Teringat Perkataan Papa

1595 Words
Shena Wijaya POV Aku mendadak terbangun karena merasa ingin buang air kecil. Aku tidak mengetahui sekarang jam berapa, biasanya begitu bangun yang dicari pertama kali oleh kedua mata ini adalah jam di nakas, namun sekarang tidak perduli, karena sudah tak tahan ingin berkemih. Kalau sampai mengompol itu sangat memalukan, pikirku dalam hati. Aku hanya ingin segera sampai ke Bathroom. Aku terduduk sebentar di atas ranjang, mengerjapkan mata beberapa kali. Setelah nyawa terkumpul sepenuhnya, aku lalu perlahan turun dari ranjang, dan berjalan tertatih-tatih ke Bathroom. Setelah mencapai tempat itu, aku langsung menunaikan hajat yang tertunda, yaitu buang air kecil. Ketika semuanya selesai dan beres, ku cuci kedua tangan dengan air, dan sabun agar bersih. Badanku masih terasa ngilu dan pegal, sesekali tangan ini memijat pundak, dan tangan yang terasa linu. Setelah terdiam beberapa saat, aku keluar dari Bathroom. Perjuangan untuk mencapai jalan ke ranjang sama beratnya dengan turun dari ranjang, karena kondisi tubuh yang sedang sakit, dan tidak fit. Memang tak nyaman rasanya, namun aku tak mau menjadi cengeng atau manja. Ketika sudah di ranjang, aku merebahkan tubuhku di atasnya. Akhirnya sampai juga, betapa nyamannya berbaring di atas kasur yang empuk, walaupun sekujur tubuh terasa ngilu sampai ke tulang-tulang, namun tetap diriku bersyukur setidaknya ada tempat untuk berteduh, dan aman dari gangguan kejahatan. Aku merasa sangat letih, pikirku. Seandainya aku memiliki seorang kekasih yang perhatian, penyayang, dan mau memijat walaupun hanya pundak atau tangan ketika sakit, betapa bahagianya hati ini, gumamku tanpa sadar. Aku memejamkan kedua mata, lalu teringat bahwa umurku sudah 22 Tahun. Papa, Lukas Wijaya, pernah bertanya apakah pernah berpikir tentang pernikahan? Aku menjawab belum memikirkan hal itu karena kuliah masih belum selesai. Beberapa hari lalu tepatnya sebelum Meeting Keith yang diadakan di Restoran tempatku bekerja Part Time, Papa kembali memintaku agar bisa berkenalan dengan salah satu kenalan bisnisnya. Ketika mendengar hal ini, aku sudah menduga bahwa ini bukanlah perkenalan biasa. Sejujrnya, aku merasa heran, mengapa Papa seolah ngotot agar kami berdua berkenalan? Apalagi usia kami jauh berbeda, 10 Tahun. Pria yang bernama Keith lebih pantas menjadi Abang atau Oom daripada menjadi kekasih. Apa kata teman-teman, keluarga, dan siapapun yang mengenal keluarga kami? Apakah wajah pria itu jelek sehingga dia sampai meminta Papa agar mempertemukan kami? Aku jadi curiga karenanya. Aku kembali mengingat saat 3 Bulan lalu Papa memintaku untuk berkenalan dengan rekan bisnisnya: ** Flashback On ** "Shena, Nyi (kamu) sudah berusia 22 Tahun. Nyi (kamu) juga sedikit lagi membuat tugas akhir. Sudah ada rencana?" Tanya Papa, Lukas Wijaya. Saat itu kami semua sedang sarapan di Dining Room. Aku memiliki jadwal kuliah jam 10:00, sehingga masih bisa menyempatkan diri untuk sarapan bersama keluarga. Aku mengerutkan kening, tumben sekali Papa bertanya tentang rencana di masa depan? Tapi tunggu dulu, ada apa ini? Hal ini sangat biasa, mencurigakan sekali, pikirku dalam hati. "Rencana apa, Pa?" Tanyaku bingung. Jangan katakan bahwa kecurigaan yang muncul itu benar, kalau iya berarti berbahaya. "Rencana menikah," jawab Papa tenang. What?! Apa katanya tadi, MENIKAH?! Papa sedang bercanda, kan?? "Uhuk, uhuk!" Aku terbatuk-batuk dan Matthew mengambilkan air putih, lalu dengan sigap aku meminumnya. "***!" Kataku pada Matthew. *Terima kasih.* "Sama-sama," Jawab Matthew kepadaku. Matthew juga menaikkan alisnya saat melihat Papa. Siapa yang tidak tersedak saat dengan santainya Papa menanyakan kepadamu kapan menikah seolah pernikahan itu membeli baju ketika cocok langsung ambil dan beli? Yang benar saja! "Papa tidak salah?" Tanya Mama ke Papa, wajahnya terlihat heran. Mama terlihat tidak jadi menyendokkan makanan ke mulutnya karena perkataan Papa. Sudah pasti Mama keheranan dengan ucapan, dan tingkah Papa yang 'ajaib' hari ini. "Tidak. Papa tidak salah bertanya," jawab Papa dengan tenang dan kalem. "Ngai (Saya) pacaran sama Dean, Pa. Papa juga mengenal dia. Ngai sudah 3 tahun pacaran," kataku heran karena mendengar ucapannya tentang pernikahan. Halo? Dean tidak Papa anggapkah? Bagaimana Papa bisa lupa? Ayahnya Dean kan juga rekan bisnis Papa! Gerutuku dalam hati. "Justru itu. Kamu dan Dean akan lulus bersama. Kamu juga kan akan mulai 2 hari lagi akan kerja Part-time, Dean sudah mulai magang di perusahaan Ayahnya, nah tunggu apalagi?" Tanya Papa tenang tidak menghiraukan protesku dan Mama. Oh God, dimana-mana yang seharusnya bawel mengenai pernikahan adalah Mama, nah ini malah Papa yang bawel. Apa ga salah lahir nih Papaku? Harusnya dia lahir di badan Mama begitu pula sebaliknya! Aku menggerutu dalam hati. "Pa, kami berdua belum lulus kuliah. Cece semester ini hanya ada 3 mata kuliah dan sembari kuliah sudah mengumpulkan riset untuk membuat topik, judul, dan isi skripsi. Setelah Cece lulus kuliah, mulai bekerja di perusahaan Papa," jawabku panjang lebar Yeah, aku serius tentang tugas akhir. Aku sudah memulai mencari topik dan judul yang sesuai sejak semester ke 3. Dari 5 topik aku memilih 3 topik saja lalu mengerucut jadi 1 topik dan 1 judul. Aku sengaja membuat lebih awal supaya tidak panik bila sudah waktunya membuat tugas akhir. Kebiasaan yang Well prepared ini sangat membantu sehingga nanti tidak perlu kebingungan saat pengerjaannya. Mana Papa berpikir kalau aku sudah berkonsultasi dengan beberapa Professor mengenai ini. Mereka bahkan bersedia menjadi pembimbing bila aku meminta bantuannya. "Kamu masih ragu dengan Dean rupanya, Ce?" Pancing Papa. Skak mat! Aku langsung tidak jadi menyuapkan daging kecap buatan Mama yang terkenal enak diantara keluarga Darmadi itu ke dalam mulut. Aku tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Papa sama sekali. Memang benar aku masih ragu dengan Dean. Dia pernah membahas tentang pertunangan, dan pernikahan, namun aku masih belum tertarik, gumamku dalam hati. Semua mata sekarang memandang kepadaku. Hening sesaat di meja makan karena pertanyaan Papa. "Kalau Cece masih ragu dengan Dean, Papa mau memperkenalkan Nyi kepada rekan bisnis Papa. Namanya Keith, usianya 32 tahun. Dia tengah mencari seorang istri," ucap Papa di tengah keheningan. Kesunyian semakin terasa dan kecanggungan menguar. "Papa mau menjodohkan Cece?" Tanyaku dengan suara bergetar menahan kesedihan, sekaligus amarah. Papa tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Papa hanya ingin memperkenalkan saja, Cece. Papa bukannya ingin menjodohkan kalian. Cobalah bertemu dulu dan berkenalan, tidak ada salahnya, kan?" "Papa tidak salah? Usia Keith lebih tua 10 Tahun. Pria itu sudah 32 Tahun, sudah dewasa, pasti dia bawaannya mau segera menikah. Anak kita baru berusia 22 Tahun, lulus kuliah saja belum!" Mama memrotes ucapan Papa. "Justru itu bagus bila Puteri kita mendapat suami yang lebih tua usianya dari dia, Ma. Kita sendiri berbeda 10 Tahun!" Ucap Papa tak mau kalah. "Pa, zaman sudah berubah. Jangan paksakan anak kita. Dean juga kita sudah lama mengenalnya. Wajar kalau Shena belum terpikirkan untuk menikah, mereka masih muda!" Mama kembali membelaku. "Papa tetap akan memperkenalkan Cece pada Keith. Papa mengenal dia, dan Papa melihat dia cocok untuk Shena. Apa salahnya memilihkan jodoh yang terbaik bagi anak sendiri? " Tegas Papa yang dari nada bicaranya sudah tak mau dibantah. Nafsu makan seketika menghilang. Aku memiliki firasat buruk tentang perkenalan paksa ini. "Papa ada hutang dengan Keith atau perusahaan kita mau bangkrut?" Tanyaku pelan. Yang ku alami seperti di sinetron-sinetron yang sering ada di TV. Aku memberanikan diri menyuarakan pendapat yang ku pendam dan itu semua berasal dari firasat buruk. "Apa maksud Nyi, Cece?" Tanya Papa, alisnya naik satu. "Cece bertanya, apakah perusahaan Papa sedang ada kesulitan keuangan atau sedang memiliki hutang yang besar, sehingga Papa ngotot mempertahankan pendapat untuk memperkenalkan Cece dengan Keith?" Tanyaku dengan nada pelan dan sopan. Bisa saja kan, Papa terlilit hutang dan aku jadi penjamin atau pertukaran hutang? Aku sering menemui hal-hal semacam itu di novel. Apakah apa yang ada di novel-novel itu sekarang terjadi padaku? Aku sudah mencoba menahan tangis karena kesal. Papaku terdiam, "Pokoknya, Cece harus berkenalan dengan Keith! Walau tidak sekarang, kalian akan tetap Papa pertemukan!" Jawab Papa tegas, tidak menerima dibantah. Khas seorang Lukas Wijaya. Aku, Mama, dan Matthew membisu. ** Flashback Off ** Aku mendesah mengingat kejadian itu. Mengapa di kala sakit malah teringat perkataan Papa itu? Memori ini hanya teringat yang buruk saja, memori indah saja tidak muncul di kepala, dan di ingatan, bisikku sedih di dalam hatiku. Aku bukannya tidak mau menikah, di dalam hati mungkin ada terselip keinginan untuk menikah, tentu, tapi bukan sekarang. Kalian mengerti kan maksudku? Menikah bukan seperti kita membeli baju, kita lihat di toko atau secara online, suka warna, bahannya, dan ada size yang cocok, kita pun ada uang dan kita beli. No! Pernikahan itu sakral bagiku. Aku harus tahu siapa calon suamiku, mengenal lebih dalam sifat-sifatnya, mengenal baik-buruknya dia supaya tidak menyesal. Begitu pula pria itu, dia harus mengenal semua sifatku, baik-buruk, jangan sampai dia menyesal, dan malah selingkuh! Ih amit-amit ketok meja 3x! Kataku jengkel sendiri di dalam hati. Entah apa yang dipikirkan oleh Papaku sehingga dia berpikir seperti itu, malahan ngotot agar aku berkenalan dengan Keith, rekan bisnisnya. Aku juga baru putus dari Dean dan hati ini masih nyeri. Tiba-tiba teringat kalau aku belum menceritakan soal putusnya hubungan kami berdua kepada Mama ataupun Sasha. Aku yang tengah memejamkan mata dan berbaring di ranjang, hampir saja tertidur lelap. Terlintas sesuatu di benak: ponsel! Aku tidak menge-charge telepon genggamku. Benda pipih itu sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi Aku lalu membuka mata, lalu bangkit dari ranjang, dan berjalan ke atas meja yang dekat dengan televisi di kamar. Ponselku ada di tas. Aku segera mengambil tas, kemudia membuka isinya. Aku mencari ponsel, setelah menemukannya, lalu men-charge-nya supaya besok pagi saat Battery full, langsung bisa segera dipergunakan. *******************************************************************   Halo, nama saya Priskila Wi. Saya telah membuat 5 Novel yang sudah dipublikasikan secara online, yaitu : Reinkarnasi Dark Witch, Pria Dingin Mengejar Gadis Cuek, The Storm Witch, Summer Kekasih Ares dan Putri Naga Ti-Lung. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa memberi love dan feedback supaya saya semakin semangat membuat cerita ini. Cheers :) Priskila Wi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD