Bab 4. Singa Hibernasi

1004 Words
Setelah berhasil sampai dan masuk ke dalam kamarnya, Adelle langsung melanjutkan tidur dan bergelung dengan nyaman di dalam selimutnya. Tidak peduli jika makeup di wajahnya akan mengotori bantal berwarna peach itu. Adelle tidak sempat lagi mengurus diri karena terlalu mabuk. Tapi sayangnya waktu tidur Adelle yang berkualitas itu harus diusik oleh suara ketukan pintu. Adelle sengaja pura-pura tidak mendengarnya karena kelopak matanya sudah sulit sekali untuk dibuka. ‘Nona Adelle? Ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda.’  Terdengar suara maid dari depan pintu. Tapi Adelle sungguhan tidak bisa merespon karena sudah sepenuhnya masuk ke dalam alam mimpi. Maid yang tadi mengetuk pintu sedikit mundur beberapa langkah ke belakang lalu pergi ke ruang tamu. “Nona Adelle masih tidur karena semalam Nona pergi ke pesta. Tuan bisa kembali kesini setelah jam makan siang. Biasanya Nona Adelle sudah bangun sebelum makan siang.” Kata maid itu tampak ramah sekali.  Tapi sang tamu tampak tidak terima dengan penolakan itu. Dia berdiri dan tak lupa sambil mengancingkan jasnya. “Aku ada urusan yang sangat penting dengan Nona Adelle. Antarkan aku ke kamarnya dan biarkan aku bicara langsung dengannya.” Maid tadi sontak kaget sekali dan segera menghalangi jalan pria itu. “Tidak bisa! Anda tidak boleh melakukan itu! Nona Adelle putri tertua keluarga Cameron. Jika Anda nekat seperti ini, kami akan menuntut dan memenjarakan Anda! Tuan!”  Christian, pria berpakaian rapi yang tampak berjalan dengan santai melewati maid itu dan mengabaikan perkataannya. Saat matanya melihat sebuah pintu besar dengan ukiran unik, tangannya langsung terulur untuk membukanya.  “TUAN!” Maid tadi berteriak semakin jadi. Tapi buru-buru ia menutup mulutnya saat ia melihat gundukan di atas ranjang mewah majikannya.  Matanya ngeri sekali melihat pria asing tadi masuk ke dalam kamar majikannya. Karena panik, maid tadi segera berlari mencari pengawal majikannya.  Christian berdiri di samping ranjang Adelle dan menyaksikan sendiri Adelle yang berpenampilan seperti singa hibernasi di dalam selimut. Rambutnya yang kusut itu mekar seperti singa dan jangan lupakan maskara yang luntur menyeramkan.  Dia lantas mendudukkan diri di tepi ranjang dan sengaja menyentuh pipi Adelle. Rasanya geli sekali dia melihat sosok wanita angkuh dan sombong di pelelangan semalam yang saat ini tengah tertidur dengan pulasnya.  “Adelle… Aku kemari untuk meminta balas jasa.”  Christian berbisik mesra. Sengaja memainkan rembut singa itu agar Adelle terbangun. Tapi tampaknya semua sentuhan itu tidak membuat Adelle terusik sedikitpun. Christian tidak henti-hentinya menahan senyum.  Tapi tiba-tiba lengan Adelle bergerak dan hampir menampar kepalanya. Christian kembali diberi kejutan oleh tingkah Adelle saat tidur. Mengigau dan hampir saja kepalanya jadi imbas kekerasan Adelle yang mengigau. "Burton! 30 juta dolar… Hmm… Berikan aku semua uangmu!”  Untung saja Christian sempat menghindar dan dia langsung berdiri untuk menghindari serangan lain. Christian tahu persis apa yang tengah dimimpikan oleh gadis angkuh ini di dalam mimpinya. Melihat Adelle yang berguling sampai ke tepi ranjang, Christian dengan cepat menahan pundak Adelle. “Wanita ini….” Gumamnya sedikit kesulitan menahan diri saat disuguhkan belahan dad* Adelle yang masih memakai gaun semalam. Gaun hitam itu tampak acak-acakan sekali sampai tali di pundak Adelle sudah tersingkap.  “TUAN! ANDA TIDAK BISA MELAKUKAN INI!” Christian sedikit kaget mendengar suara maid tadi berteriak dari depan pintu. Dengan cepat maid itu berlari dan segera menarik selimut untuk menutupi tubuh majikannya. Ya, jelas sekali maid ini salah paham dengannya. “Well, dia hampir terjatuh ke lantai jika aku tidak menahan pundaknya.” Kata Christian yang tentu saja tidak terima jika maid itu mengira dirinya pria berengsek yang mencoba berbuat macam-macam dengan Adelle.  “Sebaiknya Anda segera keluar dari sini! Security!” Maid itu tak segan menahan suaranya untuk berteriak ketakutan sekali. “Baiklah, kau bisa beritahu majikanmu bahwa Tuan Muda Christian North datang berkunjung." Ucapnya singkat. Maid itu tetap melotot tentunya sampai mati pun ia tidak akan percaya dengan perkataan pria itu. "Apakah perilaku Tuan Muda seperti ini? Aku tidak percaya! SECURITY!"  Christian menggeleng karena tidak terbiasa dengan suara teriakan melengking. Ia juga tidak punya pilihan lain selain pergi keluar kamar Adelle dan langsung diamankan oleh pihak keamanan sebelum diusir secara tidak hormat dari Cameron Manor.  Setelah hari sudah mulai siang, Adelle menggeliat di dalam selimutnya sebentar, ia langsung terlonjak kaget karena melihat beberapa orang sudah berdiri di dekat ranjangnya. “Oh shi*! Sedang apa kalian semua di kamarku!” Pekiknya kaget sekali.  Tiga orang pria di dalam kamar memutar matanya malas. Mereka sudah satu jam yang lalu sadar dari mabuk setelah para maid memberitahunya bahwa ada pria tidak dikenal menerobos masuk ke dalam kamar Adelle. Mereka panik sekali tentunya dan segera mencari tahu siapa pria itu. Tapi setelah mendengar nama marga pria itu, Sullvian menjadi satu-satunya pria yang paling emosi di dalam kamar. “Pagi tadi seorang penggemar menerobos masuk ke dalam kamarmu. Apa kau tidak ingat apa-apa selama kau tidur? Tidak merasa sesuatu saat tidur?” Sullvian tampak tidak suka sekali bahwa mereka bertiga kecolongan oleh Christian.  Adelle berusaha berpikir walaupun ia sempat linglung juga karena baru saja bangun tidur. Apa kata Sullvian tadi? Seseorang masuk ke dalam kamarnya? Tapi bagaimana mungkin?  "Apa yang terjadi selama aku tidur?" Tanyanya sambil meraba dadanya. Saat tahu kondisi pakaiannya yang terbuka, Adelle menarik selimut agar tubuhnya tetap tertutupi.  Alden mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum ia duduk di tepi ranjang. Kepalanya pusing dan mereka tidak tahu apa yang dilakukan Christian pagi tadi kepada Adelle.  "Kepala pelayan melapor kalau ada seorang Tuan Muda merangsek masuk ke dalam kamarmu. Kami bertiga dalam kondisi tidak sadar karena masih mabuk. Saat kami bangun, semuanya sudah kacau. Kau yakin tidak terjadi apa pun padamu?" Tanyanya khawatir si kepala batu itu sungguhan melakukan sesuatu yang tidak senonoh pada Adelle.  Adelle menyentuh dahinya dengan alis yang sudah mengkerut dalam. Ia ingat berjalan susah payah menuju kamar lalu kemudian tertidur dan tidak bangun lagi. Kepalanya terasa pening sekali saat ia berusaha untuk duduk tegak. Salah seorang maid cekatan sekali langsung bergerak untuk membawakan Adelle secangkir jahe hangat. “Aku tidur pulas setelah aku pindah ke kamar. Dan aku tidak merasakan apapun.” Kata Adelle benar-benar tidak mengingat apapun. Dale mengusap punggungnya dan berjalan mondar-mandir di dekat pintu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD