EMPAT

642 Words
Apapun yang terjadi, Finn ingin segera menjauh dari kakak sulungnya yang satu itu. Terkadang Finn berfikir jika Atlas itu sebenarnya setengah dukun, karna apapun yang Finn pikirkan pasti terbaca oleh Atlas. Atlas lebih banyak diam dan membaca keadaan sehingga bisa mengambil keputusam yang tepat. Sedangkan Jack, kakak Finn yang satunya, lebih kearah pelaksana. Apapun yang Atlas perintahkan pasti akan selalu dilaksanakan oleh Jack. Apalagi jika disuruh menghajar orang, akan menjadi sebuah hadiah besar untuk Jack. Badan Jack lebih besar dibanding kakak atau adiknya, tapi terkadang Jack tidak berfikir panjang sebelum bertindak. Disitulah tugas Finn, jika Jack sudah melenceng jauh dari perintah yang diberikan Atlas, Finn lah yang bertugas untuk mengentikan dan membereskan kekacauan yang dibuat kakaknya. Di jalanan pinggir kota dengan banyak orang berlalu lalang, Finn melihat Michael, teman sebayanya yang merupakan anggota kelompok Black Hat juga, sedang memasang taruhan di bandar judi. "Hey, Finn. Kau pasti tak akan percaya ini, aku memasang taruhan besar yang aku yakin pasti akan menang." kata Michael, ketika melihat Finn menghampirinya. Michael memang sudah kecanduan berjudi, ia sering memasang taruhan untuk sebuah pertandingan adu tarung yang sering diadakan seminggu sekali. "Siapa melawan siapa kali ini?" tanya Finn. "Rocky di tantang oleh seorang petarung dari luar kota." jawab Michael. "Dan yang lebih menarik, petarung itu seorang perempuan. Aku yakin Rocky akan menang telak hahahaha... Aku traktir kau minum nanti malam, Finn." sambung Michael. "Petarung perempuan?" gumam Finn. "Ya, kau tahu, petarung itu cantik, astaga aku tak tega melihat Rocky akan meninggalkan banyak bekas bonyok di wajah gadis itu." kata Michael. Hanya satu nama yang terbesit di pikiran Finn. Ia pun tak menghiraukan kalimat kalimat Michael berikutnya, ia langsung masuk ke gedung area tanding untuk memastikan. "Nara! Apa yang kau lakukan disini?!" tanya Finn, setelah menemui Nara yang sedang bersiap untuk bertarung. "Kau pikir apa? Berjualan sayur?" sarkas Nara. "Apa kau tidak tahu siapa lawan mu? Rocky adalah petarung juara bertahan di kota ini, kau bisa babak belur dihajar olehnya." kata Finn. "Oh ya? Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku sudah menghadapi yang lebih buruk daripada juara bertahan mu, Mr. Darion." balas Nara. "Lagipula aku butuh uang untuk membayar penginapan dua hari kedepan selama aku singgah di kota ini." lanjutnya. "Jika kau butuh uang, aku bisa membe-" Nara membungkam mulut Finn dengan jari telunjuknya yang ia taruh di bibir tipis Finn sebelum lelaki muda itu menyelesaikan kalimatnya. "Lihat dan perhatikan, aku akan menang dalam satu ronde." bisik Nara, tepat di telinga Finn. Bisikan itu membuat bulu kuduk Finn berdiri, tubuhnya mematung, jantungnya berdetak tak karuan. Sedangkan Nara lagi lagi meninggalkannya mematung dan langsung masuk ke arena pertarungan. Butuh waktu beberapa menit untuk Finn sadar dari ke kaku-annya. Ia pun langsung bergegas ke kursi penonton untuk menyaksikan pertarungan itu. Nara berdiri di sudut merah dengan celana selutut dan singlet yang membuat lekuk tubuhnya yang bagus semakin terpancar. Di sudut biru, ada Rocky Sang juara bertahan. Badannya dua kali lebih besar dan tinggi dibanding Nara, standar badan petarung jalanan. Tapi hal itu tak menjadi masalah untuk Nara, ia sudah menghabiskan 10 tahun menjadi pembunuh bayaran. Orang orang yang pernah ia hadapi lebih buruk daripada lawan tarungnya saat ini. Pertarungan itu adalah pertarungan satu lawan satu dengan tangan kosong. Boleh menggunakan ilmu bela diri apa saja asal bisa membuat lawan tumbang. Setelah wasit masuk ke arena, pertarungan langsung dimulai. Seperti dugaan Nara, lawannya bukanlah petarung profesional. Gerakannya sangat monoton dan mudah dibaca, dengan badan yang lebih kecil dan lincah, Nara bisa dengan mudah menghindari serangan serangan lawannya. Hampir 5 menit Nara hanya menghindar dari serangan lawan, bukannya tak bisa melawan balik, ia sedang mencari titik kelemahan dari lawannya itu. Sesekali ia membalas pukulan Rocky untuk memastikan dengan benar, dimana titik kelemahan lawannya yang mampu membuat ia menang cepat. Di sisi lain, Finn semakin khawatir dengan keadaan Nara. Ya, ia khawatir. Jika kalah, Nara sudah pasti babak belur dan terluka parah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD