bc

Dejavu (Ada apa dengan diriku)

book_age16+
9
FOLLOW
1K
READ
fated
self-improved
student
bollywood
drama
mystery
campus
slice of life
like
intro-logo
Blurb

Persiapan Pooja, seorang gadis bermata coklat dengan rambut sepingang dalam meghadapi kegiatan praktek lapangan dari kampusnya. bisakah ia tinggal di tempat baru yang berbeda dengan tempat tinggalnya selama ini

chap-preview
Free preview
Jadi, ini semua....
Pooja mengerutkan keningnya memandang hutan jati yang terbentang di hadapannya, dia benar-benar tidak menyangka bahwa tempat praktek lapangannya benar-benar terpencil. Hampir 40 kilometer dari pusat kota, perjalanan harus ditempuh dengan jalur darat, melewati hutan lebat nan gelap dan jalanan yang rusak parah, membuat tubuh mereka berguncang-guncang di perjalanan, di bak truk yang mereka tumpangi. Mereka berduapuluh, tak semua saling mengenal, walau satu kampus, mereka tidak satu fakultas. Ternyata perjalanan panjang itu cukup membuat mereka kelelahan, mereka beristirahat di rumah penduduk. Pooja hanya mengenal Mansi, Arun, dan Vin dari kesembilanbelas teman yang lain. Kebetulan ia juga serumah dengan Mansi, jadi tidak takut akan melakukan segala sesuatunya sendiri. Sekarang sudah hampir dua bulan Pooja di sini, masa praktek lapangannya nya sudah hampir habis. Perasaan lega dan puas bercampur aduk di benaknya. Setidaknya dia telah melakukan sesuatu. Penduduk sekarang bisa memakmurkan desa mereka yah, minimal keluarga mereka sendiri. Hanya satu yang masih mengganjal, penduduk desa kebanyakan baik dan ramah, mereka menganggap Poo dan teman-temannya seperti keluarga sendiri. Tapi sayangnya, ada seorang pria yang menurutnya sangat menyebalkan, ia berbeda dengan kebanyakan penduduk disini. Pooja mengingat pertemuan pertamanya dengan pria itu beberapa hari yang lalu Flashback "Hai, aku sudah 6 minggu disini, tapi baru pertama melihatmu" sapa Pooja "Lalu?" Jawab pria itu "Haaah, Lalu? Mmm, Aku hanya bertanya, apa kau penduduk asli sini?" Pria itu diam, kemudian mengangguk lemah "Sudahlah, Poo. Jangan hiraukan. Kita harus ke balai desa sekarang" bisik Vin yang saat itu ada di sebelahnya. "Baiklah. Kita harus pergi. Permisi" pamit Pooja pada pria itu Di perjalanan Pooja masih saja memikirkan pria itu, ia bahkan berjalan tanpa melihat apa yang ada di depannya "Poo, jangan melamun. Kau menabrak seseorang" ujar Vin membuyarkan lamunannya "Maaf" ujar Poo pada orang itu "Eh, ada non Pooja. Sedang apa atuh non, kok melamun?" Tanya orang itu yang ternyata Veebha, pemilik rumah yang ditempatinya "Hai, Veebha" sapa Pooja senang "Aku mau tanya boleh?" "Boleh atuh, non. Ada apa yah?" "Tadi aku bertemu seorang lelaki yang baru kulihat kali ini. Dia butek sekali, tampangnya juga dingin, pucat lagi wajahnya, kau tahu siapa?" "Eh, itu toh non? Kayanya yah, disini cuma Den Aham atuh yang punya ciri-ciri seperti yang non Pooja katakan tadi" jawab Veebha ragu "Aham? Siapa dia ya?" Selidik Pooja "Aham teh, anak dari tuan tanah di desa ini. Dulunya sih, tuan Aham itu baik sama semua orang, disukai juga oleh banyak gadis di desa ini. Kemudian ia… " "Poo, kita sudah telat. Lupakan ke kepoanmu itu untuk sementara" bisik Vin jengkel Poo mendengus kesal ke arah Vin, kemudian wajahnya berubah menjadi cerah "Eh, Aku duluan ya, Vee. Sudah di tunggu, nggak enak. Nanti malam kita ngobrol lagi ya" ujar Pooja pada Veebha "Iya atuh, non. Hati-hati" Setelah itu Pooja ke balai desa bersama Vin. Hari sudah senja, baru ia bisa pulang ke rumah singgahnya. Ia mencari Veebha, tapi tak menemukannya, hanya menemukan Richa, adik perempuan Veebha "Kak Veebhanya gimana ya dek?" Tanya Poo "Kak Veebha masih belum pulang kak, non" jawab Richa "Oh, ya sudah, panggil kak aja ya. Aneh rasanya di panggil non. Kan kakak sudah pernah bilang" ujar Poo "Tidak sopan, non. Itu tradisi. Orang yang datang di desa ini, dan mendapat penyambutan formal harus dipanggil Non, atau Den" "Baiklah. Aku masuk yah. Capek" pamit Poo Flash back off Setelah kejadian itu, Poo sangat susah untuk bertemu dengan Veebha. Entah apa alasannya, ia sendiri juga tidak tahu. Sudah seminggu kejadian itu berlalu, ia masih penasaran dengan si Aham itu. 'Besok aku harus mencari tau. Atau aku akan pergi dari desa ini dengan perasaan bertanya-tanya. Aku harus mencari tau. Apapun caranya' tekad Pooja. Hari sudah gelap, Poo larut dalam keheningan malam, kemudian tertidur. Tak lama kemudian, ia tersentak kemudian bangun dari tidur nya. Nafasnya masih memburu mengingat mimpi itu. Mimpi yang sama seperti semalam. Mimpi yang terus menghantuinya sejak seminggu ini. Mansi yang tidur di ranjang sebelahnya seolah tak terganggu dengan nafas Pooja yang tersengal-tersengal, ia masih tertidur nyenyak. "Ada apa ini? Mimpi apa ini? Kenapa selalu datang?" Batin pooja di tengah ketakutannya. "Praannggg..." terdengar bunyi seperti barang pecah belah yang terjatuh. Pooja kaget, ingin melihat apa yang terjadi, tapi ia takut. Ia memutuskan untuk berbaring lagi, memejamkan matanya, namun tak bisa. Akhirnya ia putus asa, ia terus terjaga sampai pukul 3 dini hari. Diluar, hari masih sepi. Juga sedikit gelap. Lampu yang ada tak cukup untuk menerangi seluruh penjuru desa. Pooja keluar kamar, dan melihat ada vas yang biasanya diletakkan di ujung ruang tamu pecah di tengah-tengah ruangan. Tak ada orang disana, ia masih ragu. Ia curiga dengan apa yang baru saja terjadi, itu bukan khayalannya. Itu kenyataan. Pooja mengendap endap keluar rumah, memutar kunci dan pintu terbuka tanpa suara. Ia memandang sekelilingnya yang masih sunyi, ia berjalan, terus berjalan, sampai kemudian ia berdiri di tempat pertama ia bertemu dengan Aham. Dari tempatnya berdiri, ia melihat pemandangan yang mengejutkannya. Ada Aham disana, tapi wajahnya terlihat sedikit lebih muda dan cerah, bukan wajah dingin yang selama ini dilihatnya, ia sedang duduk disana bersama seorang gadis yang berusia sekitar 10 tahun. 'Sejak kapan ada ayunan disana?' Batin Pooja heran sambil memandang sekelilingnya, 'Atau jangan-jangan ini hanya khayalanku saja' Batin Pooja yang membuat bulu kuduknya merinding. Ia melihat ke arah dimana ia melihat Aham tadi, dan... tak ada, tak ada apapun yang dilihatnya. Semua menghilang, termasuk ayunannya. Pooja menelan ludah, takut, kemudian berbalik hendak kembali ke rumah dan melihat Aham yang tengah menatapnya tajam. Pooja ketakutan. "A... ada.. apa...????" Tanya pooja ketakutan. "Pergi dari sini, segera" suara Aham terdengar berat. Tanpa menunggu di perintah untuk yang kedua kalinya, ia segera berlari, menjauh dari itu. Menuju rumah singgahnya. Ia sampai di depan pintu dengan nafas memburu. Ia berusaha menenangkan diri, kemudian "Hei, apa yang kau lakukan disini?" Tanya sebuah suara. "Hah?!" Pooja kaget, mendongak dan menemukan Mansi berada di situ. Ia memandang Mansi lekat-lekat, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Kau kenapa?" Tanya Mansi heran "Kau mengagetkan ku" jawab Pooja setenang mungkin. Mereka masuk, Pooja melayangkan pandangan hati-hati ke setiap penjuru ruangan. Ia menemukan vas bunga yang tadi pecah dan tergeletak di lantai sudah kembali ke tempat semula, utuh. Mansi heran dan bertanya pada Pooja apa ia sakit?, Pooja hanya menggeleng pelan. Hari sudah siang, matahari tepat di atas kepala. Pooja berjalan sendiri karena temannya yang lain mendapat piket jaga di balai desa. 'Harusnya aku tinggal disana saja tadi' batinnya menyesal. Ia bertemu Richa, dan meminta Richa mengajaknya berkeliling desa, mungkin ke tempat yang belum pernah dikunjunginya. Richa mengiyakan, mereka terus berjalan-jalan sambil mencari makan. Setelah makan, Richa pamit mau ke temannya, sudah di tunggu katanya. Pooja akhirnya berjalan sendiri. Ia takut, ia berjalan cepat selama di jalan. Saat sampai di rumah, ia tak langsung masuk, ia duduk di beranda untuk menenangkan nafasnya yang tidak teratur. Ia melihat Veebha pulang, mau masuk, "Hai, Vee. Kau sepertinya sibuk sekali akhir-akhir ini??" Sapa Pooja "Hai juga, non. Ah, itu hanya perasaan non Pooja aja atuh" "Kau sudah makan?" "Sudah non. Non Pooja sudah makan?" "Sudah" "Ya sudah. Saya balik ke ladang atuh. Permisi" Pooja terbengong 'Aneh' Batin Pooja Ia masuk dengan wajah bingung lalu nyaris berteriak karena menemukan ruang tamu yang berantakan. Pooja keluar, berlari menuju balai desa, tapi di tengah jalan sudah bertemu dengan Arun dan Vin. "Kau kenapa?" Tanya mereka berbarengan melihat pooja begitu ketakutan. Pooja menggeleng, lalu meminta mereka mengantarnya pulang. Saat mereka masuk, rumah sudah rapi lagi. Pooja kaget. Ia meminta Vin dan Arun tetap tinggal. Vin tidak mau, katanya ia harus ke ladang penduduk melihat pertumbuhan tanaman yang kemarin di tanamnya. Arun tak bisa menolak saat Pooja memohon padanya, Arun tidak tega melihat Pooja begitu ketakutan. Sebenarnya, Arun menyukai Pooja, namun tak berani menyatakan perasaannya, takut Pooja malah membencinya. Pooja masuk ke kamarnya, dan meminta Arun menunggu di ruang tamu. Arun menyanggupinya, dan benar Pooja keluar tak lama kemudian, dengan kaos pink lengan panjang dan legging hitam dengan rambut panjangnya yang tergerai basah menambah daya tariknya. Arun memandangnya lekat-lekat, sambil bergumam dalam hati 'kau terlihat cantik, cantik sekali, apalagi rambutmu yang kau biarkan tergerai itu' Pooja tahu Arun memandangnya, ia menggodanya "Aku terlihat cantik bukan? Terlebih dengan rambut basah ini" sambil memainkan rambutnya hingga mencipratkan sedikit tetesan air ke wajah Arun. Arun tak marah, sama sekali tidak marah. Hanya tersenyum manis. "Kau sudah mandi?" Tanya Pooja "Sudah dong, nona cantik" rayu Arun setengah mengejek. "Ayo jalan" ajak Pooja. Tentu saja arun tak menolak, sudah lama ia menginginkan ini. Berduaan dengan Pooja, tapi ia tak pernah membayangkan bahwa Pooja lah yang mengajaknya. Mereka berjalan sambil berbincang tentang a sampai z. Mereka terus berjalan sambil makan malam di luar, Pooja tak pernah lepas dari senyumnya, Arun melihatnya senang. Hari sudah mulai malam, Pooja mengajak pulang. Arun bilang ia mau mengantar Pooja, Pooja tersenyum lega. Saat sampai di depan rumah, Arun pamit, hendak pulang. Takut dicari pemilik rumah, katanya. Pooja mengangguk. Sepeninggal Arun, Pooja berusaha membuka pintu depan, tapi tidak bisa. Terkunci. Ia tak mau ambil pusing, ia menuju jendela yang bisa membawanya langsung masuk ke kamar. Ia masuk ke dalam kamarnya, dan membersihkan beberapa barang yang berantakan, ia lelah, hendak tidur. Ia keluar dari kamar dan menemukan ruang tamu sangat berantakan, ia kaget, tak percaya. Ia juga melihat ada sesosok wanita yang tengkurap di antara pecahan barang. Pooja memberikan diri untuk mendekat dan membalikkan badan itu, dan menemukan Mansi tak sadarkan diri. Suaranya tercekat saat ia hendak berteriak. Ia tak sanggup menahan detak jantungnya yang berpacu terlalu cepat. Ia roboh dan tak sadarkan diri. Di balik tirai ruangan, terdapat sepasang mata jahat yang melihat kejadian itu. Ia menyungginggkan senyuman licik saat melihat Pooja tak sadarkan diri. ... Pooja membuka matanya dan menemukan dirinya sudah berada di ranjang. Mansi ada di sebelahnya, tapi sebelum sadarkan diri juga. Pooja sudah tak sanggup untuk membayangkan semua kejadian aneh yang dialaminya saat ini. Tidak, bukan hanya saat ini, tapi akhir-akhir ini. Pooja berjalan menuju pintu, hendak keluar dan meninggalkan desa ini, kerumah ini minimal. Ia membuka gagang pintu dan terkunci. Ia berusaha lebih keras sekarang, bahkan nyaris menangis. Pintunya aneh, tak bisa dibuka. Seolah di kunci dari dalam, ia juga sudah berulang kali mencoba memutar kunci itu.. namun hasilnya nihil. Tetap tak bisa. Mansi sudah ada di samping nya kini. Ia juga ketakutan. Lalu terdengar suara ribut dari luar. Mereka saling berpandangan, takut. Lalu duduk memeluk lutut masing-masing di ujung kamar. Masih terdengar suara keributan itu. Pooja semakin ketakutan, matanya sudah sembab sehaj tadi, ia berusaha menahan air matanya keluar. Namun secara tak sengaja ia mulai terisak, menangis. Mansi yang melihatnya, memeluknya, berusaha menenangkannya. Pooja menceritakan semua kejadian yang aneh ini pada Mansi. Mansi hanya mendengarkan, tak kaget, seolah dia tahu apa penyebabnya. Hanya sesekali ia mengangguk. Setelah Pooja berhenti bercerita, kini Mansi menatapnya dalam, Pooja takut. Tapi Mansi mengatakan, bahwa tidak apa-apa, Mansi menceritakan semua kejadian itu. Secara gamblang, bahwa ia juga melihat beberapa hal ganjil setelah ia bertemu dengan Aham. Pooja shock, Mansi bercerita semua yang ia ketahui. "Aham adalah saudara mu, kakakmu lebih tepatnya. Ia tinggal bersama Ayah kalian. Sedangkan kau dibawa pergi Ibumu sejak kau berusia 9 tahun. Kau mungkin tidak bisa mengingat ini, karena kau pernah mengalami trauma yang mendalam akibat perpisahan orang tua, saat malam hari dan mati lampu. Itu yang membuatku takut akan gelap dan petir. Veebha adalah kekasih Shaheer sebelum kau mengenalnya, Shaheer mengalami trauma mendalam karena kejadian itu, saat kau menolaknya dan ia kehilangan pekerjaannya yang sangat diimpikannya. Veebha menganggap kau adalah penyebab kematian jiwa Shaheer, ia baru mengetahuinya minggu lalu. Saat kau pergi, ia tak sengaja menemukan foto mu dengan Shaheer. Bersamaan dengan kau melihat Aham, ia selalu mengikutimu, hanya saja kau tidak sadar akan itu. Aham dianggap gila sejak pulang dari kota untuk mencarimu. Sedangkan pecahan barang, itu adalah salah satu cara Veebha untuk membuatmu gila. Dia ingin menuntut pertanggung jawabanmu." Mansi terus bercerita hingga tak terdengar suara keributan. Mereka berlari ke pintu dan segera berlari ke luar rumah itu. Saat mereka melihat ke belakang, rumah itu tampak biasa, tak ada keributan disana. Mereka berbalik dan menemukan Veebha ada di depan mereka dengan tatapan jahat, dan Richa sebagai sanderanya. Aham datang, menarik Richa pergi menjauhi Veebha. Veebha berhasil di taklukan oleh Aham setelah ia yakin Richa aman di dekapan Pooja. Aham menceritakan semua yang diketahuinya, sama seperti cerita Mansi. Pooja senang, ia memeluk Aham. Tapi begitu dingin, hingga dinginnya menjalar ke tubuhnya juga. "Lalu, bayangan itu?" Tanya Pooja. "Bayangan apa?" Tanya Aham dan Mansi bersamaan. "Bayanganmu dengan seorang gadis yang kulihat sore itu?" "Mungkin hanya halusinasimu" jawab Aham. Kemudian ia melihat bayangan Shaheer disana, bibirnya seolah mengisyaratkan "aku yang membuatnya" Pooja tertegun. Tubuh Aham semakin dingin dan terasa beku di pelukannya. Pooja merasakan ada air yang membasahi tubuhnya, ia terjaga karena bonus teriakan kakaknya. "Pooja, bangun sayang. Masa anak gadis jam segini belum bangun. Poo, Poo" teriak Aham "Aaa” Teriak Pooja sesaat sebelum bangun dari tidurnya “Eh, kak Aham" tambahnya begitu melihat wajah kakaknya yang tampan itu. "Mandi sana, ingat hari ini kau pergi prakerin. Shaheer sudah menunggu di bawah" ujar Aham. 'Astaga, aku bermimpi buruk. Sangat buruk. Syukurlah ini hanya mimpi. Tapi walau begitu, mimpi ini konyol. Masa aku tidak kenal Aham? Masa iya si Arun itu menyukai ku? Siapa Veebha? Siapa pula Richa? Ah, lupakan' Batin Pooja saat di kamar mandi Pooja segera mandi dan turun ke bawah menemui kekasihnya itu. "Hai, sayang" sapa Shaheer "Hai, dear" balas Pooja Mereka pun berangkat ke kampus bareng. Setelah sampai di kampus, mereka naik truk terbuka dan melewati hutan jati. Pooja melihat pohon di sekitarnya, dan menelan ludah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.2K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
50.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook