Bab 5. Bangsawan Cameron

1029 Words
“Kau yakin? Tapi pelayan yang melihatmu tadi, pria itu menyentuh pundakmu dan kondisi bagian depanmu t-terbuka!” Kata Dale dramatis sekali sampai Adelle memiringkan sedikit kepalanya.  Ia berpikir kenapa orang ini bisa masuk ke dalam kamarnya? Lantas pikirannya teringat bahwa semalaman mereka mabuk-mabukan dan wajar jika tidak ada salah satu pelayan pribadinya yang berjaga. Adelle menurunkan kakinya dari ranjang. “Kalian semua, berbalik.” Ucapnya pelan. Pelayan yang mengantarkan jahe hangat tadi juga sudah siap siaga dengan memberikan sebuah mantel bulu pada majikannya. “Siapa orang ini?” Tanyanya dan langsung mendapat dengusan kasar dari Sullvian. “Tuan muda North family, Christian.”  Adelle langsung berbalik cepat dengan mata melotot ngeri. Christian? Christian North? Pria yang semalam mencium tangannya? Buru-buru Adelle berlari ke arah cermin dan menatap penampilannya malam ini. “Are you kidding me? Kenapa dia bisa masuk ke dalam kamarku?” Tanyanya mulai histeris dan panik.  Adelle sungguh panik. Ia melihat jelas seperti apa rupa dirinya pagi ini dan itu sangat mengerikan. Jika Christian masuk ke dalam kamarnya dan melakukan sesuatu padanya. Sudah pasti pria itu melihat semua aibnya pagi tadi. “Jangan tanyakan padaku. Kau tanyakan saja pada pelayan yang berurusan dengannya pagi tadi.” Kata Dale melempar tanggung jawab. Alden juga tak sengaja berbalik tapi Sullvian menahan pundak pria itu.  Adelle duduk lemas di depan meja riasnya. Kedua tangannya sibuk memijat dahinya sedangkan mulutnya sibuk memaki pelan. Lihatlah jejak makeupnya yang berantakan ini. Christian melihatnya! Hilang sudah martabatnya sebagai wanita angkuh dan perfectionist.  “Apa urusannya datang kemari? Dan dari mana dia tahu Manor ini?” Alden menaikkan kedua alisnya begitu tinggi. Dia merasa tidak becus sekali menjadi pelayan jika sudah seperti ini. “Masih diselidiki.” Ucapnya dan membuat Adelle tertdiam.  “Tidak ada informasi sedikitpun mengenai Christian?” Sullvian menatap ke langit-langit kamar Adelle seakan dia ingin sekali segera pergi menemui Christian dan memberinya pelajaran. “Sayangnya hanya informasi umum yang kami dapatkan. Tapi aku tahu dimana orang itu.” Dale menyahut. Adelle menggeram emosi.  “Siapkan mobil dan kita akan berangkat setengah jam lagi.” -Newlake, Heavennese- “Kau benar-benar kelewatan.”  Christian memutar matanya malas saat mendengar Drake mengatakan hal yang sama berkali-kali sejak dua jam yang lalu. Tangannya sibuk bekerja sedangkan Drake malah meracau tidak jelas di dalam kantornya. “Ya, aku memang kelewatan. Jadi sebaiknya kau kembali ke mejamu dan cepat berikan aku dokumen lain sebelum aku berangkat ke rumah sakit lima belas menit lagi.” Ucapnya sinis. Tapi Drake melotot tajam dan berdiri tepat di depan meja kerja Christian.  “Dengar ini, Tuan Muda. Kalau sebelumnya kau bisa sedikit berpikir dengan tindakanmu pagi tadi, aku tidak akan sepanik ini. Aku sudah katakan jangan macam-macam dengan keluarga Cameron!”  Drake ingin sekali meremas Christian seperti remahan biskuit kreaker. Bisa-bisanya dia datang ke kediaman Cameron setelah ia memberitahu titik lokasinya pada Christian semalam. Dan parahnya dia langsung masuk begitu saja seperti rumahnya sendiri.  Tuan rumah mana yang tidak panik bukan? Dua jam yang lalu juga Drake mendapat panggilan dari kediaman Cameron dan mengatakan masalah itu harus segera diselesaikan setelah putri tertua Cameron bangun.  Dan sekarang sudah hampir menjelang siang, tentu saja Adelle Cameron sudah bangun. Entah apakah dia sudah dalam perjalanan kemari atau bahkan sudah mengepung gedung kantor ini. “Jika aku tidak melakukan itu, Adelle tidak akan mau bertemu denganku. Terutama ketiga pelayannya yang menyebalkan itu yang akan melarangnya untuk bertemu.” Kata Christian beralasan se-klasik itu. Drake menunjuk wajah Christian tapi mulutnya tidak sanggup lagi berkata-kata. “Kau… Kau… Haahhh… Baiklah, baiklah. Aku anggap kau bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Karena aku tidak mau membantumu lagi. Aku tahu seperti apa keluarga Cameron itu.” Drake lantas kembali ke meja kerjanya. Christian menghentikan pekerjaannya dengan pikiran melayang memikirkan Adelle. “Kenapa orang-orang selalu menjauhi keluarga Cameron? Padahal mereka tidak seburuk kelihatannya.” Kata Christian mengingat bagaimana karakter Adelle ketika ada di rumah. Drake tertawa penuh paksaan mendengarnya. “Kau tidak mungkin menjadi bodoh setelah bertemu dengan Adelle pertama kali bukan, Christian?” Tanya Drake tak tanggung-tanggung sekali bertanya dengan pertanyaan kasar. Tidak peduli dengan lirikan tajam Christian, dia terlalu frustasi dengan Christian yang menilai keluarga Cameron keluarga biasa. “Setidaknya aku melihat sendiri pada Adelle pagi tadi.”  “Chris, aku tahu kau begitu tertarik dengan Adelle saat ini. Tapi keluarga bangsawan seperti mereka punya andil besar dalam pertahanan kerajaan Heavennese. Cameron bisa menciptakan ribuan tentara sendiri tanpa bantuan kerajaan dan punya wewenang penuh untuk mengatur dan membagi tentaranya ke medan perang. Yang tentunya keluarga Cameron adalah satu-satunya bangsawan yang bisa memulai perang antar negara jika ada negara lain yang berani mengusiknya. Kau mengerti sampai disini?"  Christian acuh saja dan mengabaikan Drake yang menjelaskan panjang lebar dengan bermain ponsel. Christian sudah tahu akan hal itu dan tidak perlu lagi ia meminta Drake untuk menjelaskan.  "Seharusnya bangsawan Cameron buat saja kerajaan sendiri dan pisah dengan Heavennese. Mereka menyusahkan negara saja." Kata Christian yang merasa bangsawan Cameron memang berlebih-lebihan.  Dengan adanya bangsawan seperti mereka di Heavennese saja sudah mengganggu kesejahteraan kerajaan karena pemerintahan yang berat sebelah. Bagaimana jika pemimpin mereka saat ini tidak bijaksana seperti pemimpin terdahulu? Christian juga yakin pemberontakan akan terjadi di masa depan jika tidak segera diselesaikan.  "Kau pikir mudah memusnahkan bangsawan yang sudah ada sejak ratusan tahun? Jika bukan karena Cameron, Heavennese tidak pernah ada di peta dunia. Kita masih dijajah negara lain." Sahut Drake yang kembali berbicara fakta. Christian memainkan lidahnya untuk menyentuh gigi gerahamnya. Karena bosan, ia akhirnya berdiri dari kursinya dan duduk di sofa sambil menyalakan rokok.  “Persetan dengan Cameron.” Ucapnya tidak peduli seperti apa Cameron.  Christian lebih peduli dengan Adelle saat ini. Semalam adalah kali pertama ia bertemu dengan Adelle dan pertemuan pertama itu, Adelle mengenalnya dengan baik. Mungkin karena sesama High Collector sampai Adelle menghafal semua saingannya untuk memperebutkan barang antik. Semalam juga Christian benar-benar tidak menyangka saja ia bisa jatuh cinta dengan pandangan pertama. Memang banyak sekali rumor tentang kecantikan putri sulung keluarga Cameron. Christian awalnya juga tidak peduli sampai ia melihat langsung seperti apa rupa rubah licik yang sombong itu. Seorang wanita bergaun hitam memegang gelas champagne dan menjauh dari keramaian. Sifat Adelle kurang lebih sama sepertinya yang tidak suka berbaur dengan orang yang tidak dikenal.  Triiing!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD