DUA PULUH DUA

1039 Words
Finn tak sepenuhnya pingsan, ia masih bisa merasakan tubuhnya diseret dan telinganya pun masih bisa mendengar suara suara dengan samar. Tak ada satu pun pembicaraan dari dua orang yang menyeretnya itu, tapi tiba tiba ia mendengar derap kaki kuda mendekat dan gonggongan anjing yang sangat kencang. Buru buru Finn membuka matanya sekuat tenaga untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi disana. Tepat saat Finn membuka matanya, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, seekor serigala yang sangat besar sedang mencabik cabik leher seorang pria yang tadi menyeretnya. "Kau ini t***l atau bagaimana sih?!" bentak seorang wanita, dari atas kuda nya. Wanita itu tentu saja adalah Nara. Nara dan Edward datang tepat waktu. Mereka datang sebelum dua anak buah Derry menculik dan menyandera Finn. Dua pria yang menyeret Finn tadi adalah anak buah Derry yang berhasil menyelinap masuk pekarangan mansion. Mereka bisa masuk karena di sekitar mansion benar benar tidak ada penjagaan sama sekali. Hal itu karena semua anggota Black Hat turun ke pertempuran di jalanan. Sedangkan pria yang satunya lagi sudah dihajar habis habisan dengan sebilah kapak kayu oleh Edward. Nara dan Edward kembali ke mansion lewat jalan alternatif yang ditemukan Edward dengan kuda Nara dan sebuah gerobak. Ternyata selagi Nara pingsan semalaman di pondok, Edward kembali ke tempat pertarungan Nara dan Susan. Edward mengambil kuda Nara yang ternyata masih setia berdiri di tempat itu. Pagi itu pun Nara dan Edward mengikatkan gerobak yang biasa Edward pakai untuk mengumpulkan ranting kayu bakar kepada kuda Nara agar kudanya bisa menarik gerobak itu. Nara pun naik di atas kudanya dan Edward naik di atas gerobak yang ditarik oleh Nara sambil memegangi kapaknya, sedangkan serigala setia berlari mengikuti mereka. Setelah menghajar habis habisan lawannya sampai mati, Edward terpaku di depan mayat lawannya sambil melihat mayat orang itu mengucurkan darah segar akibat serangan kapaknya. Ini kali pertama bagi Edward untuk menghabisi nyawa orang lain. Ia tak sadar saat ia menyerang pria itu, ia hanya terbengong melihat perbuatannya sampai menghilangkan nyawa orang lain. "Sudahlah, nanti kau juga akan terbiasa." ucap Nara, yang turun dari kudanya lalu menepuk punggung Edward. "Aku membunuhnya." kata Edward, masih menatap mayat pria itu. "Kalau kau tidak membunuhnya, dia yang akan mati." balas Nara, menunjuk Finn yang terduduk sambil meringis. Tulangnya tak ada yang patah, tapi kakinya yang tertembak sangat membuat ngilu. Nara pun menghela nafasnya kesal, dari dulu Finn memang selalu merepotkannya. "Edward, naikan dia ke gerobak. Kita cari Atlas di dalam." perintah Nara, yang langsung dikerjakan oleh Edward. Kemudian mereka bertiga pun masuk kedalam mansion dengan mudahnya. Seharusnya mereka tetap menyisakan beberapa penjaga di mansion. "ATLAS! ADIK MU INI t***l ATAU BAGAIMANA SIH?!" teriak Nara, ketika masuk ke aula mansion. "ATLAS!" Panggil Nara, berteriak lagi karna tak ada seorangpun disana. "Kakak ku pasti ada di ruang rapat." kata Finn. "Aku disini." ucap suara, yang datang dari tangga. Atlas berlari menuruni tangga lalu tanpa disangka tiba tiba ia mendekati dan langsung memeluk Nara dengan sangat erat. Mata Nara melotot sampai bola matanya yang tinggal satu hampir keluar, ia hanya bisa mematung dalam pelukan Atlas. Tidak hanya Nara, Finn pun sama melototnya seperti Nara sampai ia tak bisa menutup mulutnya. Apa yang terjadi? Kenapa Atlas memeluk Nara? Tak ada seorang pun yang mengerti apa yang sebenarnya terjadi. "Aku tidak bisa bernafas." cicit Nara, yang merasakan sesak akibat Atlas yang memeluknya terlalu erat. "Kau baik baik saja? Mata mu..." kata Atlas, melepaskan pelukannya namun masih memegangi kedua bahu Nara. "Aku tak apa, tapi adikmu tolol." balas Nara. Atlas pun langsung mengalihkan pandangannya ke Finn yang berada di atas gerobak yang ditarik oleh Edward. Atlas hanya menatap Finn tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia melihat kaki Finn yang berdarah dan melihat sebuah lubang di sana. "Bersihkan luka mu sendiri, kalau sudah bisa berjalan temui aku di ruang rapat." titah Atlas, kepada adiknya. "Aku punya rencana, ikut aku." lanjut Atlas, bicara kepada Nara. "Ikutlah." kata Nara, mengajak Edward untuk ikut Nara dan Atlas ke ruang rapat. Kemudian mereka bertiga pun sampai di ruangan dengan meja besar dan peta kota itu di atasnya. "Kau tahu kan kalau Derry itu seperti tikus? Kau tidak bisa melacaknya dan menangkapnya dengan mudah jika hanya dengan memandangi gambar peta seperti ini." ucap Nara gamblang. "Itu sebabnya kita harus memancingnya keluar." balas Atlas, membuat Nara menatapnya sambil menyeringai. "Apa rencana mu?" tanya Nara. "Mereka berusaha menculik Finn kan? Kita jadikan Finn sebagai umpan agar mereka keluar." jelas Atlas. "Kau tahu tadi Finn ingin kabur dari kamarnya sendiri?" tanya Nara lagi. Atlas hanya mengangguk dan dibalas gelengan oleh Nara. Ia tak habis pikir dengan pria di hadapannya itu. Pria itu hanya diam sepanjang sepanjang hari tapi ternyata di dalam kepalanya terdapat rencana besar. "Jelaskan rencanamu dengan rinci pada ku." pinta Nara, menatap mata dingin Atlas. Kemudian Atlas benar benar menjelaskan rencananya secara detail kepada Nara dan Edward yang ada di sana. Rencana ini tak boleh gagal, karna jika rencana ini gagal, nyawa Finn dan Atlas mungkin bisa melayang. Tepat setelah Atlas selesai menjelaskan rencananya kepada Nara, Finn masuk ke ruangan sambil terpincang pincang namun ia sudah bisa berjalan. "Kau tahu? Aku suka pria cerdas." ucap Nara, yang langsung meninggalkan ruangan itu di ikuti oleh Edward. Kalimat itu membuat Atlas terpaku, jantungnya berdetak dengan sangat keras. Ia pun refleks memegang jantungnya yang terasa ingin meledak, tapi ia tetap saja tak merubah raut wajahnya. "Atlas, kau baik baik saja?" tanya Finn, khawatir melihat gestur tubuh kakak sulungnya yang memegang jantungnya. "Entahlah." jawab Atlas, yang langsung menghentikan gestur itu. Setelah itu Atlas kembali menjelaskan rencana nya kepada Finn. Terlihat raut ragu dan agak takut di wajah Finn setelah mendengar penjelasan rencana Atlas. "Apa kau yakin? Kau dan aku bisa terbunuh jika ada sedikit saja kesalahan." kata Finn, setelah mendengar rencana Atlas. "Kalau begitu jangan membuat kesalahan lagi, Finn." balas Atlas, yang membuat Finn menghembuskan nafasnya dengan berat. Sementara itu Nara bersiul untuk memanggil serigala yang tadi berada di halaman belakang. Ia hanya mencoba coba saja bersiul untuk memanggil serigala itu, tapi ternyata serigala itu mendengarnya dan menghampiri Nara dan Edward yang kini berada di halaman depan. "Apa dia punya nama, Ed?" tanya Nara. "Entahlah, aku tidak pernah memberikan nama." jawab Edward. "Bersiaplah, kita harus segera ke tempat kita untuk menjalankan rencana ini." ucap Nara, setelah menggosok gosok kepala serigala yang ujung moncongnya masih berlumuran darah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD