1. Pria baik hati

2009 Words
“Selamat pagi.” Pria itu tersenyum ramah menyapa orang - orang di sekitar. Kompleks perumahan itu terlihat asri, damai sekaligus lebih hidup ketika pria berkemeja biru dengan celana hitam rapi itu mulai muncul dan melangkah tenang menebarkan senyum ramah serta aura kesejukan di sana. Orang - orang di kompleks itu terpana serta menatap takjub pemuda berkacamata itu. Tua, muda dan para ibu - ibu sontak menghentikan kegiatan mereka hanya demi melihat dan bercengkerama dengan pemuda serupa malaikat itu. Namanya Jimmy J. Hudson, pemuda lajang berusia 28 tahun yang berprofesi sebagai seorang Bankir. Kepindahannya di kompleks ini selama kurang lebih delapan bulan telah membuat warna baru di lingkungan itu. Seolah telah menaburkan cahaya ilahi yang membuat kompleks itu terasa seperti surga. Ohh Jimmy terkenal bukan karena ketampanannya, tetapi aura serta kebaikan hati pria itu mengalahkan segala jenis ketampanan di dunia ini, apalagi Jimmy mempunyai pekerjaan yang jelas menambah daftar bahwa Jimmy adalah tipe pria ideal dan menantu idaman. Para ibu - ibu di kompleks berlomba untuk menjodohkan Jimmy dengan sepupu, keponakan serta anak gadis mereka. Tak peduli bahwa anak mereka masih bersekolah bahkan ada yang masih remajapun, mereka jodohkan dengan Jimmy. Berharap Jimmy bisa masuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Jimmy adalah pemuda yang sopan, ramah, baik dan selalu peduli terhadap sesama. Siapa yang tak menyukai pria semacam itu? Bahkan anak sekolah dasarpun bermimpi segera tumbuh dewasa hanya demi menjadi pengantin Jimmy kelak. Intinya, Jimmy digandrungi kaum hawa, membuat iri kaum adam tapi tidak sedikit pula dari mereka yang ikut terpesona. Banyak yang mengejar - ngejarnya. Namun sayang, seberapa cantik, seksi dan sempurna perempuan - perempuan yang mengejar serta disodorkan padanya, hati Jimmy hanya akan tertutuju pada satu sosok, jantung Jimmy hanya akan berdebar pada satu wanita, yakni Diana - perempuan sederhana di seberang rumahnya. Jimmy memelankan langkahnya ketika melihat gadis berambut panjang di sela - sela pagar rumahnya. Perempuan itu seperti biasa dengan cantik dan anggunnya menyirami tanaman - tanaman di sekitar halaman rumah. Diam - diam, Jimmy memperhatikan dan lagi - lagi dibuat terpesona melihat siluet perempuan itu. Satu - satunya perempuan di kompleks ini yang jarang sekali menatap serta tersenyum padanya seperti warga lain di sini. Diana adalah jenis perempuan yang tertutup, tak hanya padanya, dia juga jarang bicara serta berbaur dengan orang - orang komplesk ini. Tetapi tentu saja Diana tetap bersikap sopan meski enggan bergaul bersama warga lain. Tapi satu hal yang Jimmy sangat tahu ialah, bahwa Diana adalah perempuan yang memiliki hati yang baik dan juga kuat. Ya, Jimmy sangat tahu, karena sebenarnya dia sudah mengenal Diana jauh sebelumnya. Sebelum dirinya pindah ke tempat ini. Diana adalah gadis baik hati yang pernah menolongnya dulu, ketika usianya masih dua belas tahun. Gadis yang dia tahu adalah adik kelasnya itu dengan berani menolongnya dari aksi perundungan. Sejak itulah, Jimmy jatuh hati dan berniat membalas kebaikan Diana. Namun Jimmy tak tahu, apakah Diana masih mengingatnya? Serta…. Jimmy tergugu melihat perubahan drastis pada wanita itu. Anak sepuluh tahun yang dulu berani dan ceria, entah kenapa ketika dewasa berubah menjadi pendiam dan begitu tertutup, bahkan Jimmy jarang sekali melihat senyum ceria gadis itu sekarang. Jimmy mengerjap ketika mendapati Diana yang tadi menunduk tiba - tiba menatapnya. Pria itu lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal ketika pandangan mereka bertemu. Tanpa sadar, Jimmy sedari tadi melamun dan hanya berdiri diam menatapi Diana yang tengah menyiram bunga - bunganya. Lelaki itu kemudian tersenyum kikuk dan segera memalingkan wajah menyembunyikan pipinya yang tiba - tiba merona ketika Diana juga memperhatikannya dan balas mengangguk dengan senyum sopannya. Meski senyuman itu hanyalah senyum biasa, tetapi jantung Jimmy tak bisa berhenti berdebar karenanya. Sial. Sial. Sial. Jimmy salting. Pria itu lalu segera melanjutkan langkahnya untuk menenangkan jantungnya yang terus berdebar tak terkendali setiap kali bertemu bidadarinya, Diana. *** "Heh, matamu lihat kemana?" Arnold salah satu tetangga Jimmy menegur adiknya yang sedari tadi pandangannya melirik ke samping, sama sekali tak fokus mencuci mobilnya yang alhasil muka sang kakak lah yang dicuci olehnya. Arnold mendengkus jengkel. Menggeplak kepala adiknya yang dengan sembrono mengelap mukanya yang sudah kinclong habis mandi. Manik kelam pria itu lalu bergulir mengikuti pandangan sang adik. Ia pun kembali berdecak jengkel dan rasanya bertambah kesal kala Monica - perempuan incarannya yang rumahnya tepat di depannya tampak berlari keluar hanya demi melihat dan menyapa lelaki sialan saingannya. Cihhh. Siapa lagi kalau bukan Jimmy, ingin sekali dia menonyor wajah grade B seperti itu. Arnold merasa wajah dan postur tubuhnya jauh berkali lipat lebih bagus dan tampan dari tetangga baru itu. Pikirannya sendiri tentu saja. Bukan pikiran orang lain. "Selamat pagi kak Jimmy." Adiknya dan juga Monica menyapa serempak kala Jimmy berjalan sampai ke rumah mereka. Dan seperti biasa Jimmy tersenyum ramah membalas sapaan mereka. "Pergi kerja kak?" "Pergi ke pemakaman." Bukan Jimmy, tapi Arnold yang menyahut sinis. Begitu sebal melihat adik serta calon kekasihnya tampak berbinar - binar melihat tetangga baru itu. Ia juga muak melihat si Jimmy ini. Lihat saja wajahnya yang dibuat sok ramah dan sering mencari perhatian membuatnya ingin sekali menyetrika wajah pria ini sampai rata. Sang adik seketika menyikut perut kakaknya kesal. "Habisnya kalian sudah tahu dia akan bekerja. Masih bertanya juga." Arnold melirik adik serta Monica, "Dasar genit." Dua sikutan kini mendarat di perut Arnold. Bukan hanya adiknya, Monica pun ikut menyikut. Membuat Arnold mengaduh kesakitan. Jimmy yang melihat itu hanya terkekeh. "Ya, aku akan bekerja." Jimmy masih menjawabnya meski tahu bahwa kedua wanita itu hanya bertanya basa basi. Pertanyaan tersebut tentunya telah berangsur berulang - ulang setiap paginya. Meski begitu Jimmy sama sekali tidak merasa lelah dan jengah menanggapi pertanyaan semua orang padanya. Karena baginya setiap orang harus dihargai dan diperlakukan dengan baik. Mendengar suara halus penuh kedamaian itu membuat kedua wanita yang berdiri di samping kanan dan kiri Arnold seketika meleleh. Telinga mereka seakan dimasuki oleh sebuah lagu syahdu nan menenangkan membuat mereka bahagia dan ingin tidur saja. Terlelap ke dalam pelukan hangat manusia bernama Jimmy. Oh ya ampun. Bagaimana hanya dengan suara saja bisa membuat orang meleleh. Jimmy memang malaikat. Sekarang Arnold ingin sekali menimpal kedua wanita yang sudah seperti jelly ini. "Kak Jimmy sudah sarapan?" "Aku belum sarapan. Dia sudah." Sahut Arnold lagi. Kali ini nada suaranya penuh semangat kala wanita pujaannya menawarkan makan. "Siapa yang bertanya padamu?" Monica menyahut sengit. Raut wajahnya yang tidak bersahabat di depan Arnold tadi seketika berubah menjadi penuh kelembutan kala kembali menoleh pada Jimmy. Jimmy kembali terkekeh. Dia lalu menggeleng dan menolak dengan sopan, "Aku belum sarapan, tapi selalu makan di dalam perjalanan." "Cihh, sok jual mahal." Gumam Arnold yang langsung mendapat injakan kaki dari adiknya. Lelaki itu tidak terima dan hendak membalas sang adik yang sudah berlari mencari perlindungan di belakang tubuh Jimmy. "Kak Jimmy tolong! Kakakku ingin membunuhku." "Dasar adik kurang ajar. Ke sini kau! Ke sini!" Arnold terus mengejar adiknya, namun gadis remaja itu terus memutar - mutari tubuh Jimmy. Selain untuk menghindari kakaknya, dia juga ingin dekat - dekat dengan Jimmy dan menempeli tubuh pria pujaannya. 'Dasar centil.' Arnold menggerutu. Tahu betul modus adiknya. . Lalu pria itu, si Jimmy sialan. Mau - mau saja ditempeli adiknya seperti itu. 'Huh, dasar pria sok tampan. Aku bersumpah akan memukul wajahnya.' Gumamnya dalam hati. Lalu saat dirinya hendak menarik lengan adiknya, tanpa diduga dirinyalah yang tersandung dan hendak jatuh terjengat aspal. Tetapi beruntung Jimmy dengan sigap menopangnya membuat Arnold seketika menghela nafas lega. "Anda tidak apa - apa?" Arnold mengerjap. Dia lalu mendongak dan tersentak ketika posisinya begitu dekat dengan pria saingannya itu. Dia melihat iris cokelat Jimmy yang tampak terang berkilau. Dan juga tatapannya bergulir di wajah pria itu. Tampan. Tiba - tiba pipinya memerah. Ia segera melepaskan topangan Jimmy dan berseru. "Aku tidak apa - apa." Jawabnya. Gila, bisa - bisanya dia memuji saingannya. "Kalau begitu aku pergi dulu. Jika tidak aku akan ketinggalan kereta." Ucap Jimmy. "Kak Jimmy kan bisa naik mobil." Celetuk Monica yang tidak habis pikir. Bahwa seorang Jimmy, yang mempunyai mobil mewah di rumah namun lebih memilih menaikki kendaraan umum. Lalu buat apa mobilnya? Jimmy tersenyum, "Naik kereta lebih menyenangkan." Jawabnya. Pria itu lalu kembali berjalan menuju tempat kerjanya. Ya, Jimmy memang lebih suka menaikki kendaraan umum. Aktifitas rutinnya di pagi hari ialah mampir ke kedai membeli kopi dan sandwich untuk sarapan paginya. Setelah itu Jimmy akan berjalan menaikki kereta bawah tanah menuju kantornya. Salah satu Bank terkenal di negara ini. Meskipun dirinya memiliki mobil, namun Jimmy lebih suka tampil sederhana. Berbaur dengan masyarakat umum dan melihat luasnya dunia. Jimmy adalah pria yang sangat positif. Menaikki kendaraan umun akan lebih membuatnya senang karena dia bisa bertemu dengan orang dan mendengar pengalaman beberapa menit dari orang - orang yang ia temui. Dia sangat suka berbaur. Karena baginya berbaur itu penting. ### ‘Sesosok mayat berjenis kelamin pria ditemukan di dekat kawasan danau S City. Kondisi mayat tersebut ditemukan dalam kondisi mengerikan dengan perut terbelah sementara organ dalamnya berceceran seperti dicabik - cabik binatang buas. Ini adalah mayat ke lima yang ditemukan dalam kondisi yang sama. Banyak yang mengatakan hal itu adalah ulah binatang buas, namun polisi menemukan bukti kuat bahwa hal itu merupakan ulah manusia gila alias psikopath.’ ‘Tiga diantara mayat yang ditemukan itu memiliki ciri yang sama, yakni orang - orang berpengaruh di dalam pusat pemerintahan Genovas Island. Namun, dua mayat lainnya merupakan warga sipil. Polisi masih menyelidiki kasus ini.’ “Mengerikan sekali.” Seorang pria paruh baya berkomentar ngeri. Kasus pembunuhan berantai itu sudah dalam sebulan menjadi headline news dan menggemparkan Genovas Island, terutama kawasan S City, lantaran ke - 4 kasus itu terjadi di kota ini sementara satu yang lain berada di luar kota. “Ini pasti politik.” Pria botak lain berkomentar sembari menyeduh kopi. Seperti biasa, para karyawan S Bank tengah berkumpul di sela - sela jam istirahat. Mereka saling bercengkerama di salah satu kedai dekat tempat mereka bekerja. Yang mereka bahas beraneka ragam, termasuk saat ini. Pembunuhan berantai. “Tiga pria yang dibunuh itu adalah penjabat dan pengusaha. Kemudian dua warga sipil itu pasti juga berhubungan dengan mereka. Ini pasti politik, apalagi.” Ujarnya menganalisis. Pria yang lain mengangguk dan menimpali, “Ya, sepertinya begitu.” Pria berperut buncit itu menjorokkan kepala, bicara lebih dekat pada teman - temannya, “Kalian tahu tidak~." Jeda sejenak. "Dengar - dengar di dunia gelap orang - orang berpengaruh akan menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan saingan mereka. Pembunuh bayaran itu sudah terorganisir dan mempunyai tingkatan - tingkatan level.” Ucapnya sok tahu. “Sepuluh tahun yang lalu sempat ada berita menghebohkan bahwa terjadi pembantaian di beberapa tempat. Dan kau tahu, pembantaian itu dilakukan oleh sesama pembunuh untuk mencapai posisi yang teratas.” Rekan - rekannya yang lain mengernyit, ada yang bergidik, “Benarkah?” Pria buncit yang tadi bercerita itu menyimpitkan mata menatap teman - temannya lalu mengangguk - angguk seolah bersungguh - sugguh dengan apa yang dia katakan. Dan ketika teman - temannya saling berpandangan sembari mengernyit ngeri, pria buncit itu tiba - tiba menyemburkan minumannya dan gelak tawa sontak meledak, “Tentu saja itu benar - benar fiktif bodoh! Wkwwkkwkwk.” Pria itu terus tertawa sampai perut buncitnya bergoncang tak karuan, “Mana ada organisasi pembunuh, pembantaian pembunuh itu hanya ada dalam film atau novel. Salah satunya Jhon Whick. Aku hanya mengarang saja. Wkwkkwk.” Rekan - rekannya yang lain terdiam. Saling berlempar pandang dan seketika menyerbu si buncit itu, menggoncang - goncang tubuhnya, ada yang gregetan ingin mencekik serta merobek mulut temannya itu. Mereka sudah mendengarkan antusias namun ternyata semua hanya karangan si Paul b******k itu. Sialan. Jimmy yang baru datang dan melihat itu semua hanya tersenyum dan menggeleng - gelengkan kepala melihat tingkah laku rekan - rekannya itu. “Kopinya satu.” Pinta Jimmy, duduk di sebelah mereka sembari memesan segelas capucinno. Sementara pria buncit itu melirik ke arah Jimmy dan meminta pertolongan kepada satu - satunya rekannya yang paling waras dan baik hati. “Tolong, Tolong!! aku dianiaya. Panggilkan polisi Jimmy.” Teriak pria tersebut dan Jimmy sekali lagi terkekeh asri akan tingkah absurd teman - temannya itu. Ahhh kehidupan ini menyenangkan. Jimmy lalu menatap ke atas. Ke layar televisi yang masih menampilkan beruta pembunuhan. Kenapa ada manusia yang tega membunuh manusia lainnya? ***

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD