**
Clara menunduk sepanjang menyusuri koridor menuju ruang loker, jantungnya berdegup dengan kencang saat kepalanya kembali memutar hal paling gila dihidupnya semalam.
Tatapan Arash yang seolah ingin megulitinya hidup hidup dan tatapan hangat dari Anna.
Dia benar benar bersyukur ada Anna disana waktu itu, jika tidak Clara yakin ia dan Ibunya mungkin akan pulang dalam keadaan tidak baik baik saja.
"Hei b***h"
Clara menghentikan langkahnya, menatap tiga orang gadis yang pernah beberapa kali terlihat bersama Rachel.
"Ada apa?"
Tanya Clara dengan kening berkerut, ia jelas mengingat siapa gerangan yang menumpahkan jus keseragamnya kemarin.
Megan dan para Sidekick nya.
"Aku sudah meperingatimu untuk tidak mendekati Anna, jika aku masih melihatmu berkeliaran disekitarnya aku akan memberimu pelajaran"
Clara membasahi bibirnya yang mengering, kepalanya sudah cukup pusing dengan perjodohannya dengan Arash.
"Maaf, tapi aku tidak pernah mendekati Anna"
Megan melotot kesal kearah Clara yang benar benar ingin beranjak dari sana saat menyadari berpasang pasang mata itu mulai memusatkan perhatian mereka padanya.
"Jadi maksudmu Anna yang mendekatimu!?"
Megan menjerit kesal, Lisa dan Casey mendelik ikut menghujamkan tatapan meremehkanya pada Clara
"Bukan, maksudku.."
"Jalang b******k, memang siapa dirimu hah? Seorang Anna Grayen mau mendekatimu? Are you f*****g kidding me?"
Clara tertegun, mengeratkan cengkramannya diujung rok hitam selututnya menyadari ucapan Megan.
Memang siapa dirinya?
Clara James hanyalah gadis membosankan yang bahkan diragukan keberadaannya disekolah hebat ini, tidak ada yang benar benar mengenalnya.
"Morning Clara"
Suara itu mengalun lembut bersamaan dengan lengan ramping yang merangkul bahu Clara yang tersentak masih dengan jantung yang bertalu talu karena gugup.
"Anna?"
"Ayo"
Anna membawa Clara yang masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi, meninggalkan Megan dan puluhan pasang mata yang terperangah dengan mata yang membulat tidak percaya.
"Anna?"
"Ada apa?"
Tanya Anna melepas rangkulannya dan membuka lokernya tanpa menatap Clara yang menarik nafasnya dalam dalam seolah sedang mengumpulkan banyak kekuatan untuk berbicara dengan salah satu keturunan Grayen yang mempesona itu.
"Kenapa.."
Clara memberi jeda sejenak, menatap sekelilingnya memastikan tidak ada yang mendengar obrolanya dengan Anna yang seperti biasa selalu berbisik dengan lembut diluar saat gadis itu sedang berhadapan dengan Arash.
"Kenapa?"
Tanya Anna bersidekap seraya menyandarkan bahunya dilokernya, Clara menghela nafasnya kembali memusatkan perhatiannya pada Anna.
"Kenapa kau senang aku dengan Arash?"
Senyuman menyesatkan itu kembali terukir diwajah cantik Anna, gadis itu mengibaskan rambut panjang sepinggulnya dengan anggun.
"Aku senang karna Arash tidak akan mengangguku lagi"
"Menganggu?"
"Ya, maksudku tidak sesering dulu"
Clara mengulum bibirnya masih ingin melayangkan beberapa pertanyaan sebelum bel masuk menggema yang membuat mereka benar benar harus beranjak dari sana.
"Ayo, tunjukkan lokermu dan kita kekelas bersama"
Anna menyela seraya menyampirkan tasnya dibahunya, sama sekali tidak peduli tatapan penuh kekaguman yang sejak tadi menghujamnya.
"Kita tidak sekelas Anna"
"Aku tau"
"Tapi-"
"Ayo"
**
Arash melirik Carter dengan tajam, memperingati agar pria yang selalu saja mengikutinya bahkan tanpa sempat ia sadari agar kali ini memberinya ruang untuk sendiri.
"Pergilah Carter"
Pria itu menutup buku dipangkuannya, menatap Arash lamat lamat sebelum mengangguk dengan tegas. Seolah mengerti apa yang sedang meresahkan sahabatnya itu.
"Baiklah, aku dan yang lain akan menunggu"
Ujar Carter sebelum bergegas bangkit dan menghilang dibelokan koridor, Arash menajamkan matanya seraya menyampirkan Blazer hitamnya dibahu kokohnya. Tidak peduli dengan kemeja berantakan yang lengannya sengaja ia lipat hingga ke siku.
Benda persegi disakunya bergetar, Arash bergegas merogohnya dan mengusap layar datar itu, membaca sedikit informasi yang dicarinya semalam. Salah satu sudut bibirnya tertarik membentuk senyum mengerikan dan mata yang berkilat penuh kekejian.
Beberapa orang menyingkir, membiarkan Arash dengan tatapan tajamnya melewati koridor tanpa ada satupun yang berani untuk menghalangi langkah panjang pria tampan itu.
Arash akan memberi sedikit kejutan pada sumber kekesalannya hari ini.
Clara James.
**
Clara menghela nafasnya dengan sisa tenaga yang sudah diambang batas meskipun jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, ia menyusun buku buku tebalnya sebelum memasukkan benda dengan jutaan ilmu itu kedalam tasnya. Membiarkan murid lain saling berdesakan meninggalkan kelas sebelum ia sendiri beranjak dari sana.
"Kemana kau?"
Clara terperanjat nyaris menjerit saat melihat pria dengan tatapan membunuhnya itu melangkah dari ujung koridor, berjalan kearah Clara yang kembali dilanda rasa gugup dan ketakutan luar biasa.
"Arash"
Adrenalin Clara terpacu begitu kuat saat tangan lebar kasar itu melingkupi lengannya sebelum menariknya dari sana, menyeretnya ke arah taman dan mendorong tubuh mungilnya tanpa perasaan kearah dinding.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apa yang aku lakukan?"
Desis Arash dengan tajam, rahangnya mengeras saat menatap Clara yang terlihat berusaha membangun pertahanan dirinya. Ia tersenyum sinis saat menatap gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambunya.
"K-kenapa kau melakukan ini Arash? K-kau pikir aku setuju dengan perjodohan itu?"
Arash menunduk masih dengan tatapan tajam mengerikannya menghunus tepat kearah Clara yang terlihat terengah karena ketakutannya.
"Itu bagus karna kau tidak akan mendapatkan apapun dariku dengan perjodohan ini"
"Kenapa kau tidak membatalkan perjodohan ini Arash? Ayahmu pasti akan mendengarmu"
Arash makin mengeraskan rahangnya membuat Clara benar benar nyaris tenggelam dalam ketakutannya pada pria mengerikan ini.
"Apa kau sedang berharap, jika ini akan berakhir seperti roman menjijikan Clara James?"
Clara membelalakkan matanya, menatap Arash dengan tatapan tidak percaya.
"T-tidak"
"Bagus"
"Apa?"
Arash makin menundukkan kepalanya, membuat Clara makin menjauhkan wajahnya meskipun tembok raksasa yang menahan tubuhnya membuatnya sama sekali tidak bisa berbuat apa apa.
"Kau tidak pernah sebanding"
Clara menatap sepasang mata tajam yang diam diam memerangkap dirinya disana, ia menelan salivanya susah payah. Tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya Arash bicarakan.
"Dan kau tidak akan pernah pantas"
Clara makin bingung, benar benar bingung meskipun ia jelas tahu ia tidak akan pantas untuk mendampingi seorang Grayen seperti Arash.
"Aku tidak mengerti"
Arash menunduk mendekatkan bibir panasnya kearah telinga Clara yang makin mengkerut ketakutan disudut sana.
"Kau tidak akan pernah sebanding dengan Anna Clara, kau bahkan tidak pantas. Tidak akan pernah pantas"
Clara membeku, telinganya berdengung dengan keras saat satu nama itu mulai menggerogoti kepalanya.
Anna?
Anna?
Ada apa dengan Anna?
Kenapa Anna?
"K-kenapa?"
Arash menatap Clara makin tajam, ia membuang tatapannya sebelum melangkah mundur menjauh dari Clara yang belum melepaskan tatapan penuh tanda tanya nya pada Arash.
"K-kenapa Anna?"
Arash melirik Clara sekilas seraya memasukkan salah satu tangannya kedalam saku celananya.
"Kau tidak berhak"
Ujar Arash sebelum meninggalkan Clara yang masih terpaku ditempatnya menatap punggung Arash yang mulai menjauh, keningnya makin berkerut dengan dalam
Kenapa Arash membawa nama Anna? Apa Clara harus sesempurna Anna untuk menjadi pantas dan layak sebagai tunangannya?
Tapi..
Kenapa harus Anna?
**