Keinginantahu Akan Siapa Suami Meta

1949 Words
Balapan liar? Seorang wanita ikut balapan liar? Cih! Yang benar saja. Gadis brandalan. Tak heran kalau dia mendapatkan luka kaya gitu! Briyanda sudah menduga akan hal ini, jadi dia sama sekali tidak terkejut dengan apa yang dikatakan Meta barusan. Lagian untuk apa mengikuti balapan liar kalau hanya mendapatkan kerugian dari pada keuntungannya. Jika ingin menyalurkan hobi ya udah balapan di sirkuit bukan di jalanan yang bisa mengakibat orang lain juga ikut celaka. “Lu balapan?” Kaget Vulkanik dan Perwira secara serentak. “Aku sudah melarang lu buat balapan Meta, liat keadaan lu sekarang. Masih bersyukur lu masih bisa bernafas detik ini kalau enggak gimana? Ini cuma tangan lu yang patah, kalau tangan lu putus gimana?” Marah Perwira. Sementara Briyanda yang mendengarnya menganggukkan kepalanya. “Meta, aku tidak melarang lu sama sekali untuk memiliki motor sport, tapi aku berharap lu tidak menggunakannya untuk balapan, cukup hanya menjadikannya sebagai alat tranportasi itu saja.” kini Vulkanik juga ikut memarahi Meta. “Hiks.. maaf, tapi dari itu semua ada hal lain yang lebih penting.” Meta masih saja terisak saat berbicara. Briyanda terkekeh mendengarnya, baginya Meta memang pantas mendapatkan luka–luka yang ada ditubuhnya itu sebagai pelajaran agar wanita itu tidak akan mengulanginya lagi. Dirasa sudah cukup menguping, Briyanda hendak saja melangkahkan kakinya kembali, namun seketika terhenti kembali saat dia mendengar Meta mengatakan sesuatu. “Aku kalah taruhan dan aku harus membayar taruhannya. Hiks..” “Taruhan? Taruhan apa huh?” kaget Vulkanik. “Aku harus menunjukkan suami aku dihadapan si lelaki itu atau motor aku bakalan di ambil. Vulkanik, Perwira, aku sama sekali tidak bisa membayangkan kalau motor aku diambil. Lu tau bukan kalau aku sangat menyayangi motor aku” Suami? “Yang benar saja taruhannya seperti itu, sialan betul sih Bang Klandra.” Rutuk Perwira kesal. “Nah itu, Suami aku Phi Mew, aku gak mau merepotkan dia hanya untuk menyelesaikan masalah aku dengan Klandra. Di–“ “Aw!” ringis Meta kuat. “Sakit Perwira! Tubuh aku udah sakit semuanya karena abis kecelakaan dan lu masih tega memukulku? Hiks.. lu jadi sahabat tega amat sih.” “Itu pantas buat lu, biar otak lu bisa bekerja dengan maksimal terus sinkron dengan lidah lu itu kalau ngomong. Mew gak bakalan mungkin datang. Udah jangan main aneh lu” “Lah, aku akan istrinya. Jadi kenapa aku main aneh pula” jawab Meta yang tidak ingin disalahkan. “Aku bawa kalian ke ring tinju aja ya, biar kalian puas berantemnya disana.” celetuk Vulkanik. “Jadi gimana dengan suami lu nih.” “Aku gak tau, aku harus bawa suami aku biar motor aku gak ditahan” kini nada sedih kembali di keluarkan oleh Meta. “Ya udah bawa si Mew aja kalau gitu” Nada sarkas kemudian dilayangkan oleh Perwira. “Mau bagaimanapun bini lagi kesusahan begini. Masa iya dia sebagai suami sama sekali gak mau nolongin. Ya kali tega benar” “Nah benar bawa si Mew, maka motor lu gak bakalan diambil sama tuh Bang Klandra” Kini gantian nada sarkas yang diberikan oleh Vulkanik. “Kalian kok tega benar sih sama aku” “Kenapa tega? Kan lu sendiri yang bilang. Ck, aku gak mau berpikir terlalu jauh karena ada urusan yang harus aku lakukan.” jawab Vulkanik. “Sumpah tega banget, mentingin diri lu sendiri ketimbang sahabat lu yang dirundung masalah begini” sedih Meta. “Biarin, aku udah kesal sama lu” jawab Vulkanik. Jadi selama ini Metana sudah memiliki suami? Yang benar saja? Bukankah dia masih muda? 18 tahun udah main nikah aja? Emangnya ada yang mau dengan wanita berandalan begitu? Suaminya pasti pakai kacamata hitam ketika bersama dengan Metana. “Jadi kapan lu mau ketemu Bang Klandra buat ngenalin suami lu itu?” tanya Perwira. “Tiga hari lagi, dia ngajak aku dan suami aku buat ketemu dengannya. Sore jam 4 di café Triple X ” Cicit Meta. “Tiga hari?” tanya Perwira dan Vulkanik secara serentak. Tiga hari lagi Metana akan mengajak suaminya untuk menebus taruhannya itu? Aku jadi penasaran suami seperti apa yang mau terikat sehidup dan semati dengan wanita itu. “Lu udah ga waras Ta” Teriak Perwira. “Hmfftt.. Apaan sih Vulkanik” kesal Meta. “Gak usah pakai teriak, dia emang udah ga waras, gak usah pakai toa juga mengumumkannya!” hardik Vulkanik. Drrttt.. Getaran ponsel dari Briyanda mengalihkan perhatiannya ketika dia melirik sang ketua bandnya itu mengirimi dirinya chat, membuat Briyanda akhirnya memutuskan untuk segera pergi ke studio. * Tiga hari kemudian..                Briyanda mengusap bulir–bulir keringat yang memenuhi dahi dan leher jenjang nya itu. Sudah lama dia tidak main futsal karena kesibukannya yang begitu padat akhir ini terlebih lagi dengan jadwal manggung mereka semakin sering karena mereka ingin mengikuti audisi dimana digelar sebentar lagi di Universitas Steorra.                Futsal dan basket adalah dua olahraga yang menjadi favoritnya sejak dia kecil. Dua set permainan telah dia lakukan dan kini Briyanda mengistirahatkan dirinya sejenak. Perhatiannya kemudian teralihkan dengan Perwira yang tampak sedang tergesa-gesa hendak keluar dari lapangan.                Perwira kini menjadi tim Briyanda bermain futsal sejak beberapa bulan, mengingat Perwira menggantikan Abangnya yang sudah tidak bisa ikut bermain lagi karena harus kerja diluar negri. Skill dari Perwira yang tidak bisa dianggap remeh inilah yang membuat tim futsal dari Briyanda di kenal cukup hebat di arena futsal mereka sering bermain. Melihat bagaimana tergesa-gesanya Perwira saat ini membuat Briyanda teringat akan sesuatu. Bukankah ini sudah tiga hari yang dimaksud oleh Metana? Apa Perwira tergesa-gesa karena Metana?                Briyanda kemudian mengingat kembali kegiatan apa yang akan dia lakukan hari ini, namun karena ini adalah hari Jum’at, dimana ini adalah waktu kosong bagi dirinya. Briyanda kemudian memutuskan untuk pergi ke salah satu café dimana itu adalah tempat Meta akan memperkenalkan suaminya kepada Klandra.                Merasa bosan jika tidak melakukan apa-apa, Briyanda lalu memutuskan untuk segera membersihkan dirinya dan bergegeas ke Café Triple X. Dua jam kemudian Briyanda akhirnya tiba di café tersebut. Sebuah café bernuansa Santorini yang ada di Yunani. Nuansa putih dan biru yang terasa begitu kental. Briyanda merupakan tipe orang yang tidak suka nongkrong. Baginya ini adalah pertama kali baginya untuk berkunjung ke café tersebut. Dia akan ke café hanya untuk urusan manggung. Lebih baik dia menghabiskan waktunya untuk kegiatan lebih berguna ketimbang dari pada hanya nongkrong menceritakan aib atau sesuatu yang tidak berguna sama sekali.                Dia akhirnya memutuskan untuk duduk kemudian memesan secangkir kopi hitam dengan ekstra gula. Iris cokelatnya lalu memandang ke arah sekeliling, mencari keberadaan sosok yang berhasil sukses membawanya ke café ini bukan alasan untuk manggung.                Tak lama pesanan kopinya itu sampai, seorang wanita dengan bahu yang agak lebar dari seorang wanita itu kemudian masuk kedalam dan duduk di depan agak jauh dari Briyanda.                Sendirian? Bukankah dia harus pergi bersama dengan suaminya?                Walau hanya memperlihatkan bahunya, Briyanda tau kalau Meta saat ini sedang gelisah akan sang suami yang belum juga menampakkan batang hidungnya. Kemudian seseorang dengan warna kulit hampir sama dengan dirinya itu lalu masuk dengan penuh percaya diri dan duduk tepat dihadapan Meta.                Klandra?                Fakultas teknik sudah tidak asing lagi dengan namanya Klandra Sindu, anak jurusan teknik mesin semeter lima tersebut yang dikenal sangat berandalan akan tetapi memiliki otak yang sama encernya dengan dirinya. Jika dia disebut si otak briliant di sipil maka Klandra si otak briliant mesin. Meta dan Klandra tampak berbincang satu sama lain, sedangkan Briyanda sudah tidak sabar dengan kedatangan suami Meta.                Entah dorongan dari mana, dia begitu penasaran akan sosok pria yang disebut Meta sebagai suaminya dengan nama Mew itu. Sudah hampir setengah jam lamanya, akan tetapi Briyanda sama sekali tidak bisa melihat tanda-tanda akan kehadiran orang baru di meja berisikan Meta dan Klandra.                Drrrttt..                Getaran ponselnya kemudian mengalihkan pandangannya.                Bang Janu                Dimana? Hari ini kita akan latihan jam 5 distudio biasa.                Briyanda                Ok                Briyanda segera memasukkan ponselnya kedalam saku celananya dan bergegas untuk pergi. Jika ketuanya itu sudah memberi titah maka tidak ada alasan bagi dirinya menolak mengingat dia sangat menghargai Janu yang juga senior–nya di kampus.                Baru beberapa langkah Briyanda melangkah hendak melewati Meta dan Klandra. Samar–samar dia mendengar sesuatu. “Suami lu anak kampus kitakan? Tuh dia di belakang lu lagi jalan mendekat”                “Yes, dia anak kampus kita. Aku akan memperkenalkan dia ke lu” Briyanda seketika menoleh kebelakang namun sebuah tangan kemudian lebih dahulu menariknya untuk mendekat kearah Meta. “Ini suami aku” ucap Meta dengan bangganya.                Briyanda jelas saja masih bingung dengan kejadian yang begitu tiba–tiba ini. Selama beberapa detik otaknya masih belum bisa mencerna dengan baik. “Briyan suami kamu?” Tanya Klandra.                Duar..                Keduanya tiba–tiba merasakan adanya sebuah gemuruh yang begitu besar menyambar kepala mereka. Briyanda dengan kasar kemudian melepaskan tangan Meta lebih dahulu dan menatap Meta geram. “Suami apaan! Halu”                Meta menelan salivanya dengan berat, ekspresi ketakutan tergambar jelas diwajahnya dimana ada beberapa luka yang tampak mengering itu menatap Briyanda. “D–dia suami aku, hmm.. Bang Briyanda suami aku” nada bicaranya terdengar bergetar akan tetapi wanita ini masih saja mengiyakan kalau Briyanda adalah suaminya.                Meta lalu memasang raut wajah memelasnya saat sepasang iris sehitam tinta itu tampak sudah berkaca– kaca masih saja ketakutan. “Sayang, maaf kalau aku mengajak kamu kesini bukan sekedar untuk jalan-jalan biasa. Aku mengaku salah karena masih saja balapan dan malah kalah taruhan dimana aku harus memberitahu siapa suami aku sebenarnya. Nah karena kita juga sudah menikah, jadi rasanya tidak masalah kalau aku memberitahukan dia. Kamu gak marahkan sayang?” Dengan tidak tahu malunya sama sekali, Meta mengalungkan lengannya dilengan kekar milik Briyanda. Jelas saja sang pemilik lengan semakin mendidih dengan kelakuan Meta barusan.                “Bro, bagaimana mungkin lu dan Meta menikah?” Klandra yang seperti menambah api malah semakin memperburuk kondisi mood Briyanda.                “Siapa suami kamu huh!” Bentak Briyanda namun tidaklah kuat mengingat mata Meta yang ingin menangis membuat dirinya seketika mengurungkan niatnya untuk menaikkan nada bicaranya lebih tinggi lagi. “Mew suami kamu”                Ada keterkejutan diwajah Meta saat Briyanda mengatakan nama Mew. Briyanda lalu hendak saja melepaskan lengan Meta dari dirinya. Namun Meta bukan melepaskannya, dia malah semakin mengeratkan lengannya. “Bang, kamu kok masih aja ngambek. Mew kan suami halu aku. Ya kali aku menduakan kamu Bang. Suami nyata aku hanya kamu saja. Briyanda Jayanegara Yeyar Ages”                Mew? Suami halunya? Siapa emangnya Mew? Kenapa aku sama sekali tidak pernah mendengar nama itu. Di kampus ini setau aku, hanya akulah pria paling ganteng bahkan sudah dibuktikan dalam ajang pria tertampan. Selama tiga tahun posisi aku tidak pernah tergantikan. Jadi siapa pria yang bernama mew yang malah di inginkan Meta menjadi suaminya.                “Mengingau” Briyanda jelas saja menolak dengan tegas. Dia lalu menempelkan punggung tangannya didahi Meta. “Kamu lagi demam ya?” Dirasanya dahi Meta memang terasa hangat, tidak ini bukan hangat tapi panas. Namun Briyanda yang tidak peduli lalu menjentik dahi Meta kuat. “Aw!” ringis Meta dan mengusap dahinya. “Apa yang Abang lakukan huh!” teriak Meta tidak terima.                “Aku sudah curiga kalau lu pasti bohong mengenai suami lu, Meta. Tidak mungkin Briyan suami dari Metana Alga Bermuda, aku tau dia seperti apa.” celetuk Klandra, dia lalu melipat kedua tangannya sembari menampilkan senyuman kemenangannya. “Mana kunci motor lu, Meta?”                Meta menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Dia suami aku, lu kan tau gimana Bang Briyanda yang suka ngomong sarkas serta sangat pelit dalam berbicara. Aku tidak berbohong sama sekali. Lu tidak bisa seenak jidatnya mengambil motor aku begitu saja”                Klandra mengibaskan tangannya diudara. “Aku tidak peduli, aku akan percaya kalau lu bisa membuktikannya dengan sebuah video dimana momen pengikatan janji suci kalian berdua yang sah” Klandra lalu pergi begitu saja pergi meninggalkan Meta dengan wajah sedihnya dan Briyanda raut wajah kesalnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD