Johnathan_3

1358 Words
"Ayah!!!"   Teriakan bocah berusia 12 tahun itu melengking mengisi ruangan kamarnya. Kedua tangannya terus menggedor-gedor pintu berharap orang-orang itu membukakan pintu untuknya.   "Ayah! Aku di sini! Ayah!"   Bocah itu terus berteriak memanggil ayahnya. Suara keributan di luar sudah cukup mereda. Lolongan meminta tolong serta jeritan kepanikan sudah tidak seramai tadi. Bocah itu semakin takut dirinya tertinggal di dalam kamarnya seorang diri.   "Ayah, buka pintunya. Aku di sini. Ayah," suara bocah itu semakin melemah.   Tak lama kemudian bocah berambut hitam kecoklatan itu terkejut saat kamarnya sudah dipenuhi genangan air. Dia menoleh ke belakang dan melihat air semakin masuk ke dalam kamarnya melalui dinding yang berlubang akibat tabrakan yang cukup keras beberapa menit yang lalu.   "Ayah!!! Ayah!!!"   Bocah itu kembali merengek dan menggedor-gedor pintu kamarnya kembali. Genangan air semakin menenggelamkan tubuhnya hingga pinggang.   Di ruangan lain tampak seorang bocah perempuan yang berusia tiga tahun lebih muda dari bocah itu keluar dari kamarnya. Tatapannya mengendap-endap seolah sedang melarikan diri. Satu tangannya memeluk boneka beruang dengan erat dan tangan lainnya merayap di dinding untuk membantunya berjalan.   Langkah bocah itu terhenti di depan kamar yang di gedor-gedor. Bocah perempuan itu mengenali suara tersebut. Benar, pemilik suara itu adalah teman pertamanya di dalam kapal ini.   "Jo," panggil bocah itu untuk memastikan dan mengangkat satu tangannya lebih tinggi. Dia mengetuk-ngetuk pintu tersebut.   "Boneka beruang?"   Senyum di bibir bocah perempuan itu mengembang mendengar sahutan dari dalam kamar tersebut. Boneka beruang adalah panggilan bocah laki-laki itu untuknya.   "Boneka beruang, buka pintunya. Aku terkunci di sini!" teriak bocah laki-laki itu.   Bocah perempuan itu semakin memeluk boneka beruangnya. Dia menundukkan tubuhnya masuk ke dalam genangan air. Dengan satu tangan memeluk bonekanya, bocah itu berusaha membuka engsel pintu kamar tersebut.   Beberapa saat kemudian engsel pintu itu berhasil terbuka. Bocah laki-laki itu menarik pintunya dan keluar dari kamarnya. Bocah perempuan itu hendak menegakkan tubuhnya keluar dari air namun tanpa sengaja tubuhnya terdorong oleh perempuan lain yang berlari dari arah belakang.   Bocah laki-laki itupun lupa jika temannya tidak terlihat. Dia justru berlari keluar dari kabin kapal dengan susah payah karena air semakin tinggi menenggelamkan tubuhnya.   "Ayah!!!" teriak bocah laki-laki itu.   Saat dirinya berhasil keluar dari kabin kapal, ombak besar justru menghantam kapal itu hingga tubuhnya ikut tenggelam di dalam kapal itu bersama dengan lainnya.   "Ayah!"   Johnathan membuka matanya tiba-tiba. Napasnya tersengal-sengal. Wajahnya basah akibat peluh kecemasan yang dirasakan saat mimpi buruk itu kembali mengusiknya.   Selimut yang menutupi tubuhnya tersingkap saat kedua kakinya menapak lantai. Jonathan menyanggah kepala menggunakan kedua tangannya. Dia mendesah pelan. Mimpi itu selalu mengganggu dirinya di saat suasana hatinya sedang tidak karuan seperti saat ini.   Johnathan bangkit berdiri. Kedua kakinya bergerak meninggalkan ruangan kamar hotelnya. Dia keluar kamar hanya mengenakan kaos dan celana pendek.   "Mimpi buruk lagi, Sir?"   Langkah kakinya terhenti mendengar pertanyaan tersebut. Dia menoleh ke arah samping dan melihat Enrique menundukkan kepalanya sejenak. Johnathan tersenyum tipis.   "Apa kau akan selalu seperti ini, heh?"   Enrique menipiskan bibirnya. Dia semakin menundukkan kepalanya setiap kali mendapat pertanyaan tersebut. Melayani Johnathan selama hampir 20 tahun membuat Enrique menganggap lelaki itu seperti putranya sendiri.   Bahkan kecelakaan kapal yang terjadi 17 tahun silam tidak bisa luput dari ingatannya. Sama seperti Johnathan, dirinya pun mengalami guncangan kejiwaan yang mendalam karena tidak bisa menyelamatkan Richard Myles, ayah kandung Johnathan.   "Aku ingin jalan-jalan di sekitar sini. Kau tidak perlu mengikutiku. Aku rasa yang kau perlukan saat ini adalah istirahat," ucap Johnathan.   "Tapi, Sir... ini masih pukul 2 malam. Apa tidak sebaiknya Anda melanjutkan istirahat Anda?"   "Apa kau ingin menemaniku minum dan berubah menjadi seorang wanita cantik?" Johnathan menaikkan sebelah alisnya, "Tapi percuma saja, kau bukan teman minum yang menyenangkan," Lalu menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan kasar, "Aku ingin mencari sesuatu yang menarik. Mungkin saja aku bisa bertemu wanita cantik malam ini," sambungnya.   "Maafkan saya, Sir."   Johnathan hanya terkekeh mendengar permintaan maaf itu. Enrique selalu meminta maaf meskipun justru Johnathan yang salah. Lelaki tua yang memiliki sikap kaku itu membuat Johnathan sering tersenyum saat mendengar permintaan maaf.   Tidak menunggu lama, Johnathan pun melanjutkan langkahnya. Dia kembali memasuki pantai dengan jalan kaki. Terpaan angin membuat rambutnya yang menutupi kening, kini menari-nari bersama musik ombak.   Johnathan berdiri di tepi pantai. Tatapannya menatap dalam-dalam lautan luas di depannya. Di ujung jangkauan pandangannya, Johnathan dapat melihat pantulan bintang-bintang itu dari permukaan air. Bulan yang mengapung di langit pun tampak jelas di atas air.   Tubuh Johnathan terdorong ke belakang. Wanita itu menegakkan tubuhnya dengan tatapan was-was. Seolah ciuman sesaat itu bisa mengancam hidupnya, Johnathan bisa melihat guratan kecemasan di wajahnya.   "Apa aku tidak sengaja menciummu saat kau sedang bersama kekasihmu?" tanya Johnathan dengan pandangan mengikuti Casey.   "Minta maaflah sekarang dan semua akan aku anggap selesai. Kau harus meminta maaf padaku sebanyak tiga kali," perintah Casey dengan menunjukkan tiga jari tangannya.   Johnathan tersenyum. Dia menyadari kecemasan di wajah Casey karena dirinya. Wajah wanita itu merah padam.   "You are pressing the start button and I will hit the finish button," ucap Johnathan.   Casey mengernyitkan keningnya. Dia tidak mengerti maksud dari ucapan Johnathan. Karena tidak senang merasa penasaran, dirinya begitu saja mengikuti langkah kaki Johnathan yang berjalan ke meja lain.   Johnathan meletakkan nampan makanannya. Dia duduk di kursi tanpa mempedulikan Casey yang ikut duduk di depannya. Saat Casey membuka mulut untuk kembali bersuara, Johnathan tampak acuh sembari menyantap sarapannya.   Desahan kasar keluar dari bibir Casey membuat Johnathan melirik ke arahnya. Di dalam hati Johnathan, dia merasa senang membalas perbuatan Casey yang sudah berani mengganggu tidur siangnya.   Ketukan di meja kembali mengalihkan tatapan Johnathan. Lelaki itu berhenti menyantap makanannya dan menatap Casey.   "Sir, is there no apology in your dictionary? Can't your lips say that word? What if you're allergic to say it and you're scared because your tongue gets twisted until you can't talk anymore?"   Johnathan tertawa pelan mengingat ucapan Casey. Dia menundukkan kepalanya dan terus tertawa. Pertanyaan yang dilontarkan Casey yang berniat menyindirnya tadi siang masih menggelitiki perut Johnathan.   Dia tersenyum tipis saat mengingat sesuatu. Ini adalah pertama kalinya dia tertawa saat dirinya merasa terhibur. Tiba-tiba saja Johnathan merasa sangat penasaran terhadap Casey. Wanita itu tampak polos tapi juga ceroboh. Seolah wanita itu menyembunyikan kepolosannya, wanita itu bersikap seperti wanita dewasa.   "Are you miss me, Mr. Johnathan?"   Johnathan tertegun saat suara itu terdengar. Dia menoleh ke arah samping dan terkejut melihat sosok wanita yang memenuhi kepalanya beberapa detik yang lalu. Wanita itu tersenyum manis dan membiarkan rambutnya ikut terhempas angin.   "What are you doing, Mr. Johnathan? Are you looking at the stars, the moon, the sea, or are you thinking about me?   Kekehan itu kembali terdengar, "Thinking about you."   "Why are you thinking of me, Mr. Johnathan?"   "Because..." Johnathan menggantungkan ucapannya. Dia menatap ke arah lain seolah sedang memikirkan alasan memikirkan Casey. Dia terdiam sesaat dan tidak sadar jika bayangan Casey sudah menghilang, "Because i don't know, just-" ucapan Johnathan terhenti saat sadar dirinya sendirian di tempat itu. Sosok Casey hanya bayangan sesaat karena sedang memikirkan tentang wanita itu.   ~   Wanita itu menggeliat saat tersadar dari tidurnya. Casey mendesah pelan sembari membuka kedua matanya. Ini adalah hari terakhirnya libur di minggu ini. Dirinya merasa bingung harus melakukan apa sepanjang hari nanti.   Dia bangkit duduk dan menyingkap selimutnya. Pandangannya memperhatikan sekeliling kamarnya. Casey kembali mendesah pelan melihat keadaan kamarnya yang sangat berantakan.   Di atas meja masih terlihat ada tiga botol minuman yang kosong, sedangkan keadaan sofa sangat berantakan. Bantal-bantal bertebaran di atas lantai dan beberapa pakaian seksinya ikut tergeletak di sana.   Semalam Casey menghabiskan waktunya dengan tiga botol minuman. Merayakan nasib hidupnya yang menurutnya sangat menyedihkan. Jika Casey boleh memilih, dirinya justru ingin tenggelam di dasar laut sampai tidak ada siapapun yang akan menemukannya.   "Lappy!" teriak Casey melihat laptopnya ikut tergeletak di lantai.   Casey bangkit dari ranjang dan berlari. Dia meraih laptop kesayangannya dan mengelusnya. Seharusnya semalam dirinya bisa mengontrol mabuknya hingga tidak membuat barang kesayangannya ikut merasakan kesakitan akibat ulahnya.   "Aku berharap semalam tidak memukulmu, sayang," bisik Casey dan meletakkan laptopnya pelan-pelan di atas ranjang.   Pekikan itu kembali mengisi kamarnya yang sangat berantakan saat melihat boneka beruang kesayangannya yang sudah lusuh ikut tergeletak di dekat sofa. Casey kembali memungutnya dan mengelus-elus bulu putih beruang yang sedikit usang.   "Kau tidak apa-apa, Jo?" tanya Casey dan mengecup bonekanya.   Setelah meletakkan boneka beruang kecil itu di samping bantal, Casey mulai merapikan botol-botol minuman dan membenarkan letak sofa. Semenjak pulang dari pantai Venice, wanita itu tidak bisa berhenti memikirkan sikap lelaki yang tak di kenalnya itu. Ciuman di bibirnya membuat Casey hampir gila karena tidak bisa tidur semalaman. Bahkan dirinya membutuhkan bantuan tiga botol beer untuk menjadi obat tidurnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD