DELAPAN

1244 Words
Pagi pagi buta, Nara kembali ke mansion milik Darion bersaudara. Sesuai kesepakatan, Nara akan memulai misinya untuk membersihkan kota kecil itu dari antek antek suruhan Derry. Sebenarnya Nara ingin langsung menjalankan misi nya tanpa harus mampir ke mansion terlebih dahulu, tapi saat ia pergi ke tempat milik Harold untuk mengambil pedangnya, Harold mengatakan Finn sudah membawa pedang itu ke mansion. Jadi Nara terpaksa harus kembali lagi ke mansion besar itu. Nara sangat malas kembali ke mansion itu, apalagi harus bermalam disana seperti tawaran Finn semalam. Alasannya simple, ia tak suka hawa di dalam mansion itu. Terlalu panas baginya. Ia dilahirkan di Utara, tempat yang memiliki udara lebih dingin dibanding tempat manapun. Kulitnya terbiasa dengan udara dingin dan saat ia berada di wilayah Barat dengan suhu yang lebih hangat, membuat dirinya agak tersiksa. Terkadang ia heran, mengapa orang orang di wilayah lain tetap menyalakan perapian di dalam rumahnya pada malam hari. Padahal Nara merasa udara di luar rumah saja sudah sangat panas. Gadis itu menghelas nafas panjang ketika sampai di depan pintu masuk mansion. Ia mengutuk Finn dalam hatinya karna membuat dirinya harus kembali ke mansion itu. "Finn! Kembalikan pedangku, b******n!" pekik Nara, sambil mengetuk ngetuk pintu besar itu. "Tak bisa kah kau sedikit sopan saat bertamu ke rumah orang lain?" kata Jack, yang membukakan pintu. "Aku bukan tamu, dan adikmu telah mengambil pedangku." balas Nara sarkas. "Atlas yang menyuruhnya mengambil pedangmu dan membawa pedang itu kesini. Dia ingin bicara padamu sebelum kau mulai membersihkan kota ini." jelas Jack. Nara mendengus kesal dan langsung nyelonong masuk ke dalam mansion itu dan menuju ke ruang tengah, karna instingnya mengatakan jika pedangnya ada di sana. Instingnya memang tak perlu diragukan lagi, pedangnya memang ada di ruangan itu. Pedang dengan gagang berwarna putih bertuliskan "NORTHENT" yang terukir rapih disana tergeletak diatas meja kayu besar. Tanpa basa basi Nara langsung melangkah maju hendak mengambil pedangnya. Ia mengambil pedang itu, mengeluarkan dari sarungnya sampai mengeluarkan bunyi khas pedang ketika dicabut. Pedangnya kembali seperti semula, hasil kerja yang sangat bagus untuk Harold, Nara berfikir akan memberikan uang tip kepada Harold nanti. Mata pedangnya diasah dengan sangat halus, kilatan dari besi pedangnya bisa memantulkan cahaya, bobot dari pedang itu pun tak berubah. Karna terlalu fokus dengan pedangnya, Nara baru sadar jika ada senjata senjata lain di atas meja itu. "Aku mau kau membawakan tikus tikus Derry kepada kami dengan kondisi hidup hidup, Ms. Northent." kata Atlas, yang melihat Nara sudah menyadari ada senjata lain disana. "Dan aku pikir kau akan membuat buruan mu mati sebelum sampai disini jika hanya menggunakan pedang itu." lanjutnya. Atlas benar, akan menjadi sebuah kesulitan bagi Nara untuk menyeret manusia hidup jika ia hanya bersenjata pedang. Selama ini ia menggunakan pedang itu untuk menghabisi nyawa tergetnya di tempat. Akan berbeda jika ia diharuskan membawa targetnya hidup hidup. Ia butuh senjata jarak jauh untuk sekedar melumpuhkan targetnya dan menyeretnya ke mansion ini. Kemudian Atlas memberi isyarat kepada anggota Black Hat yang sedari tadi memegangi peti kayu yang ukurannya cukup panjang dan besar. Dua anggota Black Hat itu menaruh peti itu di atas meja dan membuka peti itu. Ternyata peti kayu itu berisikan berbagai jenis senapan. Mulai dari pistol, shotgun, sampai senjata laras panjang, semua lengkap ada disana. "Pilih lah salah satu senapan itu untuk membantu misi mu." kata Atlas, melihat Nara terbengong di depan peti kayu itu. Bukannya langsung mengambil salah satu senapan itu, Nara hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan menggunakan alat alat itu, Mr. Darion." ucap Nara, mengambil tas berisikan anak panah dan busur yang ada di atas meja itu juga. "Terlalu berisik." lanjut Nara, mengedipkan sebelah matanya. Nara pun menggantungkan tas berisikan anak panah dan busur itu ke punggungnya dan mengikatkan sabuk pedangnya ke pinggangnya. Melihatnya, Finn terpesona dengan gadis itu. Ia hampir tidak berkedip, ia melihat aura seorang pejuang terpancar dari Nara. "Kedipkan matamu sebelum bola matamu keluar dari tempatnya." bisik Jack, yang melihat adik bungsunya menatap Nara tanpa berkedip. "Terimakasih atas busurnya, Mr. Darion. Aku akan membawa hadiahmu sebelum matahari terbit esok hari." ucap Nara, kemudian membungkukan badannya. Nara pun meninggalkan mansion itu dengan persenjataan lengkap. Sepertinya ia akan bersenang senang hari ini. Di sisi lainnya, ketiga Darion itu memantau Nara yang berjalan di halaman depan meninggalkan mansion. "Busur dan anak panah. Dia memang benar benar serigala dari Utara." kata Atlas, meneguk minuman yang ada di tangannya. "Kenapa kau membiarkan dia bekerja sendirian? Jika aku membantu, mungkin pekerjaannya akan lebih mudah dan cepat." tanya Finn, kepada Atlas. "Atau malah sebaliknya." balas Atlas. "Dia sendiri yang meminta untuk bekerja sendiri. She's a Lone Wolf." lanjut Atlas, dengan wajah dingin dan datarnya. Finn dan Jack hanya terdiam dan memilih keluar dari ruangan itu meninggalkan kakak sulungnya disana dan menuju ke kota untuk memantau keamanan kota kecil itu. Sementara Atlas masih duduk di kursi empuknya, menggoyang goyangkan gelas berisi whiskey dan es batu di tangannya dengan suatu hal di pikirannya. "Aaron, Aaron, aku sudah bilang kan kalau adikmu akan kembali kepadaku." gumamnya, sambil mengeluarkan senyuman kecil. Ya, seorang Atlas Darion tersenyum. Entah apa maksud senyuman Atlas, hanya Atlas dan tuhan lah yang tau maksud dari senyuman itu. Nara kini berada di atas rooftop sebuah rumah berlantai dua yang berada di pusat kota. Dari atas sana, Nara bisa melihat banyak penduduk kota berlalu lalang, sibuk dengan urusannya masing masing. "Mari kita lihat, siapa dulu yang bisa aku bawa ke mansion panas itu." ucap Nara, pada dirinya sendiri sambil memperhatikan sekelilingnya. Tak butuh waktu lama bagi Nara untuk menemukan salah satu targetnya. Dari atas sana, Nara memperhatikan gerak gerik seorang pria berbadan gempal dengan seragam khas buruh sedang celingak celinguk dengan wajah agak cemas. Pria itu terpantau oleh Nara masuk ke pabrik cat. Tanpa pikir panjang, Nara bergegas mengikuti pria itu ke dalam pabrik pembuatan cat secara diam diam. Dengan bersembunyi di balik kaleng kaleng cat, Nara memantau pergerakan pria gempal itu. Sedari tadi pria itu tak berani menaikan lengan bajunya, tapi ketika ia sedang sendirian di depan mesin pembuatan catnya, ia menaikan lengan bajunya sedikit. Sangat jelas terlihat tatto berbentuk trisula di pergelangan tangannya. Itu bukanlah tatto biasa, tatto itu adalah identitas anak buah Derry. Bagaimana Nara bisa tahu? Ini bukan bulan atau tahun pertamanya berkecimpung di dunia gelap ini. Ia tahu siapa saja yang harus ia waspadai, ia juga tau siapa saja orang yang menjadi suruhan lawan lawannya. Karna terlalu lama membungkuk untuk bersembunyi di balik tumpukan kaleng kaleng cat, kakinya terasa kebas. Ia mencoba untuk bergeser sedikit untuk bersembunyi dibalik tembok sebelum menyergap targetnya. Sialnya, ujung pedang yang menggantung di pinggang Nara menyenggol salah satu kaleng dan membuat kaleng itu terjatuh. Kaget dengan suara kaleng yang jatuh, Sang pria gempal langsung menengok kearah tempat Nara bersembunyi tadi. Untungnya Nara dengan cepat bersembunyi di balik tembok, seperti yang ia rencanakan tadi. "Bingo!" bisiknya, ketika melihat saklar lampu yang tertempel di tembok itu juga. Dengan satu kali tekan, lampu di ruangan pembuatan cat itu padam. Kondisi saat ini benar benar gelap gulita, Sang pria gempal tak bisa melihat apa apa, tapi ia bisa menyadari bahwa ia tak sendirian di ruangan itu. "Siapa disana?!" tanya pria itu, dengan suara sedikit gemetar. Pria itu berputar putar mencoba melihat sekelilingnya dengan kondisi gelap. Ketika waktunya tiba, saat posisi pria itu membelakangi Nara, Nara langsung mengacungkan pisau kecil miliknya di leher pria itu. "Aku tak akan menyakitimu jika kau tidak melawan." bisik Nara, di telinga pria itu. Untungnya Nara diberi sedikit kemudahan, pria itu benar benar tidak melawan saat itu. Ia pun menjauhkan pisau kecilnya dari leher Sang pria gempal. "Si... Si... Siapa kau?" tanya Pria itu, tergagap. "Lone Wolf." jawab Nara, mencabut pedang dari sarung yang menggantung di pinggangnya. Belum sempat berbicara apa apa, Nara langsung memukul belakang kepala pria itu menggunakan gagang pedangnya dengan sangat keras sampai pria itu pingsan. "Wow lebih mudah dari perkiraanku." kata Nara, sambil menatap pria di depannya yang terkulai lemas. "Ayo babi gemuk, ada seseorang yang ingin menemuimu." lanjutnya. Nara menggotong pria gempal itu, agak kesulitan tapi bisa ia atasi. Sekejap, Nara berfikir. Ia tak bisa membawa seorang pria dewasa yang pingsan melintasi kota tanpa menarik perhatian orang lain. Jadi ia memutuskan untuk membawa pria itu ke kamar sewaannya dan mengikat pria itu terlebih dahulu disana sampai ia mendapatkan target berikutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD