SEMBILAN

1066 Words
Setelah sekitar 2 kilometer membawa pria gempal yang pingsan karna pukulannya, dengan terengah engah Nara sampai di tempat penyewaan kamarnya. Ia mengikat tangan dan kaki pria gempal itu dengan tali yang tebal, serta menyumpal mulut pria itu dengan potongan kain untuk berjaga jaga jika pria itu terbangun saat Nara tak berada disana. Tak lupa, Nara juga menyuntikan obat bius di leher pria itu agar setidaknya pria itu tertidur sampai semua targetnya tertangkap semua. Setelah itu, Nara bangkit dan bergegas keluar kamarnya untuk menangkap target lainnya. Kini tersisa empat target lagi yang harus ia tangkap, ia sudah memiliki daftar namanya jadi ia tinggal mencari dimana keberadaan target target lainnya. Saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat Si pemilik kamar sewaan sudah berada di depannya dengan sebuah pistol yang tentu saja di todongkan kearah Nara. Nara bisa melihat dengan jelas tatto berbentuk trisula yang sama dengan Si pria gempal di pergelangan tangan Si pemilik kamar sewaan. "Ah... Tadinya aku mau menjadikan kau yang terakhir." kata Nara, dengan tenang walaupun ada sebuah pistol yang di arahkan tepat ke kepalanya. "Kenapa kau menangkapnya? Orang orang bilang kalau kau tidak menjalankan misi mu di kota ini?" tanya lelaki berjanggut itu. "Ada sedikit perubahan rencana, aku harap kau bisa mengerti." jawab Nara, mengangkat kedua bahunya. Tangan lelaki itu langsung bergetar, sedangkan Nara tetap menatapnya dengan wajah dingin khasnya. "Oke, Pak tua. Aku tak banyak waktu, kau harus-" DOOOORRR!!!! Belum sempat Nara menyelesaikan kalimatnya, lelaki berjanggut tebal itu menarik pelatuk pistolnya yang diarahkan ke kepala Nara. Untungnya Nara dengan cepat menghindar, walaupun pipinya sempat terserempet peluru hingga berdarah, setidaknya kepalanya tidak berlubang. "Wow, itu agak tidak sopan. Aku belum menyelesaikan kalimatku, Pak tua." kata Nara, menendang lelaki itu tepat di ulu hatinya sampai lelaki itu tersungkur. Ketika lelaki itu tersungkur, Nara menendang tangan kiri lelaki itu yang memegang pistol. Pistol itu pun terlepas dari tangannya dan segera di ambil oleh Nara. "Aku sebelumnya tak bisa menggunakan senjata seperti ini. Tapi mari kita lihat sekarang." ucap Nara, sambil menodongkan pistol itu ke arah Sang lelaki berjanggut yang masih tersungkur. "Aku mohon maafkan aku, ampuni aku. Aku akan memberikanmu informasi yang kau mau." kata lelaki itu memohon. "Kalau kau punya informasi, kau bisa membeberkannya nanti malam." DOOOORRR!!!! Nara menembakan peluru kedua di dalam pistol itu ke kaki kanan lelaki tua berjanggut itu. Kakinya yang mulai ringkih berlumuran darah, sedangkan empunya meraung kesakitan. "Not bad, tapi aku tetap lebih memilih menggunakan busur." kata Nara, setelah melepaskan tembakannya. Tanpa pikir panjang, Nara menyeret lelaki itu masuk ke kamar sewaannya dan melakukan hal yang sama seperti pria gempal yang sebelumnya ia tangkap kepada Sang pemilik kamar sewa. Selesai mengikat dan membius Si lelaki berjanggut, Nara keluar dari kamar itu dan mengunci pintu kamarnya. Ia masih harus menangkap tiga lagi, semakin cepat dirinya menangkap tiga target lainnya, semakin cepat juga misinya selesai. Sepertinya target berikutnya akan lebih sulit untuk Nara tangkap, karna target berikutnya berada di kantor polisi. Ya, target berikut Nara adalah salah seorang anggota polisi yang ada di kota itu. Hampir seluruh polisi di kota itu tunduk pada uang milik keluarga Darion, mereka rela melakukan apa saja untuk menutupi kasus kasus yang melibatkan kelompok mafia Black Hat. Tapi tanpa seorangpun anggota maupun pimpinan dari kelompok Black Hat, ada satu orang polisi yang membelot dan malah membantu Derry untuk merebut kota itu dari Darion bersaudara. Dalam perjalanannya menuju kantor polisi, Nara berpapasan dengan Finn yang sedang mengawasi keadaan sekitar kota untuk memantau keamanan disana. Black Hat memang kelompok mafia yang kejam, tapi bagi para penduduk kota, kelompok Black Hat adalah pelindung dan penjaga mereka, terutama para pedagang. Pada anggota Black Hat bertugas menjaga keamanan kota agar tak ada pencurian atau kerusuhan di kota itu yang membahayakan atau merugikan para penduduk kota. Bahkan sebagian besar penduduk kota itu lebih tunduk kepada Darion bersaudara terutama Atlas Darion dibanding walikota mereka sendiri. "Bagaimana misi mu? Sudah sejauh mana?" bisik Finn, karna takut ada seseorang yang mendengar. Misi ini hanya diketahui oleh para anggota Black Hat dan Nara saja, Atlas tak mau membuat para penduduk ketakutan karna tahu Sang Lone Wolf sedang mengerjakan misinya di kota itu. Jadi Atlas merahasiakan misi kerja samanya dengan Nara dan membiarkan rumor tentang Lone Wolf yang hanya singgah sebentar di kota itu tetap beredar di masyarakat. "Bilang kepada anggotamu untuk menjemput dua dari lima target yang sudah aku lumpuhkan di kamar sewaanku. Jangan banyak bicara dan jangan eksekusi mereka berdua sebelum semua target terkumpul." kata Nara, ikut berbisik. Finn pun menangguk mengerti dan memberi isyarat kepada anggota anggotanya untuk menuju kamar sewaan Nara dan menjemput dua antek antek Derry yang sudah berhasil di tangkap. Baru sebentar Finn mengalihkan perhatiannya, Nara sudah tak ada disana ketika ia kembali menangok ke sisi dimana ia melihat Nara tadi. "Dia ini manusia atau hantu sih? Kenapa cepst sekali hilangnya?" gumam Finn, bertanya tanya. Finn sudah berusaha mencari cari gadis berambut coklat yang terkepang rapih, tapi hasilnya nihil. Yang ia temukan malah Clara. Wanita dengan gaun selutut kulit putih dan rambut pirang itu berada di sebrang jalan. Tak sengaja mata Finn bertemu tatap dengan wanita itu. Sebelum Nara datang, Finn berani mengakui jika Clara adalah wanita tercantik di kota itu. Clara juga adalah wanita yang cukup dekat dengan Finn. Bukan hanya karna mereka berdua sering berhubungan intim, tapi Finn memang sempat menaruh hati pada wanita itu. Melihat Finn ada di sebrang jalan, Clara memutuskan untuk menyebrang dan menghampiri Finn. Finn tau Clara akan menghampirinya, tapi ia tak bisa menolaknya. "Hai, Mr. Darion." sapa Clara, dengan senyumannya. Finn tak bisa membohongi hatinya. Ia memang baru saja jatuh cinta dengan Nara, tapi ia juga masih memiliki rasa kepada Clara. "Aku hanya ingin tahu, apakah kau ada masalah denganku? Karna aku masih bingung dengan sikapmu kemarin." tanya Clara, setelah sapaannya dibalas senyuman oleh Finn. "Maaf jika sikapku kemarin agak menyakitimu, kemarin aku sedikit kacau." jawab Finn. Wanita itu hanya menangguk angguk seolah memahami maksud Finn, kemudian ia tersenyum lagi. "Kau ada waktu kosong? Bagaimana kalau kita minum di bar sebentar? Kau harus bertanggung jawab karna telah menyakiti perasaanku kemarin." ajak Clara. "Sekarang masih siang dan kau mengajakku minum?" "Oh ayolah, Mr. Darion. Aku akan memberikan hadiah kecil untukmu setelah kita minum minum." bujuk Clara, dengan nada menggoda. Mendengar bujukan dengan nada seperti itu Finn langsung menelan ludahnya, ia tahu apa maksud dari "hadiah kecil" yang di ucapkan Clara. Setelah melihat sekelilingnya dan tidak mendapati Jack ada di sekitar sana, Finn pun meng-iya-kan ajakan Clara. Tepat seperti yang di rencanakan, Finn masuk kedalam jebakan Clara lagi. Wanita itu sudah tahu betul bahwa Finn tak akan bisa menolaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD