Keysa
Setelah mencuci piring dan menyapu rumah, gue langsung menyiapkan bahan bahan yang akan gue masak untuk makan malam. Saat memotong kentang tak sengaja pisau juga mengenai jari telunjuk gue yang menyebabkan keluarnya darah segar.
Segera gue mencucinya dan menempelkan plester lalu kembali melakukan kegiatan masak memasak gue. Tak lama makananpun siap tersaji di atas meja. Sebelum makan malam dimulai, gue pergi membersihkan diri dulu dan setelah itu turun untuk menyiapkan piring dan minuman.
"Itu tolong kamu suapin si Fahri!." Perintah mama gue.
"Iya ma." Jawab gue yang hanya bisa menuruti perintahnya.
Makan malam pun selesai dengan diakhiri dengan gue yang membersihkan meja dan mencuci piring.
****
Dava.
Sepulang sekolah biasanya gue sempatkan untuk main basket dengan teman teman dulu, tapi hari ini rasanya gue capek banget. Gue pengen cepat cepat pulang dan melakukan penyelidikan yang sangat penting dan rahasia ini.
Sebelum mobil gue memasuki perkarangan rumah, tiba tiba ada sebuah mobil yang memotong jalur gue dan dia mendahului gue memasuki rumah. Siapa lagi kalau bukan daddy. Tapi yang gue heran kenapa daddy pulangnya cepat?.
"Tumben pulangnya cepat?." Tanya gue, dan saat adek gue keluar dengan wajah cemberutnya dan pertanyaan gue langsung terjawab hanya dengan ekspresi wajahnya saat ini.
"Tau kan?." Ujar daddy dan langsung masuk ke dalam rumah.
Anna memiliki sifat yang sangat manja dan juga agak pembangkang. Gue yakin dia ketahuan daddy bolos les, makanya daddy langsung antar dia pulang. Dia mungkin akan ngambek untuk beberapa jam, dan bukan hanya ke daddy, tapi gue juga kena getahnya.
Entah kenapa dia sangat suka begitu, hanya mommy yang tidak kena getahnya. Dia selalu minta yang aneh aneh kalau lagi dibujuk saat ngambek ngambeknya. Dan yang dia minta terkadang membuat mommy sedih. Mungkin dia tidak menyadarinya, tapi gue dan daddy sangat mengetahuinya.
"Lo kenapa lagi dek? Ketahuan bolos les?." Tanya gue. Dia hanya mengabaikan gue dan tetap fokus pada tayangan televisi.
"Yaelah, gitu aja ngambek." Ujar gue sambil menoel noel pipinya. Gue juga suka membuat adek gue kesal.
"Apa'an sih bang." Jawabnya kesal sambil menepis tangan gue.
"Lo sih ngak pro. Mau gue ajarin ngak biar ngak ketahuan daddy? dan ngak kenamarah?." Tawar gue. Langsung saja dia menghadap ke arah gue dengan wajah berseri seri. Adek gue polos banget si.
"Mau mau, gimana bang?." Tanyanya girang.
"Ya jangan bolos." Jawab gue dengan senyum kemenangan gue. Langsung saja wajahnya cemberut dan memukul gue dengan bantal.
"Ih lo jahat. Mommy... Aku pengen punya kakak perempuan aja." Rengeknya pada mommy. Saat Anna bilang begitu, langsung saja gue juga pergi ke arah mommy dan melihat reaksi mommy. ya benar, lantas saja wajah mommy berubah menjadi sendu dan terkadang tersenyum pasi.
Gue benar benar penasaran. Apa gue dulu punya adek perempuan? atau kakak perempuan?. Kalau iya, kenapa mommy ataupun daddy ngak pernah cerita ke gue?.
Gue harus tanya daddy. Langsung saja gue pergi keruangan kerja daddy dan melihatnya sangat sibuk, jadi gue mengurungkan niat untuk bertanya terlebihdahulu.
Keesokan paginya, gue melihat dia sedang berjalan menuju kearah kelasnya. Gue hanya memperhatikannya dari jauh, dia benar benar mirip dengan mommy. Dan tiba tiba Andra datang sambil menepuk bahu gue.
"Liatin siapa lo?." Tanyanya melihat arah pandangan gue.
"Lo ngak suka dia kan?." Tanyanya penuh selidik.
"Ya ngak lah, gue cuma penasaran sama dia." Ujar gue yang sudah meninggalkannya.
"Woi tunggu." Teriaknya.
Saat gue berusaha menjauh dari Andra, tiba tiba langkah gue terhenti saat melihat Qila yang sedang berjalan dengan damainya. Langsung saja gue menghampirinya.
"Pagi Qila." Sapa gue. Dia menatap gue kesal dan berlari menjauh dari gue, gue yang heran pun mencoba mengejarnya. Tak begitu sulit untuk mengejarnya.
"Lo kenapa lari sih?." Tanya gue.
"Siapa ya?." Tanyanya dengan wajah yang pura pura tidak kenal gue.
"Parah lo Qi, Lo lupa dengan cowok segenteng gue?." Tanya gue dengan pedenya.
"Ganteng dari mananya?. Dan maaf ya, gue ngak kenal sama cowok yang suka ingkar janji." Ujarnya dan pergi meninggalkan gue lagi dan lagi. Gue tahu dia lagi marah karena album yang gue janjiin.
"Gue mau nanya nih." Ucap gue. Dia hanya meneruskan perjalanannya tanpa mempedulikan gue sedikitpun.
"Anak baru di kelas lo namanya siapa?." Tanya gue. Tiba tiba saja dia langsung berhenti dan menatap gue dengan tatapan garangnya.
"Emang kenapa? Lo suka?." Tanyanya penuh selidik.
"Ngak, gue cuma nanya." Jawab gue.
"Ooohhh.... atau jangan jangan lo mau mainin dia? Iya?." Tuduhnya. Sumpah dah pikiran nih cewek liar bat. Walaupun gue ganteng dan banyak yang suka, gue bukan tipe yang suka mainin cewek.
"Enak aja lo, gue anti yang namanya mainin cewek." Jawab gue tak terima.
"Gue ngak percaya sama omongan lo." Ujarnya.
"Yaudah, gue tanya Sekar aja. Sekar." Panggil gue saat melihat keberadaan Sekar. Langsung saja gue berlari menghampirinya. Gue bisa melihat tampang herannya.
"Ada apa?." Tanyanya. Dan sekilas dia melihat kearah Qila yang sudah sangat kesal.
"Lo ngak bosan ya gangguin si Qila?." Lanjutnya. Sedangkan gue hanya nyengir.
"Nama anak baru di kelas lo siapa?." Tanya gue.
"JANGAN KASI TAHU KAR." Teriak Qila yang berlari ke arah gue dan Sekar.
"Cepat kasi tau gue." Ucap gue mendesak sebelum Qila datang.
"Key..." Ucapannya langsung terhenti saat tiba tiba Qila menutup mulutnya.
"Ah lo apa apain si Qi? Lo ngak mau ngasih tau gue , dan sekarang gue nanya orang lain pun lo juga ngelarang. Kenapa? Lo cemburu?. Tenang aja, hati gue udah buat lo kok." Ujar gue jujur. Dan seketika wajahnya langsung memerah dan itu membuat gue semakin ingin menggodanya.
"Kok wajah lo merah si?." Goda gue.
"A...Apa'an sih lo. Siapa yang cemburu coba." Jawabnya salting.
"Iya iya, gue tahu kok lo cemburu." Ucap gue.
"Ngak, lo GR banget si." Ucapnya. Dan gue hanya mengacak ngacak rambutnya.
"Siapa namanya tadi? Key siapa?." Tanya gue lagi.
"Ayo Kar, ngak usah ladeni dia." Ujar Qila dan menarik Sekar untuk ke kelasnya.
"Key apa ya?. Ah.. Sumpah gue penasaran banget. Banyak pertanyaan yang terngiang di kepala gue. Gue harus tanya siapa? Hah? Iya, kak Dena." Gumam gue, langsung saja gue berjalan kearah ruangan kepala sekolah.
Ya kepsek di sekolah gue ialah kak Dena. Bukan hanya sebagai kepsek, dia juga yang memiliki sekolah ini.
Sesampainya gue di sana, gue langsung masuk tanpa permisi.
"Kak Dena." Panggil gue.
"Ketuk pintu dulu kek Va." Peringatnya.
"hehehe, maaf deh kak." Ujar gue.
"Ada apa?." Tanyanya.
"Jadi gini, aku mau nanya tentang kelahiran aku dulu." Ujar gue, Bisa di lihat wajah kak Dena langsung berubah.
"Maksud kamu apa?." tanya kak Dena.
"Kakak pasti tau kan? Aku mau kakak cerita ke aku." Pinta gue serius.
"Mm.. Kamu lahir dulu di rumah sakit secara normal. Dan yang memberi nama kamu itu kak Gavin." Jawabnya.
"Trus?." Tanya gue lagi.
"Apa lagi?. Ya hanya itu, ngak ada terjadi apa apa." Jawab kak Dena. Gue yakin ada yang di sembunyiin dari gue, baik mommy, daddy bahkan kak Dena sekali pun.
"Oke deh, aku keluar dulu kak." ujar gue dan pergi keluar.