Part 4 - Chatting With Heart Angel

2245 Words
Part 4 - Chatting With Heart Angel Malam ini sangat indah. Banyak bintang bertebaran di mana-mama. Memuat angkasa menjadi indah, dengan gemerlapnya bintang. Yang berkedap kedip. Seolah bermain mata. Membuat siapa saja terpukau melihat keindahan malam ini. Bagi yang pencinta bintang. Mungkin malam ini, adalah malam yang pas. Untuk b******u dengan bintang. Meski hanya melihat melalui mata. Kostan Raisa. Raisa mengeringkan rambutnya yang basah, dengan handuknya. Seger rasanya, kalau sudah mandi. Kerjaanya di apotek menjadi lebih ringan. Karena ada empat karyawan apotek baru. Dan sepuluh karyawan klinik. Total karyawan yang di terima hari ini adalah empat belas orang. Dari sepuluh karyawan klinik. Nantinya mereka akan ada yang bergantian jaga, di bagian pendaftaran. Mereka sangat membantu sekali. Raisa, Adit dan Metta. Tidak perlu lembur lagi. Kalau di kerjakan sama-sama memang terasa ringan. Kedepannya mungkin, Raisa juga membutuhkan bagian admin dan accounting. Agar semuanya lebih tertata rapih saja. Raisa membuka laptopnya. Ia harus segera membuat jadwal shift untuk karyawan baru. "Sekarang karyawan apotek ada tujuh. Berati harus di bagi dua. Shift pagi tiga orang. Dan malam empat orang. Karena memang apotek ramenya pas siang menuju malam. Tiap harinya mereka harus gantian jadi kasir, nerima resep, racik resep dan memberikan edukasi sama pasien," Raisa mulai mencorat-coret rencananya dalam buku catatannya. Ia sangat teliti sekali dalam merencanakan seseuatu. Meskipun hanya sebuah jadwal. Tapi Raisa harus membuatnya dengan bijak. Harus adil dalam memberikam shift. "Aku akan atur sekali-kali, Adit harus dapet shift siang. Jadi biar malam di apotek. Ada cowok yang jaga juga. Kalau aku sih. Udah pasti ngambil jadwal siang terus. Kalo pagi aku kan kuliah. Oke aku mulai buat jadwal mereka," usai corat-coret di buku catatan Raisa. Ia mulai mengetik jadwal dalam laptopnya. Tidak butuh lama, untuk membuat jadwal shift karyawan baru. Dalam lima belas menit sudah selesai. Raisa tinggal membuatkan jadwal untuk klinik. Soalnya mulai minggu depan. Akan ada tiga dokter baru juga. Satu dokter umum, dokter kandungan dan dokter gigi. Total di klinik sekarang ada enam dokter. Masing-masing poli ada dua dokter. Kalau sama dokter Rina. Berarti ada tujuh dokter. Saat ini dokter Rina, mengambil porsi dokter umum. Sebetulnya, kalau di rumah sakit. Dokter Rina adalah kepala dokter bagian bedah umum. Akhir-akhir ini dokter Rina sedang sibuk sama riset dan studynya. Dokter Rina msu mengambil profesi sebagai bedah syaraf. Itu yang membuat dokter Rina. Kadang tidak ada di apotek. Jadi dokter Rina menyerahkan urusan apotek pada Raisa. Kalau Nadien mah engga bisa di andalkan. Dia juga masih sekolah SMA. Jadi belum terlalu faham tentang apotek. Belajar di sekolah saja masih sering bolos. Gimana mau mengerti cara mengatur apotek. Otomatis dokter Rina lebih mempercayai Raisa yang menjadi orang kepercayaan di apotek. Raisa harus atur jadwal shift untuk minggu depan. Pastinya pagi juga akan terlihat sibuk. Karena akan ada dokter baru. Jadi klinik pagi akan buka sampai malam. Hanya dokter umum saja yang buka dari pagi sampai malam. Kalau poli gigi dan poli kandungan. Buka sesuai jadwal dokternya. Karena menyesuaikan jam kerja dokter di rumah sakit juga. Ponsel Raisa bergetar. Tanda telepon masuk. Raisa melirik ponselnya. Ternyata dokter Rina yang telepon. "Assalamu'alaikum, mah. Ada apa mah?" todong Raisa langsung saat menerima telpon. "Wa'alaikumussalam, Rai. Gini sayang, rencananya. Minggu depan itu bukan hanya ada tiga dokter yang baru. Tapi ada dua lagi. Kita akan buat UGD kecil di klinik. Khusus gawat darurat, gitu. Mereka berdua saling gantian jaga UGD klinik kita. Mama ngasih tau ini. Supaya kamu besok prifare sama karyawan lainnya. Gantian aja yang bikin jadwanya. Kamu sama Adit. Biar kamu engga terlalu kewalahan. Tadi mama udah telepon Adit. Dia setuju. Jadi kamu bagi dua tugas kamu sama Adit yah. Mama engga mau kamu sampai kecapean," jelas dokter Rina panjang lebar. "Oh gitu,mah. Aku seneng banget deh mah. Sekarang apotek sama klinik mulai rame sama karyawan. Kerjaan jadi lebih ringan. Kalau mengenai kerjaan. Lebih baik yang buat jadwal apotek, Raisa aja mah. Untuk kerjaan memang di bagi dua sama Adit. Soalnya memang Adit yang cukup lama di apotek. Biar Nieda, karyawan baru klinik. Yang mengatur jadwal shift di klinik. Dia tinggal laporan aja ke aku. Anggap ajalah dia kepala perawat di klinik ini. Hehe," saran Raisa. Dia memang benar-benar cerdas dalam mengatur segalanya. Meski sempat keteteran. Tapi semua itu masih bisa di hendel Raisa. "Oke. Baiklah atur-atur aja. Kalo ada masalah. Bilang ke mamah yah, semoga kalian semakin bersemangat kerja di apotek sama kliniknya," dokter Rina memberikan semangat. "Aamiin mah, semoga cita-cita mamah. Bisa ngambil spesialist bedah syaraf tercapai, yah. Raisa selalu bedo'a yang terbaik buat mama," do'a Raisa untuk ibu angkatnya. "Aamiin sayang. Makasih banget. Semoga juga impian kamu untuk buat rumah sakit. Dan menjadi dokter profesional berhasil terwujud," dokter Rina balik mendo'akan. "Ya, sudah. Kamu sekarang tidur aja. Mama liat tadi kamu sudah selasai, buat jadwalnya. Soalnya mama liat jadwalnya di kirim ke grup w******p. Lebih baik kamu tidur cepet sekarang," saran dokter Rina. Mana bisa tidur cepat buat Raisa? Selesai kerjaan apotek. Lanjut tugas kuliah. Rasanya Raisa ingin cepat selesai kuliah. Agar ia fokus pada satu profesi saja. "Iya, mah," jawab Raisa singkat. Raisa tidak mau mamanya mencemaskan Raisa. Mungkin sekarang memang terlihat berat. Tapi, Raisa yakin. Kedepannya Raisa akan berhasil jadi dokter. Sesuai dengan impiannya. "Mengenai gaji. Biar mama aja yang atur yah. Kamu engga usah pikirin lagi. Mama janji, akan menyesuaikan sesuai kinerja mereka. Nanti juga kedepannya mamh masih. Butuh orang, buat bagian administrasi, accounting sama keuangan. Ya udah. Kamu cepet tidur sana! Mama juga mau tidur. Besok mau ada operasi. Kayanya mama malam baru bisa ke apotek," cerocos dokter Rina. "Oke, mah. Engga apa-apa. Sukses buat operasinya. Semoga berjalan lancar," Raisa cukup mengerti kesibukan dokter Rina. Raisa ingin bisa seperti dokter Rina. Meski baru bercerai dengan suaminya. Tapi dia bisa menghendel semuanya. Ya, dokter Rina baru saja resmi bercerai dengan suaminya. Mempunyai pasangan seorang dokter memang tidak mudah. Karena kesibukan dokter yang tak kenal waktu. Apalagi dokter bedah umum seperti dokter Rina. Operasi darurat selalu saja terjadi. Kapan saja. Entah itu pagi, siang, sore, bahkan tengah malam. Karena pasien datang tidak kenal waktu juga. Hal itulah yang membuat perpecahan rumah tangga. Antara dokter Rina dan suaminya. Suaminya yang sibuk kerja di luar negeri. Sementara dokter Rina sibuk dengan kerjaanya sebagai dokter. Suami dokter Rina mulai jenuh. Karena selalu di nomor duakan. Karena kesepian. Suaminya dokter Rina malah berselingkuh. Bahkan telah mempunyai buah hati. Dari hasil perselingkuhanya. Dokter Rina sadar. Hal ini pasti terjadi. Karena dokter Rina kurang perhatian pada suaminya. Mungkin dengan melepas suaminya. Dia akan bahagia bersama selingkuhannya. Maka dokter Rina memutuskan,q untuk berpisah dengan suaminya. Ia juga ingin fokus pada riset dan studynya. Untuk menjadi spesialis bedah syaraf. "Assalamu'alaikum, Rai. Good night, have a nice dream," ucap dokter Rina menutup pembicaraannya di telepon. "Wa'alaikumussalam, mah. Good night too, have a nice dream," Raisa menutup teleponnya. Tut. Tut. Tut. Telepon di tutup. Raisa kembali fokus ke laptopnya. Raisa langsung membuka lembar diary di laptopnya. Dear Diary.. Hari ini hari yang menyenangkan. Soalnya tadi ada karyawan baru, lolos interview dan ujian tertulis. Mereka besok, udah mulai kerja, sesuai shift yang aku buat. Dengan adanya karyawan baru, aku jadi engga akan terlalu cape. Tetap semangat Raisa! Hari ini juga aku ketemu si cowok miterius itu lagi. Saat aku kasih uang kembalian resep minggu lalu. Aku lihat dia malah gemetaran. Apa aku yang salah lihat? "Chatting ahhh.. si Heart Angel online ga ya?" Raisa membuka aplikasi chatting di laptopnya. "Yah dia off lagi. Hhhemm.. Ya udah, aku ngerjadin tuga kuliah aja deh," dumal Raisa. Si Heart Angel ini. Membuat Raisa tertarik. Soalnya, kalau sudah chatting sama dia. Pasti engga mau berhenti. ******** Beberapa bulan berlalu. Semua berjalan sesuai rencana. Apotek dan klinik semakin rame. Mereka bisa menghendel kerjaanya masing-masing. Syukurnya mereka semua sekarang, sudah resmi menjadi karyawan tetap apotek dan klinik Medical Sehat. Struktur karyawan di apotek dan klinik semakin rapih. Karena sudah ada bagian administrasi, accounting dan keuangan. Ada juga security dan petugas kebersihan. Mereka bekerja dengan porsinya masing-masing. Apotek Medical Sehat sebetulnya sudah buka hampir dua tahun. Saat itu karyawanya hanya Adit dan dokter Rina saja. Saat di tahun pertama, dokter Rina memutuskan untuk membangun klinik di samping apotek. Tapi setelah di pikir-pikir. Apotek akan di gabungkan dengan klinik. Agar akses obat dari klinik ke apotek, lebih mudah. Sekarang klinik sudah berjalan satu tahun. Kemajuannya sangat pesat. Pasien dan pelanggan apotek semakin ramai. Jadi semuanya sudah tertata rapih. Semenjak penambahan karyawan. Enam bulan ini, kerjaan Raisa semakin ringan. Ia bisa lebih fokus pada kuliahnya. Sekarang Raisa sedang asik, mengerjakan tugasnya. Malam minggu tidak menjadi penghalang, untuk mengerjakan tugas. Biar hari minggu saja, ia pakai sebagai istirahat. Meski tak seutuhnya istirahat juga. Karena hari minggu, Raisa juga masih harus cek apotek dan klinik. Tingnung. Tingnung. Bunyi aplikasi chat dari laptop, Raisa. Berbunyi. Raisa langsung mengklik icon aplikasi chat di laptopnya. Heart Angel: Lagi apa nih? "Ini orang nongol lagi nih. Setelah enam bulan ga ada kabar, dia apa kabarnya yah?" Raisa malah ngomong sendiri. Tidak memungkiri. Kalau Raisa memang selalu menunggu chat dari Heart Angel, setiap malam. Usai pulang kerja. Mawar Putih: Hai juga. Aku lagi kerjain tugas kuliah, nih. Mah coba memejamkan mata, tapi engga bisa. Jadi aku ngerjain tugas deh. Kamu kemana aja? ko ngilang? Heart Angel: Kangen ya, sama aku? hhehe "Geer banget sih ni orang. Tapi emang, sedkit kangen sih," komentar Raisa sambil senyam senyum. Mawar Putih: Hheehe ya gitu deh. Kamu apa kabar? Heart Angel: Baik ko. Kalo kamu, gimana kerjaan sama kuliah kamu? Berjalan lancar kah? Mawar Putih: Alhamdulillah lancar. Kamu sendiri kuliahnya gimana? Heart Angel: Lumayan rumit. Hehhee whateverlah. Dosennya aja yang ribet. By the way, kalo boleh tau, usia kamu berapa tahun? Mawar Putih: Aku enam puluh lima tahun.. wkkwkwkwk Heart Angel: Hah?? Serius dong, masa aku chatting sama nenek-nenek? Mawar Putih: Dua puluh tiga tahun. Kalo kamu? Heart Angel: Dua belas tahun ka.. Hehhee Mawar Putih: Balas dendam nih ceritanya??? Heart Angel: Hehhee bercanda keles. Aku sama ko, kaya kamu. Usia aku dua puluh tiga tahun. Ko bisa sama ya? Jodoh kali Raisa malah tertawa, "Ngarep!" Mawar Putih: Hhhaahhaaaaaaaaa wkwkwkkw Heart Angel: Kok ketawa? Tiba-tiba mati lampu di kostan Raisa. Otomatis semua menjadu gelap. Termasuk laptop Raisa ikut mati. "Ya ampun, pake acara mati lampu segala. Mana laptop ga ada batre lagi. Aku lupa cas tadi. Aaagghhh bete!!" rutuk Raisa marah-marah. Pasalnya, susah sekali buat curhat sama Heart Angel ini. Sekalinya chatting. Pasti serba di bicarain. Habis di Heart Angel ini. Tidak setiap hari online. ****** Alunan musik mengalun sangat merdu. Alunan biola yang sangat halus. Membuat siapa saja yang mendengarkannya, nyaman di buatnya. Permainan biolanya, sudah bak pemain biola profesional. Sangat indah. Raisa yang melewati ruangan itu, seakan terhipnotis akan indahnya musik biola itu. Raisa penasaran. Siapa yang bermain bola di pagi hari ini. Raisa berjalan menuju pintu ruangan itu. Ruangan di mana musik biola mengalun. Sekarang Raisa sudah berada di depan pintu ruangan itu. Raisa menyentuh daun pintu. Ia akan membuka pintu itu. "Rai! Sini! Ayo ikut sarapan dulu! Gue lapar nih!" teriak Dewanti. Ia mengajak Raisa untuk sarapan bareng. Memang tadi pagi ia juga tak sempat untuk sarapan. Karena kostan mati lampu lagu. Malah lebih parah, mati lampunya sampai pagi. Di kostan gelap. Jadi Raisa tak sempat buat sarapan. "Iya, Dewan sebentar!" Raisa mengurungkan niatnya, untuk masuk ke ruangan itu. Ia segera bergegas menyusul Dewanti. Caffetaria Universitas Harapan Bangsa. Raisa dan Dewanti duduk di tempat favorit mereka. Kelas di mulai jam delapan pagi sih. Sekarang baru jam tujuh. Jadi sempatlah, mereka untuk sarapan dulu. "Tumben lo belum sarapan, Dewan?" tanya Raisa. "Nyokap bokap lagi pada keluar kota. Pembantu di rumah juga lagi pulang. Gue males, kalo harus masak. Mendingan gue makan di caffetaria kampus aja. Tinggal makan, engga perlu repot-repot buat masak. Hahaa," celotehnya sambil mengunyah gorengan di depannya. Padahal Dewanti sudah pesan makanan bareng Raisa tadi. Mungkin udah keburu lapar. Sebagai ganjelan, sebelum makanan datang. Dewanti memakan gorengan. Gimana mau kurus, kalau porsi makannya seperti itu? "Dasar ada-ada aja. Pantesan belum sarapan," ujar Raisa. "Nah elo sendiri, kenapa belum sarapan? Biasanya kan, elo selalu mengutamakan sarapan," Dewanti balik tanya. "Udah dua melem ini kostan gue mati lampu mulu. Semalem lebih parah, mati lampunya sampe pagi. Belum nyala juga kayanya sampe sekarang. Jadi gue ga bisa fokus buat sarapan. Ngerjain tugas aja, gue sampe pake lilin coba," curhat Raisa di pagi hari. "Ada yang koslet kali, Rai. Atau gimana gitu?" terka Dewanti. "Mungkin. Gue juga engga tau. Soalnya bukan di kostan gue aja. Hampir satu RT mati lampu. By the way, anak-anak yang lain kemana?" Raisa baru sadar. Kalau sekarang mereka hanya berdua saja. "Anak-anak ada di perpus. Pada ngerjain tugas. Gue juga mau nyusul kesana entar. Karena gue laper. Jadi sarapan aja dulu. Sekalian ngajak elo tadi. Ngomong-ngomong, elo tadi ngapain? Kayanya lo mau masu ke ruangan deh?" tanya Dewanti curiga. Ups! Ketauan deh, Raisa memang kepo sama orang yang main biola itu. "Iya, soalnya ada suara biola indah banget. Gue penasaran siapa yang memainkannya. Tapi karena lo manggil gue, jadi ga jadi deh," "Oh gitu. Maaf yah, gara-gara gue. Elo jadi ga jadi liat orang itu," sesal Dewanti. "Engga apa-apa keles. Santuy aja," tak lama makanan pun datang. Raisa memesan roti isi. Sementara Dewanti memesan nasi rames dengan lauk pauk yang penuh, memenuhi piringnya. Gile, bisa habis apa makan segitu banyak? "Abis ini, kita susul anak-anak yuk! Sekalian gue juga mau cari buku referensi," ajak Raisa. "Oke," jawab Dewanti singkat. Karena mulutnya penuh dengan makanan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD