan, dia menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengusap rambut, terpaku menangkap basah mata Mazaya yang terlihat berkilat gelap, wajah resah, pipi yang merona, dia tak tau, apa yang dipikirkan Mazaya sekarang ketika melihatnya. Riki menjadi salah tingkah, dia tak ingin terjebak lagi, dengan penuh tekad dia meninggalkan Mazaya di ruang tamu, lalu masuk ke kamarnya sendiri. Mulai saat ini dia harus menjaga jarak dari Mazaya. Sepeninggal Riki, Mazaya sadar. Kenapa dia tak bisa mengendalikan dirinya, mungkinkah karena bayi milik Riki menginginkan kedekatan ini, atau malah dirinya sendiri yang menginginkannya. Mazaya mengusap wajahnya kasar, meminum s**u coklatnya sampai habis. Dia harus berhenti memikirkan Riki, dia sudah mendapatkan apa yang dia mau, lalu apa lagi. "Aku sudah gila." Mazaya menjambak rambutnya sendiri. *** Mazaya bangun pagi-pagi sekali, dia tidak mau kecolongan lagi, mengintip Riki yang sedang bersiap-siap bekerja setiap pagi adalah pemandangan wajib baginya. Riki biasa menghabiskan waktu di ruang tamu sebelum berangkat bekerja, meminum kopi sambil membaca koran, atau menyalakan laptop sejenak. Seminggu sudah kebiasaan mengintip itu dilakukan Mazaya, tapi sudah sepuluh menit berada di belakang pintu kamar, dia tidak mendengar suara apapun. Riki tak mungkin ketiduran, dia terbiasa bangun jam empat subuh walaupun di hari libur. Mazaya bimbang, apakah dia keluar saja dan berpura-pura mengambil air minum atau tetap bersembunyi di balik pintu. Gengsinya sangat tinggi, tidak mungkin dia menampakkan wajah lebih dulu, jelas-jelas Riki terus saja menghindarinya. Sepuluh menit kemudian, dia memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya, melangkah pelan tanpa suara, merapatkan tubuhnya ke dinding, lalu melirik pintu kamar Riki yang terbuka. Ranjangnya rapi, selimut sudah terlipat, bantal sudah tertata. Tidak mungkin Riki tidak pulang tadi malam, karena dia dengan jelas mendengar suara motor Riki menderu jam sebelas malam. Seminggu sejak percakapan terakhir itu, Riki kembali mengambil jarak, berangkat pagi-pagi dan pulang tengah malam. Tidak mungkin dia sudah berangkat sepagi ini, sekarang masih jam setengah lima subuh. Mazaya bergegas ke kamar mandi ketika morning sickness menyapanya. Memuntahkan isi perutnya sampai kosong. Bergegas ke meja makan mengambil segelas air. Saat mengambil gelas, matanya menangkap sebuah kertas memo tertempel di kulkas, tulisan rapi itu milik Riki, dia membaca dengan penasaran. "Aku berangkat ke Bandung jam tiga subuh, ada proyek di sana, belum tau kapan selesai, paling cepat lima belas hari, jaga kesehatanmu dan bayimu, jangan lupa minum s**u, konsumsi vitamin dengan teratur, aku meninggalkan uang di bawah tudung saji, seminggu lagi akan aku transfer kembali." Mazaya meremas kertas di tangannya, tubuhnya terasa tak bertulang, dia bersandar ke dinding dapur. Matanya kosong, tak tau apa yang tengah dirasakannya saat ini. Yang jelas dia tidak suka dengan informasi itu, dia tak suka Riki jauh darinya, Mazaya menutup wajahnya, dia benar-benar merasa sendiri sekarang. Setengah jam bersimpuh di lantai dengan mata kosong, Mazaya bangkit, mengunci pintu, berjalan ke dalam kamar Riki. Mazaya menghirup wangi khas Riki yang tinggal di sana, hatinya cukup tenang dengan aroma ini, perlahan Mazaya membuka lemari pakaian Riki, mengambil kemeja yang sudah terpakai tapi masih bersih. Diciumnya kemeja itu dengan khusyuk, membayangkan seolah-olah Riki-lah yang ada di depannya. Mazaya berjalan berlahan menuju ranjang, merebahkan tubuhnya yang lelah sambil mendekap kemeja milik Riki. Mengelus bantal bersarung abu -abu itu, warna yang sama persis dengan malam itu. Mazaya menangis, menangis sesenggukan, dia sendiri tak mengerti apa yang ditangisinya. Jiwanya kosong, hatinya rapuh. Paling cepat lima belas hari, bagi Mazaya itu bukan waktu yang sebentar, walaupun ada pembantu yang datang setiap hari ke rumah, dia akan tetap sendiri. Mazaya mengusap sisi kanan tempat tidur, di sanalah biasanya Riki berbaring. Saat ini, hanya dirinya sendiri yang berharap, hanya dirinya sendiri yang menginginkan laki-laki itu. Riki takkan mungkin mendatanginya setelah semua perlakuannya di masa lalu. Dia tau persis, laki-laki itu membencinya. Mazaya menangis tersedu-sedu, air mata membasahi bantal dan rambutnya. Entah berapa lama, akhirnya dia tertidur kelelahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD