DUA

787 Words
Sesampainya di pasar kota kecil itu, Nara langsung mencari pandai besi. Ya, pedangnya patah menjadi dua atau lebih tepatnya, pedang kakaknya. Mudah saja bagi Nara untuk menemukan pandai besi di pasar itu. Ia sudah pernah ke kota itu sebelumnya. "Kau yakin tidak mau membeli pedang yang baru saja, Nona?" tanya Sang pandai besi, bernama Harold. "Tidak, aku hanya akan memakai pedang itu. Warisan keluarga." balas Nara, mengedipkan sebelah matanya. Pandai besi itu mengangguk, sebagai pandai besi yang berpengalaman, ia mengerti bahwa pedang atau busur warisan keluarga lebih berarti dibanding senjata baru dengan harga mahal sekalipun. "Berapa lama kau bisa menyatukan kembali pedangku?" tanya Nara. "Entahlah, mungkin dua hari. Ini adalah pedang terbaik yang pernah aku lihat, aku akan memolesnya dengan sepenuh hati." jawab Harold. "Oke, dua hari." timpal Nara, kemudian berbalik arah untuk mencari makanan di pasar itu. "Tunggu, kau datang darimana?" tanya Harold. "Utara." jawab Nara, singkat dan dingin. Tanpa menatap Harold. "Sudah kuduga, orang orang dari Utara memang sedingin es." gumam Harold. Lelaki gemuk itu pun langsung membawa pedang Nara kedalam ruangan kerjanya untuk menyatukan lagi pedang indah tersebut. Sedangkan Nara berhenti di depan tukang potong daging. Sudah lama sekali ia hanya makan apel dan daging hewan hewan kecil sejak pedangnya patah menjadi dua. "Berapa harga sepotong daging ini?" tanya Nara, menunjuk potongan daging segar sebesar telapak tangannya. "30 keping emas, Nona." jawab tukang daging tersebut. "Apa?! 30 keping emas?! Kenapa mahal sekali? Ayolah, aku hanya punya 50 keping perak untuk membeli makanan." kata Nara, tak percaya dengan harga daging itu, terlalu mahal menurutnya. "Jika kau tak memiliki cukup uang untuk daging, pergilah membeli apel disana. Mereka punya cukup kantong untuk menampung kepingan perak mu." balas Si tukang daging. Nara pun pergi meninggalkan penjual daging itu sambil menggerutu. Ia tak punya cukup uang untuk membeli daging yang ia idam idamkan. Sisa kepingan emasnya hanya cukup untuk membayar perbaikan pedangnya kepada Harold dua hari yang akan datang. Tanpa ia sadari, ada seorang lelaki yang memperhatikannya sedari tadi. Lelaki itu terlihat sedikit lebih tua dari Nara. Dengan setelan rapih dan topi fedora hitam di kepalanya, lelaki itu mengikuti langkah Nara menuju penjual apel yang berada tak jauh dari tempat penjual daging tadi. "Alihkan pandanganmu atau ku tusuk bola mata mu." ucap Nara, yang sudah sadar jika ada seseorang sedang memandangnya dari belakang. "Aku yang bertanggung jawab disini." balas lelaki muda itu. "Tidak seharusnya seorang bersetelan seperti kau mondar mandir di pasar seperti ini. Biasanya kalian hanya memantau dari balik meja kalian saja, benarkan, Mr. Darion?" kata Nara, membalikan badannya menghadap kearah lelaki yang ada di belakangnya tadi. Lelaki itu adalah Finn Darion, anak bungsu dari Darion bersaudara. Salah satu pilar dari pemimpin kelompok mafia bernama Black Hat, mafia yang menguasai kota itu. "Kau terlalu banyak berubah." ucap Finn, kepada Nara. "Semua orang berubah, Mr. Darion." balas Nara. Terlihat jelas seringai di wajah Finn. Lelaki itu tumbuh menjadi lelaki yang tinggi dan berpostur tegap, sangat berbeda dengan yang terakhir kali Nara lihat. "Aku sering mendengar desas desus tentang mu. Apa yang membawamu kesini, Lone Wolf?" tanya Finn. "Menurutmu apa yang akan dilakukan oleh orang dari Utara yang rela jauh jauh datang ke Barat, Mr. Darion?" kata Nara sarkas, dengan logat khas Utara nya. "Siapa yang mengirim mu?" tanya Finn lagi. "It's not your business, Mr. Darion." jawab Nara. Setelah membayar apel apelnya, Nara melenggang pergi meninggalkan tempat itu dan meninggalkan Finn yang mesih terdiam disana. Baru beberapa meter Nara menjauh, Finn mengejarnya dan sengaja berhenti di depan Nara untuk menghentikan langkah Nara. "Apakah kau datang untuk kakak kakak ku?" tanya Finn, sambil menatap serius ke mata coklat Nara. "Jika aku datang untuk kakak kakakmu, aku pasti sudah memotong leher mu sedari tadi." jawab Nara, malas. "Aku hanya singgah disini, setelah pedangku selesai diperbaiki, aku akan melanjutkan misi ku." lanjut Nara. "Sekarang menyingkir dari jalan ku atau kupatahkan batang leher mu." ancam Nara, melihat Finn malah mematung di depannya. "Kau bisa singgah di rumahku." kata Finn "Aku tidak tertarik untuk tinggal satu atau dengan mafia, Mr. Darion." balas Nara. Gadis itu langsung benar benar pergi meninggalkan Finn disana. Sedangkan Finn hanya menatap punggung Nara yang semakin lama semakin menjauh dari kerumunan orang orang yang berlalu lalang di pasar itu. "Sifatnya masih sama." gumam Finn. Tanpa ia sadari, ia menarik otot pipinya sehingga membentuk sebuah senyuman yang membuat parasnya semakin terlihat tampan. Beberapa wanita yang melihat senyum Finn dibuat terpesona oleh ketampanan lelaki muda itu. "Mengapa kau tersenyum seperti orang bego, Finn?" ucap sebuah suara yang membuyarkan pikirannya. "Kau mengacaukan suasana, Jack." balas Finn, yang langsung mengubah raut wajahnya. "Ah ayolah, kita harus kembali ke rumah untuk memberikan laporan kepada Atlas, kakak kita tersayang pasti sudah menunggu." kata lelaki dengan setelah dan topi sama seperti Finn yang diketahui bernama Jack.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD