SATU

498 Words
"Nara... Kau harus pergi sekarang juga..." ucap Aaron lirih. "Tidak! Aku tidak akan meninggalkan kakak dan ayah disini." balas Nara. "Dengar! Ayah sudah tiada, aku kehabisan darah, Nara. Kau satu satunya Northent yang tersisa, kau harus selamat, pergi dari sini sekarang juga sebelum semuanya memburuk." kata Aaron, dengan nafas yang terengah engah. Nara melihat ke sekelilingnya, rumahnya habis terbakar, tubuh ayahnya sudah kaku dan dingin, kakaknya lebih parah. Tubuh Aaron berlumuran darah dimana mana, terlalu banyak luka. Dengan luka seperti itu, hanya keajaiban yang bisa membuat Aaron tetap hidup. "Tapi aku takut..." cicit Nara, yang hampir terisak. "Kau ingat kan kata ayah?" tanya Aaron. "Anak anak ayah adalah anak anak paling kuat." jawab Nara, terisak. "Sekarang pergilah, aku dan ayah akan selalu menemanimu, Adik kecil." ucap Aaron, sambil tersenyum. Nara pun langsung berdiri mengambil pedang milik Aaron. Pedang itu cukup besar untuk dirinya, tetapi ia tidak bodoh, ia tak akan pergi tanpa persenjataan. Busurnya sudah hangus terbakar, hanya pedang itu satu satunya senjata yang bisa ia jangkau. Dengan langkah yang sangat berat, Nara melangkah jauh dari rumahnya yang sudah terbakar. Baru puluhan meter Nara menjauh, ia kembali menengok kebelakang, melihat kobaran api melahap rumahnya beserta tubuh kakak dan ayahnya. Kobaran api memantul di bola mata Nara, gadis kecil itu mencoba melangkah kembali kearah rumahnya yang terbakar. Namun tiba tiba ledakan yang cukup besar terjadi, ledakan itu membuat rumah yang tadinya terlalap api menjadi porak poranda. "AARON!!!" pekik Nara, sekuat tenaga. Lalu ia membuka matanya dengan nafas yang terengah engah dan keringat yang membasahi tubuhnya. Kejadian 3 tahun lalu itu masih menjadi mimpi buruk yang menghantuinya sampai sekarang. Kini Nara sudah berusia 20 tahun. Ia tumbuh menjadi gadis pejuang yang kuat, cerdik, lihai dalam bermain pedang, dan jitu dalam memanah. Pedang Aaron masih ia simpan dan gunakan sampai saat ini. Gadis dengan rambut dan mata berwarna coklat itu telah tumbuh dewasa dan siap untuk membalaskan dendam kakak dan ayahnya. Nara kini menjadi seorang pembunuh bayaran, masih sama dengan pekerjaan keluarganya. Keluarga Northent memang adalah spesialis pemubunuh bayaran yang sangat bisa diandalkan. Namun bedanya, kini Nara hanya beraksi sendirian tanpa adanya bantuan dari ayah dan kakaknya. Ia hidup dari uang hasil pekerjaan kotornya. Seluruh penduduk Utara sudah mengenalnya sebagai pembunuh bayaran sejak ia kecil. Orang orang memanggilnya dengan sebutan "LONE WOLF". Orang memanggilnya seperti itu bukan hanya karna ia satu satunya yang selamat dari kejadian malam itu yang menimpa keluarganya. Tapi ia juga mendapat panggilan itu karna ia hanya mau bekerja sendiri, Nara memilih untuk tidak ber-partner dengan siapapun. Setelah mengatur nafasnya, Nara membuka tas perbekalannya. Ia menghela nafas berat melihat isi tas itu hanya tersisa dua buah apel. Perbekalannya mulai habis, ia harus mencari pemukiman terlebih dahulu untuk mengisi perbekalannya sebelum ia melanjutkan misinya. Sekitar 5 kilometer Nara berjalan menelusuri aliran sungai, akhirnya ia melihat ada pemukiman. Nara bisa langsung tahu dimana ia sekarang ketika ia melihat pemukiman itu. Kota kecil itu adalah kota yang pertama kali Nara kunjungi bersama ayah dan kakaknya untuk keperluan "bisnis" keluarga mereka dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD