Part 2 - Cowok Misterius

2456 Words
Part 2 - Cowok Misterius Selesai kegiatan kuliah Raisa langsung pergi ke apotek. Tadinya mau ada pelamar datang. Untuk interview. Tapi sayang tidak jadi. Sepertinya Raisa harus lebih sabar. Menunggu pelamar itu. Jadi hari ini terpaksa Raisa harus lembur lagi. Raisapun melihat Adit sudah ketar ketir di apotek. Tiap hari makin banyak saja yang mengunjungi apotek. Bukan hanya pasien. Tapi ada juga yang sekadar beli vitamin atau obat kb. Pantas saja ketar ketir. Karyawan apotek hanya dua orang. Adit dan Raisa. Adit jaga pagi sampai siang. Sedangkan Raisa jaga siang sampai malam. Dalam dua minggu ini, omset semakin bertambah. Karena banyaknya yang beli di apotek. Bersyukur sih, tapi capeknya bukan main. Apotek Medical Sehat. Saat masuk ke dalam apotek, Raisa langsung menghampiri Adit. "Dit, gimana pasien hari ini? Nambah banyak lagi? Terus gimana, kenapa pelamarnya ga jadi dateng ke sini?" berondong pertanyaan Raisa lontarkan pada Adit. "Wih Rai. Sabar dong, banyak amet pertanyaanya. Hahaa," Adit malah cekikikan. "Yang pertama. Setiap hari pasien makin banyak. Dan yang beli juga sama makin banyak juga. Yang ke dua, katanya si pelamar mendadak sakit. Jadi engga bisa dateng buat interview. Mungkin besok. Moga aja besok pada dateng yang lainnya juga. Soalnya tadi juga ada yang ngelamar sih. Udah aku panggilin buat dateng besok. Jadi kan kamu yang interviewnya?" jelas Adit. "Iya, Dit. Aku di suruh mama buat interview. Moga aja yah mereka dateng besok. Soalnya kita udah kewalahan banget ngurus apoteknya," ucap Raisa penuh harap. "Aamiin, Rai. Sama aku juga mulai keteteran. Oh iya Rai. Di belakang ada Metta tuh. Dia udah balik kerja lagi. Jadi tar malem kamu ada temennya," ujar Adit. Metta juga sebetulnya karyawan apotek Medical Sehat. Sempat keluar kerja dulu di karenakan hal pribadi. Tapi untungnya Metta kembali lagi. "Oh iya? Dari kapan? Kok kamu engga kasih tau sih?" cecar Raisa. "Ada lah sekitar dua jam, sebelum kamu datang. Kayanya di panggil lagi sama dokter Rina. Dokter Rina juga engga ngabarin aku sih. Tapi engga apa-apalah dari pada kita ketetran," jelas Adit. "Oh gitu. Syukurlah. Kita jadi bisa bagi-bagi tugas. Ya udah aku kebelakang dulu, ya," pamit Raisa. Setelah itu Raisa, merapihkan obat-obatan yang ada di etalase. Raisa juga mengcek buku defecta untuk mengetahui, apakah ada obat yang sudah habis. Ternyata lumayan banyak juga, obat yang hampir habis. Besok Raisa harus segera meminta Adit untuk memesannya pada PBF (Pedagang Besar Farmasi). Tak lupa Raisa juga merapihkan faktur-faktur pembelian obat hari ini. "Rajin bener," selohor Metta saat melihat Raisa membereskan faktur-faktur. "Eh, Met. Harus dong. Oh iya. Kamu di telepon mama buat masuk lagi?" tanya Raisa penasaran. Soalnya Adit tadi menyebutkan, kalau dokter Rina tidak mengarakan kedatangan Metta. "Iya, gue di suruh dateng sama nyokap lo. Sebetunya gue ga bisa sih, karena ade gue sakit," jawab Metta. "By the way, pasien tarmalem banyak ga, Rai? Kata Adit, udah dua minggu ini apotek sama klinik rame banget. Gue mau izin nih. Boleh ga? Ade gue sakit. Jadi ga bisa lembur sampe malem," "Ya ampun. Ya udah, Met. Lo pulang duluan aja. Biar gue aja yang jaga sendirian di sini. Tar gue yang bilang ke nyokap," Raisa memang suka bicara lo-gue sama Metta. Tapi juga kadang suka bicara aku-kamu. "Thank's ya, Rai. Ya udah gue pulang. Jam delapanan ga apa-apa?" tanya Metta. Duh sebetulnya jam segitu jam rame klinik. Tapi gimana lagi? Kasian adiknya Metta lagi sakit. Ya udahlah engga apa-apa deh, gumam Raisa dalam hati. "Iya, Met. Silahkan," setelah itu Raisa kedepan lagi. Untuk memeriksa obat-obatan yang berada di etalase depan. Adit terlihat selesai melayani pasien. "Obat yang habis kemren, udah kamu masukin di buku defecta kan?" tanya Raisa pada Adit. "Udah kok, Rai. Ya udah aku pulang dulu yah. Udah jam pulang. Kamu bisa hendel kerjaan malem bareng Metta kan?" Adit balik bertanya. "Metta mau izin sampe jam delapan malam. Jadi engga bisa lembur. Ya udahlah engga apa-apa. Semoga aja pasien ga terlalu banyak. Soalnya aku cape banget hari ini," keluh Raisa. "Kebiasaan banget tuh anak. Kerjaanya minta izin mulu. Lagian heran, kenapa dokter Rina. Mau maunya aja mempekerjakan Metta lagi. Padahalkan Metta gitu orangnya. Udah tau jam delapan itu, pas sibuk-sibuknya. Pas dokter mulai periksa pasien. Pasti kamu bakalan keteteran lagi, Rai," omel Adit komat kamit, persis dukun yang mau menyembur pasiennya. Hihi. "Ssttt..." Raisa meberi isyarat pada Adit agar tidak bicara terlalu keras. "Udah biarin aja, Dit. Jangan keceng-kenceng ngomongnya. Takut kedengeran Metta engga enak juga," Raisa merendahkan volume bicaranya. Metta memang bukan karyawan yang rajin. Dia selalu izin mendadak. Dia juga pernah pas jam kerja, keluar apotek dan ga kembali lagi. Langsung pulang aja tanpa ngasih tau Raisa atau Adit. Dokter Rina mungkin tidak tau sifat Metta selama di apotek. Jadi ia mempekerjakan Metta kembali. Padahal Adit mah eneg melihat Metta kembali bekerja lagi. Kalau Raisa sih oke, oke aja dia mah. "Kamu tuh telalu baik, Rai. Sama orang. Ya udah. Aku pulang dulu yah," pamit Adit. Setelah itu Adit pulang menggunakan motor miliknya. Malampun tiba, pasien mulai berdatangan satu persatu. Raisa sudah mencatat dan menganamesis (Anamesis : Menanyakan keluhan apa yang di rasakan pasien) pada pasien. Mereka tinggal memunggu giliran masuk, untuk di periksa oleh dokter. "Gue pulang dulu yah, Rai. Hati hati lo di sini," pamit Metta. Dia engga peka apa? Padahal pasien lumayan rada banyak. Metta nyelonong aja pulang tanpa iba melihat temannya ketar ketir. Akhirnya Raisa bisa duduk juga, di posis depan apotek. Raisa membaca-baca buku ISO (Ilmu Spesialist Obat). Tak lama ada pasien masuk. Kelihatannya masih muda. Mungkin sebayalah sama Raisa. "Permisi. Saya mau tebus resep ini," ucap cowok itu. Raisa malah asik membaca buku. Tidak sadar akan ke hadiran si cowok. "Permisiiii.. Mbak saya mau tebus resep ini," ucap si cowok dengan nada sedikit meninggi. "Eh. Iya, mas. Maaf, boleh saya liat resepnya," akhirnya Raisa merespon cowok itu. Kemudian cowok itu memberikan resep pada Raisa. "Tunggu sebentar ya mas, saya siapkan dulu obatnya," Raisa ke belakang, ia berjalan menuju ruang racik. Kemudian Raisa, menyiapkan obat racikan yang ada di resep tadi. Setelah selesai Raisa, kembali ke depan lagi. "Mas, ini obatnya di minum satu kali sehari, ya. Yang ini di minum, kalau lagi kambuh aja. Dan yang ini di minum sebelum tidur aja," jelas Raisa pada cowok itu. Kalau di lihat dari deket ganteng juga. Eh apaan sih,Rai. Dia itu cuma pasien kamu. Udah jangan mikir macem-macem, gumam Raisa dalam hati. "Iya, makasih mbak. Totalnya berapa?" tanya cowok misterius itu. "Semuanya jadi tiga ratus enam puluh ribu rupiah, mas," ujar Raisa. Cowok itu memberikan empat lembar uang seratus ribuan. Raisa menerimannya, kemudian ia mengambil kembaliannya di kotak kasir. "Ini kembaliannya, mas," Raisa celingukan mencari cowok itu. Kemana dia? Cowok itu pergi tanpa pamit. Padahal masih ada uang kembalian. Dasar cowok misterius. Ganteng-ganteng kok pelupa. Waktu menujukan pukul setengah sembilan malam. Pasien masih mengantri untuk menunggu gilirannya di periksa, oleh dokter. Satu per satu pasien masuk ke ruangan. Raisa kewalahan menangani pasien dan pelanggan apotek yang beli obat. Di apotek Medical Sehat memang baru membuka klinik. Baru ada tiga poli di kliniknya. Poli umum, poli gigi dan poli kandungan. Awalnya memang sepi. Tapi lama kelamaan semakin ramai. Waktu menunjukan pukul sebelas tiga puluh malam. Raisa masih sibuk merapihan berkas pasien, yang hari ini di periksa. "Mah, kayanya kita harus lebih ngencar deh buat cari karyawan baru. Di apotek butuh banget karyawan. Tadi aja Raisa sampai keteteran. Maaf yah mah, bukannya ngeluh. Tapi memang apotek dan klinik semakin rame," keluh Raisa. "Iya, sayang kayanya kita harus buka lowongan kerja, di berbagai macam media. Supaya cepet. Kalo pegawainya cuma tiga orang. Kalian bisa pingsan semua, karena sekarang pasien mama tambah banyak. Belum poli yang lainnya. Ya udah, besok di depan apotek pasang aja, iklan lowongan kerja. Nanti mama juga bikin iklan di sosial media," terang dokter Rina.. "Siap ma," sahut Raisa. "Rai, kok kamu sendiri sih. Temanmu mana? Si Metta kalo engga salah. Tadi pagi mama memang minta dia buat kerja di sini. Niatnya sih supaya kamu engga keteteran," tanya dokter Rina. Ups! Raisa harus jawab apa? Raisa tidak pandai untuk berbohong. Ya sudah, jujur saja. "Metta izin pulang cepet mah, katanya adiknya sakit," "Oh gitu. Tapi harusnya dia mengkesampingan urusannya dulu. Kan kasian anak mama jadi kewalahan sendirian di sini. Adit juga kasian udah jaga dari pagi ampe sore kadang," protes dokter Rina. "Engga apa-apa kok mah. Aku masih bisa ngehendel ini semua. "Tapi kamu bisa sakit, kalo di fosir terus kaya gini. Kamu juga perlu istirahat, Rai," ucap dokter Rina khawatir. "Besoknya mulai ada pelamar. Kata Adit, dia udah panggil pelamar yang masuk hari ini. Mereka Adit pinta untuk datang besok pagi. Kebetulan Raisa besok engga ada kelas pagi. Jadi Raisa bisa ngeinterview mereka. Kalau bisa sih langsung kerja aja," lapor Raisa pada dokter Rina. "Wah Adit cukup cepat juga yah dia. Oke deh. Mama serahin semua urusan apotek ke kamu yah. Engga apa-apa kan?" Raisa menggeleng perlahan. "Engga aa-apa kok mah, santai aja. Aku akan seleksi mereka. Seselektif mungkin," "Bagus, yuk pulang. Udah mau jam dua belas malem juga. Ga baik anak gadis pulang terlalu malem kaya gini. Mama anterin lagi yah?" tawar dokter Rina. "Mah kostan aku kan deket. Jalan kaki juga bisa. Aku jalan kaki aja deh," sanggah Raisa lembut. Kalau tiap hari Raisa harus nebeng dokter Rina. Pasti Nadien akan iri. Bahkan marah pada Raisa. Secara Nadien paling tidak suka. Kalau Raisa dekat dengan mamanya. Padahal dokter Rina sendiri yang ingin lebih dekat sama Raisa. "Engga apa-apa, Rai. Sekalian lewat aja. Udah malem banget ini. Yuk ah jangan banyak protes!" ajak dokter Rina sambil menarik tangan Raisa, menuju mobil dokter Rina. Dengan pasrah Raisa masuk ke dalam mobil dokter Rina. Semoga kejadian ini tidak menjadi masalah buat ke depannya. Raisa tidak mau, kalau sampai ada keributan. Apalagi yang jadi sumber keributannya itu, Raisa. ******** Raisa selesai mandi. Tadinya Raisa engga mau mandi, karena terlalu lelah dengan pekerjaannya hari ini. Tapi Raisa memaksakam diri untuk tetap mandi. Tentunya pakai air hangat dong. Di kostan Raisa memang sangat sepi, jika di malam hari. Malah tambah sepi. Pas banget untuk orang yang membutuhkan ketenangan. Raisa buka laptopnya. Seperti biasa seusai kerja, dia slalu curhat paad laptopnya. Dear Diary.. Tadi aku ketemu sama cowok misterius. Dia engga banyak ngomong. Dia nembus obat di apotek. Entah untuk siapa. Pastinya bukan untuk dia. Soalnua obatnya cukup berat juga sih penyakitnya. Ganteng sih. Sayangnya dia pelupa. Sampai-sampai uang kembalianya lupa dia ambil, padahal kembaliannya lumayan. Ya sudah, aku simpan saja. Siapa tau nanti dia datang ke apotek lagi. Aku bisa kasih dia uang kembalianya. Tapi kok aku jadi kepikiran dia terus yah? Aneh. Padahal sama pasien yang lainnya, engga kaya gini. Duduh akhir-akhir ini, aku jadi banyak ngelamun. Apa aku terlalu kecapean yah? Entahlah. Tadi juga Metta, kembali kerja. Setelah dua bulan ngudurin diri dengan alasan yang engga jelas. Entah apa yang terjadi pada Metta. Ya sudahlah itu urusan dia. Aku sebenernya aga kurang setuju sih, kalau Metta kerja di apotek lagi. Karena dia suka bolos mendadak. Kan kerjaan apotek jadi keteteran. Tapi engga apa-apa deh. Kita harus kasih kesempatan kedua buat Metta. Karena semua orang berhak mendapatkan, kesempatan ke dua. Raisa menutup lembaran curhatnya dalam leptop. Iya kembali berkutat dengan laptopnya. Niatnya ingin mengerjakan tugas. Tapi ia tertarik pada satu lambang icon di laptopnya. "Udah lama gue ga chatting. Chatting ah," Raisa berbicara sendiri. Tapi ada satu email masuk yang menganggunya. Raisa mengurungkan niatnya untuk mengklik aplikasi itu. Ia malah mengklik icon email. To:: Raisa Chatarina Andara Heh! Raisa! Lo jangan so cari perhatian deh, sama nyokap gue. Inget dokter Rina itu, cuma nyokap angkat lo! Dia nyokap gue! Gue seneng lo di depak dari rumah! Gue tau kok akhir-akhir ini, lo suka pulang bareng nyokap. Mau cari perhatian lagi lo? Hah? Jangan harep deh. Lebih baik lo kembali aja jadi gemel. Sekali gemel ya tetep gembel. Engga akan pernah jadi Cinderella. Faham lo? Semua itu hanya ada di mimpi lo. Jangan harep jadi nyata. Inget lo jangan pernah kembali ke rumah okk!! Awas aja! Kalo lo sampe kembali ke rumah. Gue bakalan buat lo ga betah di rumah. Sampe lo sendiri keluar lagi dari rumah gue! From : ---Nadien--- Raisa terbelalak membaca email dari adik angkatnya itu. "Ya ampun, sampe segitunya. Nadien benci sama gue. Sampe dia harus kirim email kaya gini," lirih Raisa. Zaman sudah canggih ini masih main email. Bukankah Nadien bisa saja w******p, BBM atau line. Raisa baru ingat. Nadien memang tidak menyimpan nomor Raisa. Jadi wajar saja Nadien mengancam Raisa, lewat email. Ancamannya engga bermutu sekali. Tingnung ningnung.. Tanda chatting masuk. Dari sebuah aplikasi di laptopnya. Heart Angel: Hai "Aneh siapa nih? Tapi lucu juga nick namenya, Heart Angel," gumam Raisa setengah heran. Raisa cukup tertarik. Jadi ia memutuskan menuliskan sesuatu, untuk membalas chatting dari si Heart Angel itu. Raisa memakai nick name Mawar Putih. ( Mawar putih: Hai juga. Heat Angel: Hehhee salam kenal ya. Boleh kan aku jadi temen kamu? Mawar Putih: boleh dong. Heart Angel: Btw kamu masih sekolah, kuliah or udah kerja? Mawar Putih: Aku kerja sambil kuliah, kalo kamu? Heart Angel: Aku kuliah. Raisa malah ke asikan chatting sama Heart Angel. Sampai lupa mengerjakan tugas. Kayanya asik banget chatting sama Heart Angel ini. Heart Angel: Hebat banget, kamu bisa kuliah sambil Kaja. Salut deh! Mawar Putih: Hhee bisa aja kamu. Itu hal yang udah biasa kali. Btw nama asli kamu siapa? Heart Angel: Emmhh.. panggil aku Angel aja yaa.. biar lebih misterius gituh.. hihihihi Mawar Putih: Hhhii oke deh. Kamu panggil aku mawar juga ya. Kamu cewek apa cowok nih? Kamu engga pakai foto profil soalnya. Herat Angel: Oke. Aku cowok kok. Sengaja Mawar. Kalo aku pasang foto aku. Kamu pasti langsung jatuh cinta sama aku. Haha. Btw boleh kan, aku lebih dekat sama kamu? Ga ada yang marah kan? Mawar Putih: Haha bisa aja kamu. Bisa jatuh cinta, apa langsung pingsan nih? Nyantai aja kali. Aku masih singel ko. Heart Angel: Haha. Pingsan karena liat kegantengan aku. Singel? Bisa dong. Mawar Putih: Bisa apa nih? Heart Angel: Jadi sahabat hati kamu. Hhheehe Mawar Putih: Hhehee bisa aja kamu. Heart Angel: Btw kamu asal mana? Mawar Putih: Jakarta Selatan. Kamu? Heart Angel: Wwahh sama donxlg. Kapan kita bisa ketemuan? Mawar Putih: Emmhh.. kita kan baru kenal nih.. Gimana kita ketemunya pas dua tahun aja? Atau lebih deh. Biar makin penasaran. Heart Angel: Seru juga tuh. Tiga tahun aja. Gimana? Mawar Putih: Ssiiippp. Setelah itu Heart Angel langsung offline. Sayang banget. Padahal lagi asik chatting. Raisa melirik jam dindingnya. Raisa menepok jidatnya yang tak bersalah, "Mati gue! Jam segini gue belum ngerjain tugas! Malah keasikan chatting. Abis seru sih. Gue kerjain tugas dulu deh!" Raisa langsung ngebut mengerjakan tugas kuliahnya. Padahal waktu menunjukan pukul dua malam. Alamat harus begadang lagi nih Raisa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD